PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses persalinan adalah proses fisiologis dari uterus untuk mengeluarkan hasil
konsepsi melalui vagina. Dalam proses persalinan terkadang janin tidak bisa lahir secara
spontan dikarenakan oleh faktor, misalnya adanya disproporsi sefalo-pelvik, partus lama,
ruptur uteri mengancam dan lain-lain. Dalam keadaan demikian tindakan medis berupa
seksio sesaria merupakan indikasi dari permasalahan tersebut diatas. Dewasa ini, cara
seksio sesaria jauh lebih aman dari pada dahulu, berhubungan dengan adanya transfusi
darah, antibiotika, teknik operasi yang lebih sempurna dan teknik anestesi yang lebih
baik (Prawiroharjo, 2002).
Saat ini, persalinan dengan seksio sesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu
maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan seksio sesarea merupakan pilihan
yang harus dijalani, karena keadaan gawat darurat untuk menyalamatkan nyawa ibu dan
janinnya. Badan kesehatan Dunia memperkirakan bahawa angka persalinan dengan
bedah caesar adalah sekitar 10% sampai 15%, dari semua proses persalinan di negaranegara berkembang. Pada tahun 2003, di Kanada memiliki angka 21%, Britania Raya
20%, dan Amerika Serikat 23%, dengan berbagai pertimbangan seringkali proses bedah
caesar dilakukan bukan karena komplikasi medis saja, melainkan permintaan dari
beberapa pasien dikarenakan tidak ingin mengalami nyeri waktu persalinan normal
(Carpernito, 2009).
murah, simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Burns & Blamey, 1994; Cook &
Wilcox, 1997). Relaksasi, tehnik distraksi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin,
quided imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa tehnik nonfarmakologi
yang dapat menurunkan intensitas nyeri (Arifin, 2008).
Saat ini banyak dilakukan tehnik untuk menanggulangi nyeri pada post seksio
sesarea. Salah satu tehnik tersebut adalah manajemen nyeri dengan cara nonfarmakologi
yang dapat dilakukan dengan tehnik distraksi dan relaksasi. Tehnik distraksi dan
relaksasi adalah merupakan bagian dari metode nonfarmakologi hal ini dikarenakan
kedua metode ini mengendalikan nyeri dengan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
dan membuat pasien yang mengalami nyeri dapat mengendalikan rasa nyeri yang
dialaminya. Hal ini tentu sangat berguna dalam proses penyembuhan dan perhilangan
terhadap rasa nyeri, cemas dan perilaku menyimpang yang dapat merugikan pasien itu
sendiri (Stewart, 1996).
Tehnik distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri
yang dialami. Dasar teori distraksi adalah teori gate control (Cummings 1981: 62). Teori
ini menjelaskan bahwa pada spina cord, sel-sel reseptor yang menerima stimulasi nyeri
periferal dihambat oleh stimulasi dari serabut-serabut saraf yang lain. Jika seseorang
menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri
ke otak (nyeri berkurang atau dirakan oleh klien). Stimulasi yang menyenangkan dari
luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan
oleh klien menjadi berkurang (Priharjo, 2003).
Salah satu tehnik distraksi adalah dengan terapi musik bertujuan untuk
menurunkan nyeri pada post operasi (Priharjo, 2003).
Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun Masehi, dan ini
dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan penelitian di State University
of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat
penenang pun turun dratis hingga 50%. Musik juga merangsang pelepasan hormon
endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam
penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri
sehingga pasien merasa nyeri nya berkurang (Salampessy, 2004).
Relaksasi merupakan tehnik relaksasi bernafas yakni tehnik pereda nyeri yang
banyak memberikan masukan terbesar karena tehnik relaksasi adalah tehnik untuk
mencapai kondisi rileks. Studi yang dilakukan oleh National Birthday Trust terhadap
1000 wanita menunjukkan bahwa 90% wanita merasakan mamfaat relaksasi untuk
meredakan nyeri (Findley, 1999) .Salah satu tehnik relaksasi yaitu relaksasi pernafasan
(Schott dan Priest, 2002).
Tehnik relaksasi pernafasan dapat menghilangkan nyeri post operasi, karena
aktivitas-aktivitas di serat besar dirangsang oleh tindakan ini, sehingga gerbang untuk
aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri) tertutup (Smeltzer & Bare, 2002).
Dari uraian diatas maka peneliti membuat kesimpulan alasan mengambil judul
yaitu bahwa saat sekarang ini tehnik persalinan dengan seksio sesarea meningkat dari
tahun ke tahun, dan banyak pasien mengeluh terhadap nyeri pada perawatan post operasi
caesaria. Salah satu tehnik dalam menanggulanginya adalah dengan tehnik distraksi dan
relaksasi yang merupakan tehnik nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi
nyeri. Untuk itu, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbedaaan
perubahan intensitas nyeri selama perawatan post Seksio Sesarea antara pasien yang
menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, apakah ada perbedaan
perubahan intensitas nyeri selama perawatan post Seksio Sesarea antara pasien yang
menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengindentifikasi Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan
Post Seksio Sesarea antara Pasien yang menggunakan Tehnik Distraksi dan
Relaksasi di RSU. Dr. Pringadi Medan
2. Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi karakteristik ibu post Seksio Sesarea di RSU. Dr.
Pringadi Medan
b. Mengindentifikasi Perbedaan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post
Seksio Sesarea dengan menggunakan Tehnik Distraksi di RSU. Dr.
Pringadi Medan
c. Mengindentifikasi Perbedaan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post
Seksio Sesarea dengan menggunakan Tehnik Relaksasi di RSU. Dr.
Pringadi Medan
D. Manfaat Penelitian
1.
3.
Masyarakat
Memberikan informasi dan data untuk peneliti yang ingin melakukan
penelitian sejenis.