Anda di halaman 1dari 14

Laporan Penelitian

Hubungan kadar superoksida dismutase dan body mass index dengan


respons radiasi penderita karsinoma nasofaring
Irine Eka Meiyani, Pudji Rahaju, Melania Soedarmi
Laboratorium Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang - Indonesia

ABSTRAK
Latar belakang: Terapi utama karsinoma nasofaring (KNF) adalah radioterapi
menggunakan radiasi ionisasi yang menyebabkan kematian sel dengan cara pembentukan
radikal bebas. Pada penelitian terdahulu ditemukan penurunan signifikan kadar superoksida
dismutase (SOD) dan aktivitas antioksidan plasma total pada penderita KNF sesudah
radioterapi dibanding dengan sebelum radioterapi. Tujuan: Mengetahui kadar SOD dan body
mass index (BMI) penderita karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi, serta
hubungan SOD dan BMI sebelum radioterapi dengan respons radiasi. Metode: Desain
penelitian yang digunakan adalah uji klinis dengan rancang desain pre and post test without
control group. Subjek penelitian adalah penderita KNF yang datang berobat di RS Dr. Saiful
Anwar Malang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan cara pengambilan sampel
non-random dengan teknik purposive sampling sampai besar sampel terpenuhi. Hasil: Dari
11 penderita yang dilakukan radioterapi, dua penderita dinyatakan drop out. Sembilan
penderita dievaluasi sampai selesai dan didapatkan adanya perbedaan kadar SOD antara
penderita KNF dengan normal dengan p=0,000, sedangkan rerata BMI hampir sama. Beda
SOD dan BMI antara sebelum dan sesudah radioterapi adalah p=0,007 untuk SOD dan
p=0,002 untuk BMI. Respons radiasi tidak berbeda bermakna dengan adanya perbedaan SOD
dan BMI sebelum radioterapi, dan tidak ada hubungan antara kadar SOD dan BMI sebelum
radioterapi dengan respons radiasi. Kesimpulan: Pemberian radioterapi pada penderita KNF
stadium lanjut menyebabkan penurunan kadar SOD dan nilai BMI. Kadar SOD dan BMI
sebelum radioterapi tidak berhubungan dengan respons radiasi.
Kata kunci: karsinoma nasofaring (KNF), superoksida dismutase (SOD), body mass index
(BMI), respons radiasi

ABSTRACT
Background: Radiotherapy remains to be the main treatment for nasopharyngeal cancer
(NPC), employs ionized radiation to kill cancer cells by forming free radicals. Previous

research has found significant drop in superoxide dismutase (SOD) and antioxidant total
plasma activity post radiotherapy in comparison with pre radiotherapy. Purpose: To evaluate
the level of SOD and body mass index (BMI) of NPC patient, before and after radiotherapy,
and correlation between SOD and BMI before radiotherapy with response rates of
radiotherapy. Methods: This research was clinical study which design pre and post test
without control group. Responsdents were NPC patients in Dr. Saiful Anwars Hospital
Malang and fulfilled the criteria, with non random purposive sampling technic. Result: This
research involved 11 NPC patients who were treated with radiotherapy. Two dropped out
from this research, and only 9 subjects were evaluated. There was a significant difference
between mean SOD in NPC patients and those in healthy people with p=0.000, whereas,
mean BMI levels were normal in both groups. There was a difference in SOD level and BMI
values between pre and post radiotherapy with p=0.007 for SOD and 0.002 for BMI. No
difference response rates of radiotherapy in difference level of SOD and BMI value before
radiotherapy, there is no correlation between SOD and BMI to response rates radiotherapy.
Conclusion: Radiotherapy for advance stage NPC patients could decrease SOD level and
BMI value, and level SOD and BMI before radiotherapy have no correlation to response
rates radiotherapy.
Key words: nasopharyngeal carcinoma (NPC), superoxide dismutase (SOD), body mass
index (BMI), response rate radiotherapy
Alamat koresponsdensi: Irine Eka Meiyani, Laboratorium Ilmu Penyakit THT Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. E-mail: ireneyosephina@yahoo.com

