Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita semua pasti kadang-kadang mengalami stres, mahasiswa mungkin
mengalami stres saat hubungan dengan temannya tidak berjalan dengan baik, saat
ujian akhir akan tiba. Masyarakat sekarang yang terpacu cepat menciptakan stres bagi
banyak individu. Kita terus menerus ditekan untuk mencapai lebih banyak tujuan
dalam waktu yang semakin sedikit (Rita L Atkinson). Sindrom adaptasi umum atau
teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh
tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif.
Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memperhatikan stresor atau penyebab
tertentu (Isaacs, 2004). Sebagai akibat modernisasi dan perkembangan dunia pada
masa ini, masalah yang dihadapi masyarakat semakin beragam, diantaranya adalah
masalah lingkungan sosial. Seiring harapan untuk meningkatkan pencapaian diri,
ketidaksanggupan pribadi untuk memenuhi tuntutan tersebut dapat menimbulkan
stres dalam diri seseorang.
Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang
terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres
memberikan dampak secara total pada individu seperti dampak: fisik, sosial,
intelektual, psikologis, dan spiritual. Secara umum, stres terjadi jika individu
dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman kesehatan fisik
atau psikologis.
Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres disebut stresor dan reaksi
individu terhadap peristiwa yang menyebabkan stres disebut respon stres (Febrian,
2016). Ada beberapa stresor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres,
seperti stresor biologik, stresor fisik, stresor kimia, stresor sosial dan psikologik, dan
stresor spiritual (KD Suganda, 2014). Tidak hanya stresor negatif yang dapat
menyebabkan stres, tetapi stresor positif seperti kenaikan pangkat, promosi jabatan,
tumbuh kembang, menikah, dan mempunyai anak juga dapat menyebabkan stres (KD
Suganda, 2014). Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu stres ringan,
stres stres sedang, dan stres berat. Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek
fisiologis dari seseorang. Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari
beberapa jam sampai beberapa hari. Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi
beberapa minggu sampai tahun (KD Suganda, 2014). Di Indonesia, berdasarkan data
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan menyatakan bahwa dari jumlah populasi
orang dewasa di Indonesia sebesar 150 juta jiwa sekitar 11,6% atau 17,4 juta jiwa
1

mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa


kecemasan dan depresi. Meskipun data tersebut bukan merupakan data khusus
mengenai stress akibat kerja tetapi dapat memberikan gambaran mengenai jumlah
kasus gangguan mental yang saat ini terjadi di Indonesia. Adapun penelitian yang
pernah dilakukan oleh program studi Magister Kedokteran Kerja FKUI sekitar tahun
1990-an menunjukkan bahwa sekitar 30% pekerja pernah mengalami stress di tempat
kerja mulai dari keluhan ringan sampai berat. Data ini menunjukkan bahwa kejadian
stres kerja pada era saat ini bisa jadi semakin mengalami peningkatan. Kejadian ini
dapat disebabkan situasi masalah keluarga maupun pekerjaan (Febrian, 2016). Stres
yang terjadi menyebabkan seseorang cenderung mengalami kelebihan berat
badan yang pada akhirnya mengalami kegemukan dan obesitas yang dapat
menggangu aktivitas dan kesehatan tubuh.
Kelebihan berat badan dalam hal ini obesitas dan overweight mulai menjadi
masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas dan
overweight sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga sudah merupakan suatu
masalah kesehatan yang harus segera ditangani. Di Indonesia terutama di kota-kota
besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke modernisasi dan
sedentari berakibat pada perubahan pola makan/konsumsi masyarakat yang merujuk
pada pola makan tinggi energi dan lemak, terutama terhadap penawaran makanan
siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan risiko terjadinya kelebihan berat
badan pada remaja (Meirinda, 2013).
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktoral yang terjadi akibat akumulasi
jaringan lemak yang berlebihan sehingga menggangu kesehatan. Obesitas terjadi bila
jumlah besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang
bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan
kemudian jumlahnya bertambah banyak (Buku IPD FKUI, 2014). Overweight
didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan lemak pada otot dan jaringan
skeletal (Dorlan, 2010). Overweight dikatakan jika IMT > 25. Secara ilmiah
kelebihan berat badan (overweight) terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak
dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak keseimbangan antara
asupan dan pembakaran kalori ini belum dapat dijelaskan secara pasti (Lydia, 2012).
Pada tahun 2014, 39% pria dan 40% wanita dari orang dewasa berusia 18+
mengalami kelebihan berat badan (BMI 25 kg/m2). Pada tahun 2014, 11% pria
dan 15% wanita di dunia mengalami obesitas (BMI 30 kg/m2). Ini berarti,
hampir 2 miliar orang dewasa didunia mengalami overweight dan lebih dari setengah
miliar orang dewasa mengalami obesitas setengah (WHO ,2014).
Di Indonesia angka obesitas terus meningkat, pada laki-laki dewasa terjadi
peningkatan dari 13,9% pada tahun 2007 menjadi 19,7 % pada tahun 2013.
2