terutama di Cina Selatan, Hong Kong,

PENDAHULUAN
Karsinoma

nasofaring

(KNF)

merupakan tumor yang berasal dari


epitel nasofaring. Angka kejadiannya
lebih

dari

95%

keganasan

di

nasofaring pada dewasa, dan 20%


35% pada keganasan nasofaring anakanak.1 Angka kejadian KNF di Asia
cukup tinggi, namun di Eropa dan
Amerika

jarang

dijumpai.

KNF

termasuk

dalam

sepuluh

besar

keganasan yang ada di Asia Tenggara

Singapura dan Taiwan dengan insiden


1053 kasus tiap 100.000 penduduk.
Insiden KNF di negara-negara barat
sebesar

satu

kasus

tiap

100.000

penduduk per tahun.2 Insiden KNF di


Indonesia pernah dilaporkan sebesar
4,7 per 100.000 penduduk per tahun.3,4
Data

dari

Bagian

THT

RS

Dr.

Soetomo Surabaya, pada tahun 2000


2001 (dalam dua tahun) didapatkan
kasus baru sebanyak 623 orang, 347

kasus KNF baru pada tahun 2000 dan

daripada sel kanker, dan keadaan ini

276 pada tahun 2001, perbandingan

dipakai sebagai dasar untuk melakukan

laki-laki dan perempuan sebesar 2:1

radioterapi pada kanker.11

dengan kelompok umur terbanyak

Ahli

radiobiologi

mengetahui

pada dekade ke-5.5 Data pencatatan

bahwa

medik RS Dr. Saiful Anwar Malang,

dengan membentuk radikal lain yang

didapatkan kasus baru KNF sebesar 38

tidak dapat diperbaiki. Penambahan

orang selama tahun 2005, 17 orang

superoksida dismutase (SOD) pada

selama tahun 2006 dan 35 orang

medium

pertumbuhan

melindungi

sebagian

selama tahun 2007.

6,7

Terapi utama KNF sampai saat ini


adalah

radioterapi.

Pertimbangan

pemilihan radioterapi didasarkan fakta


bahwa

secara

kebanyakan

merupakan

sel

kerusakan

dapat
melawan

kerusakan oleh radiasi ionisasi, yang


efeknya juga terlihat pada beberapa sel
hewan yang dikultur.11,12

histopatologi

KNF

memfiksasi

O2

Pada penelitian ditemukan bahwa


terjadi

penurunan

aktivitas

enzim

karsinoma undifferentiated (7595%)

antioksidan pada eritrosit dan status

dan karsinoma non-keratinisasi yang

antioksidan

radiosensitif.1,8

penderita KNF dibandingkan orang

Radioterapi

dilakukan

dengan

total

plasma

pada

normal. Juga terjadi penurunan yang

menggunakan radiasi ionisasi yang

signifikan

menyebabkan kematian sel dengan

peroksidase (GSH-Px) dan aktivitas

cara

antioksidan

pembentukan

radikal

bebas,

kadar

total

melalui dua mekanisme. Mekanisme

penderita

pertama,

dibandingkan

yaitu

menyebabkan
beberapa

apoptosis

kematian

jam

Mekanisme

sel

setelah

kedua

yang
dalam

glutation

plasma

KNF

pada

pasca-radioterapi
dengan

pra-

radioterapi.13,14

radiasi.

Malnutrisi seringkali terjadi pada

dengan

penderita

keganasan

menginduksi kegagalan mitosis dan

terutama

karena

menghambat proliferasi selular, yang

semakin diperberat oleh radioterapi.

kemudian dapat mematikan sel-sel

Penderita keganasan kepala leher yang

kanker.

radioterapi

dilakukan radioterapi dapat mengalami

adalah kerusakan selular DNA.9,10

radiomukositis, odinofagi, serostomia

Kemampuan memperbaiki diri DNA

dan

sel normal lebih baik dan lebih cepat

Malnutrisi dan kakeksia meningkatkan

Target

adalah

SOD,

utama

gangguan

kepala

leher,

anoreksia

yang

pengecapan.15

morbiditas

dan

mortalitas,

serta

tetrazolium

(NBT)

oleh

radikal

dan

superoksid. Status gizi, dalam hal ini

kelangsungan hidup bebas penyakit

BMI diukur dengan mengukur tinggi

(survival) penderita. Penderita dengan

dan berat badan dan pembesaran

malnutrisi

dapat

kelenjar leher dinilai dengan mengukur

mentoleransi terapi termasuk radiasi

panjang dan lebarnya. Selanjutnya

kemoterapi

mempunyai

dilakukan radioterapi sebanyak 33 kali

kecenderungan mengalami efek yang

dengan dosis total 6600 cGY dengan

berlawanan dan merugikan (adverse

fraksinasi pemberian 200 cGy dan

menurunkan

kualitas

sering

dan

hidup

tidak

lebih

effect) terhadap terapi kanker.


Penelitian

16

ini

bertujuan

mengetahui

apakah

ada

radioterapi

pada

waktu pemberian lima kali seminggu.


untuk

pengaruh

penderita

KNF

terhadap SOD dan BMI penderita.

Setelah

radioterapi

diselesaikan,

dilakukan pengukuran kembali kadar


SOD, penilaian status gizi (BMI)
respons

radiasi

penderita

dengan

mengukur pengecilan kelenjar leher.


METODE
Desain penelitian adalah uji klinis
dengan rancang desain pre and post
test without control group. Subjek
penelitian adalah penderita KNF baru
yang datang berobat di RS Dr. Saiful
Anwar Malang, dengan kriteria KNF
WHO tipe III, stadium III atau IV.
Pengambilan sampel dilakukan secara
non-random dengan teknik purposive
sampling

sampai

besar

sampel

terpenuhi. Setiap sampel diperiksa


kadar SOD, status gizi (BMI) dan
pembesaran kelenjar leher. SOD yang
diukur adalah kadar SOD total dalam
serum,

menggunakan

prinsip

pengukuran panjang gelombang pada


spektrometer

dari

hasil

reaksi

netralisasi SOD terhadap nitro blue

HASIL
1. Karakteristik subjek
Penelitian dilakukan pada bulan
Maret hingga Oktober 2009 dengan
subjek

27

nasofaring

penderita
yang

karsinoma

terjadwal

untuk

radioterapi, namun hanya 23 yang


memenuhi kriteria. Dari 23 penderita
tersebut,

terdapat

penderita

meninggal selama menunggu jadwal, 4


penderita tidak datang lagi memenuhi
jadwal, 4 penderita melakukan terapi
di senter lain dan 1 penderita dilakukan
kemoradiasi

konkomitan,

sehingga

hanya 11 penderita yang masuk dalam


sampel penelitian, yang terdiri dari 1
pasien perempuan dan 10 pasien laki-

Karakteristik

laki. Berdasarkan usia, terdapat 4

penelitian

kurang dari 40 tahun, sedangkan yang

penderita perempuan dan 10 (90,9%)

berusia lebih dari 40 tahun sebanyak 7

adalah

penderita.

penderita

11

penderita

ini,

adalah

penderita
kurang

pada

penderita yang berusia 40 tahun atau

Dari

ini

penderita

(9,1%)

laki-laki.
dari

40

Usia
tahun

terdapat 2 orang yang masuk ke dalam

sebanyak 4 (36,4%) dan sisanya 7

stadium III, dan 9 orang dengan

(73,6%) berusia lebih dari 40 tahun.

stadium

Sebagian

IV

B.