Sedangkan pada wanita dewasa terjadi kenaikan yang sangat ekstrim mencapai
18,1 %. Dari 14,8% pada tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013
(Riskesdas, 2013).
Penyebab obesitas sangat kompleks dalam arti banyak sekali faktor yang
menyebabkan obesitas terjadi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
obesitas seperti faktor lingkungan, genetik, psikis, kesehatan, obat-obatan, dan
aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang kurang adalah penyebab utama meningkatnya
obesitas di tengah masyarakat. Aktivitas fisik berarti menggunakan otot untuk
menggerakkan badan. Aktivitas fisik dibagi atas beberapa tingkatan, yaitu berat,
sedang dan ringan. Orang-orang yang mengkonsumsi makanan kaya akan lemak dan
kurang melakukan aktivitas fisik atau jarang berolahraga akan cenderung mengalami
obesitas karena tidak adanya keseimbangan antara asupan yang masuk dan energi
yang keluar. Jika pasokan kalori tidak diimbangi dengan penurunan kalori maka akan
mengakibatkan keseimbangan kalori positif (kelebihan kalori) sehingga akan
meningkatkan resiko mengalami kelebihan berat badan (Nelvin Silitonga, 2008).
Stres dan aktivitas fisik dapat mendukung kelebihan berat badan yang
disebabkan perilaku dan metabolisme yang merupakan dampak lingkungan
psikososial yang merugikan. Salah satu pekerjaan yang sangat dekat dengan
resiko kelebihan berat badan adalah pekerja kantoran, seperti (PNS) Pegawai
Negeri Sipil. Penelitian yang dilakukan oleh Putra G di Surabaya menyatakan bahwa
penderita terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai PNS 24,6% dan yang paling
rendah adalah buruh 5,4% (Nelvin Silitonga, 2008). Ini dikarenakan tuntutan kerja
serta tanggung jawab yang berat yang diberikan menimbulkan rasa tertekan pekerjaan
yang tinggi dan aktivitas fisik yang kurang dilakukan akibat sebagian besar
perkerjaan yang dilakukan oleh PNS dengan duduk di meja kerja saja (Nelvin
Silitonga, 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian hubungan tingkat stres terhadap kelebihan berat badan pada PNS di
Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Bengkulu tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang hendak diangkat
adalah Hubungan tingkat stres dan Aktifitas Fisik terhadap kelebihan berat badan
pada PNS di Kantor Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Bengkulu Tahun 2016.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan tingkat stres dan Aktifitas Fisik terhadap
kelebihan berat badan pada Pegawai Negeri sipil.
2. Tujuan Khusus
3

1.
2.
3.
4.
5.

6.

Diketahui tingkat stres dan Aktifitas Fisik pada PNS di Dinas Tata
Ruang dan Perumahan Kota Bengkulu Tahun 2016.
Diketahui Aktivitas Fisik pada PNS di Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kota Bengkulu Tahun 2016.
Diketahui kelebihan berat badan pada PNS di Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kota Bengkulu Tahun 2016.
Diketahui prevalensi tingkat stres menurut lama kerja pada PNS di
Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Bengkulu Tahun 2016.
Diketahui prevalensi kelebihan berat badan menurut lama kerja
pada PNS di Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Bengkulu Tahun
2016.
Diketahui Hubungan Tingkat stres dan Aktifitas Fisik terhadap
kelebihan berat badan pada PNS di Dinas Tata Ruang dan Perumahan
Kota Bengkulu Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi instasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada instasi
pemerintah untuk memperhatikan masalah Tingkat Stres pada PNS untuk
mengurangi angka Kelebihan Berat Badan.
2. Manfaat institusi pendidikan
Menambah bahan referensi di perpustakaan Fakultas Kedokteran
Universitas Batam dan penelitian ini dijadikan data dasar dalam
mengembangkan penelitian selanjutnya.
3. Manfaat bagi PNS di Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Bengkulu
Tahun 2016.
Sebagai edukasi kesehatan keselamatan kerja sehingga tidak menggangu
produktivitas kerja dan kesehatan tubuh.
4. Manfaat bagi penulis
Menambah pengalaman dan wawasan penulis dalam mengumpulkan,
mengolah, menganalisa, dan menginformasikan hasil dari penelitian hubungan
tingkat stres terhadap kelebihan berat badan.

Anda mungkin juga menyukai