Selama

proses

radioterapi, 2 penderita dinyatakan

atau

sebanyak 9 (81,8%) orang, menderita


karsinoma nasofaring stadium IVB dan

menyelesaikan radioterapi sampai 33

2 (18,2%) penderita menderita stadium

kali (6600 cGy).

III.

out

tidak

penderita

dapat

drop

karena

besar

2. Pola SOD dan BMI penderita KNF yang diradioterapi


Tabel 1. Hasil uji t test SOD dan BMI penderita KNF
Keterangan

t test

Signifikansi

Perbedaan kadar superoksida dismutase (SOD) antara orang


normal (74,3556 SD 8,6829) dengan penderita nasofaring
(50,522 SD 7,16)

6,352

0,000

Perbedaan kadar SOD penderita KNF antara sebelum (50,522


SD 7,16) dan sesudah (40,41 SD 8,21) dilakukan radioterapi

3,571

0,007

Perbedaan status BMI antara sebelum (19,51 SD 3,035) dan


sesudah (18,068 SD 2,59) dilakukan radioterapi

4,699

0,002

Gambar 1. Grafik BMI penderita KNF

3. Respons radiasi
Tabel 2. Respons radiasi penderita KNF
Nodul

Nodul kanan

Nodul kiri

Gabungan

Respons radiasi

Complete response

50

50

33,3

Partial response

50

50

66,7

Keterangan: N = besar sampel

4. Hubungan kadar SOD dan BMI dengan respons radiasi


Tabel 3. Rerata SOD dan BMI berdasar respons radiasi
Complete response

Partial response

Rerata SOD sebelum


radioterapi

52.3000

49.6333

Rerata BMI sebelum


radioterapi

19.5167

19.5100

Tabel 4. Uji korelasi SOD sebelum radioterapi dengan respons radiasi


Keterangan

Kesimpulan

Hubungan antara SOD dengan


radioterapi

-0,044

0,911

korelasi tidak signifikan

RS Dr. Soetomo Surabaya, antara

DISKUSI
Pada penelitian ini didapatkan 11
subjek, dengan usia termuda 20 tahun
dan tertua 63 tahun, serta terbanyak di
atas 40 tahun atau pada dekade 5 ke
atas (73,6%). Laki-laki ditemukan
lebih banyak (90,9%) dibandingkan
perempuan. KNF dapat ditemukan
pada semua umur, namun insiden
tertinggi pada umur 4060 tahun
dengan

rasio

laki-laki

dibanding

perempuan sebesar 3:1.13,17 Data dari

tahun 20002001 pada kasus baru,


perbandingan laki-laki dan perempuan
sebesar

2:1

dan

kelompok

umur

terbanyak pada dekade 5.5 Dari 11


penderita

yang

dijadikan

sebagian

besar

sudah

sampel,
memasuki

stadium IVB (81,2%) dan lainnya pada


stadium III (18,8%), yang semuaanya
termasuk stadium lanjut. Penderita
sebagian besar datang pada stadium
lanjut oleh karena tumor primer sulit

diketahui secara dini dan KNF dikenal

keganasan

sebagai tumor ganas yang berpotensi

gastrointestinal, anoreksi dapat timbul

tinggi

akibat adanya penurunan rasa kecap,

menimbulkan

regional

maupun

terjadi

kesalahan

karena

tidak

jauh.

metastasis
2,17

Sering

diagnosis

jelasnya

awal

kualitas

luar

traktus

penciuman,

neuroendokrin,

gangguan

gangguan

pada

dan

hypothalamic appetite control center,

sulitnya pemeriksaan pada nasofaring.1

sehingga terjadi gangguan kontrol

KNF mempunyai karakteristik yang

asupan

berbeda dibanding keganasan di daerah

kenyang.

kepala

umumnya.

menyebabkan reaksi akut yang bisa

Penyebaran tumor ke kelenjar getah

terjadi dalam tiga hari sampai satu

bening regional sering terjadi dan ini

minggu

seringkali merupakan gejala pertama

menelan akibat edema dan mukositis

yang

datang

orofaring yang menyebabkan disfagia

dalam

dan odinofagia, penurunan produksi

data

saliva dengan konsekuensi penurunan

penderita KNF saat pertama kali

enzim (radiasi kepala leher), nausea,

berobat dengan pembesaran kelenjar

vomiting, enteritis atau diare (radiasi

getah bening regional sebanyak 72%.

daerah abdominal), yang juga akan

dan

gejala

di

leher

membuat

penderita

Skinner,18

berobat.
penelitiannya

mendapatkan

Dari 11 subjek yang dievaluasi, 2

makanan

dan

rasa

cepat

Radioterapi

terapi,

mengganggu

berupa

nafsu

dapat

kesulitan

makan.

Sakit

subjek dinyatakan drop out karena

kepala dialami oleh subjek semenjak

tidak

belum

dapat

menyelesaikan

jadwal

dilakukan

radioterapi

dan

radioterapi, sehingga hanya 9 subjek

memberat

yang

dalam

radioterapi. Sakit kepala dapat terjadi

penelitian. Efek samping yang terjadi

pada lebih kurang 30% penderita KNF

adalah

akibat perluasan tumor ke daerah

dapat

diperhitungkan

anoreksi

(88,8%),

lethargi

setelah

(77,8%), mukositis (66,7%), anemia

sekitarnya,

(55,6%), excoriasi (22,2%) dan ulkus

tengkorak.16,20

yang

memburuk

samping

yang

(11,1%).
terjadi

terutama

dilakukan

daerah

basis

Efek

Kerusakan pada epitel dan jaringan

selama

parenkim merupakan salah satu efek

pengamatan adalah komplikasi dini

samping

yang biasanya terjadi selama atau

tetapi selalu terjadi pada radiasi. Atrofi

beberapa

setelah

dapat terjadi pada semua lapisan epitel,

penderita

dari kulit, saluran cerna, saluran napas,

minggu

radioterapi.13,16,19

Pada

yang

munculnya

lambat,

saluran kemih dan juga kelenjar. Hal

dan

ini menjelaskan bahwa epitel atau

mengakibatkan ekstravasasi eritrosit.

parenkim mengalami efek samping

Kerusakan yang terjadi pada sistem

lebih banyak dan lebih berat daripada

hemopoitik

jaringan lain.21 Mukositis terjadi bila

terjadinya

terapi keganasan merusak kecepatan

trombositopeni.

pembelahan sel epitel saluran cerna,

jumlahnya dan sel darah merahpun

terutama pada rongga mulut, sehingga

mengalami

penurunan,

menyebabkan mukosa terbuka, terluka

dibiarkan

akan

dan mengalami infeksi. Mukositis

penurunan

dapat terjadi di mana saja sepanjang

mencapai level 8 g/dl dalam 30

saluran cerna dari mulut sampai anus.

hari.16,21

Mukositis oral paling sering terjadi


sebagai

komplikasi

keganasan,

dari

baik

terapi

pembedahan,

pelebaran

sinusoid

akhirnya

yang

menyebabkan

neutropeni

dan

Leukosit

menurun

yang

bila

mengakibatkan

hemoglobin

hingga

Ekskoriasi pada kulit sekitar daerah


radioterapi umumnya terjadi karena
subjek

merasakan

sensasi

tidak

kemoterapi maupun radiasi. Biasanya

nyaman (kering, gatal) pada daerah

terjadi pada 2040% penderita dengan

sekitar wajah dan leher serta bahu yang

kemoterapi,

50%

terkena efek radiasi, sehingga subjek

penderita yang mendapat kombinasi

menggaruknya atau terkena pakaian

kemoterapi dan radiasi, terutama pada

dan terjadilah lecet pada kulit. Reaksi

dan

lebih

dari

keganasan kepala dan leher.

22

Pada

awal pada jaringan yang terkena

penelitian ini juga ditemukan efek

radiasi seperti inflamasi, terjadi dalam

samping anemia selama dilakukan

beberapa jam sampai beberapa minggu

radioterapi.

setelah radiasi karena perubahan pada

Keganasan

sendiri

menyebabkan anemia melalui beberapa

permeabilitas

mekanisme

dan

keluarnya

memperberat

anemia

kerusakan

pada

radioterapi

sumsum

prekursor

dari

tiga

histamin.

sel

dan

Reaksi

awal

melalui

jaringan ini menyebabkan matinya sel

tulang.

dan mengakibatkan mukositis, serta

Nekrosis (karyopyknosis, lysis) pada


sel

membran

jaringan

deskuamasi epidermis.23
Pengukuran

kadar

SOD

pada

hemopoitik utama, yakni eritroblas,

penderita KNF menunjukkan rerata

mieloblas dan megakariosit, timbul

yang

dalam 24 jam setelah pajanan radiasi.

dengan orang normal, dan perbedaan

Terjadi percepatan migrasi sel matur

ini bermakna dengan nilai signifikansi

lebih

rendah

dibandingkan

p=0,000 pada uji t test seperti pada

perbedaan SOD sebelum dan sesudah

tabel

mungkin

radioterapi menunjukkan penurunan

tendensi

yang

1.

Keadaan

disebabkan

oleh

kerusakan

ini

kuatnya

pada

progresivitas

DNA

keganasan,

bermakna,

nilai

atau

signifikansi 0,007 (p<0,05). Data ini

yang

menunjukkan bahwa radioterapi dapat

menyebabkan penurunan ketahanan

menurunkan

antioksidan

bermakna.

karena

dengan

melakukan

kadar
Enzim

SOD
SOD

dengan
berfungsi

terhadap

sebagai katalisator reaksi dismutase

reactive oxygen species sepanjang

terhadap anion superoksida menjadi

perlawanan

hidupnya.

terus-menerus

14

hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen

Penilaian
setelah

SOD

dilakukan

lagi

selesai

dan

radioterapi

(O2).12
SOD

O2

O2

+ 2H

Sebenarnya enzim ini telah ada

H2O2
sesudah

O2

radioterapi.

BMI

pada

memerlukan

penderita KNF dibandingkan dengan

bantuan zat-zat gizi mineral seperti

nilai BMI normal tidak menunjukkan

mangan (Mn), seng (Zn), dan tembaga

adanya perbedaan, BMI pada penderita

(Cu) agar bisa bekerja. Antioksidan ini

KNF (lihat gambar 1) lebih banyak

merupakan enzim intraseluler mayor

berada pada rentang nilai BMI normal

yang melindungi sel dari toksisitas

(18,524,5).

oksigen.12,24

yang

menilai signifikansi penurunan BMI

efek

sebelum

dalam

tubuh,

bertanggung

namun

Mekanisme
jawab

pada

Uji

dan

ANOVA

untuk

pertengahan,

serta

radioprotektif dari SOD tidak diketahui

pertengahan dan sesudah radioterapi

dengan jelas, tetapi kemungkinan SOD

mendapatkan nilai p>0,05, yang berarti

dapat menghambat kerusakan rantai

tidak terjadi penurunan bermakna dari

DNA

keadaan

dari

induksi

superoksida.

sebelum

radioterapi

radioterapi

dan

ke

Peningkatan radiosensitivitas terjadi

pertengahan

dari

bila ada defisiensi enzim ini dalam

pertengahan radioterapi ke sesudah

tubuh.24

radioterapi.

Penilaian status gizi dilakukan

Uji t untuk menilai BMI sebelum

dengan menilai BMI subjek yang

dan sesudah radioterapi menunjukkan

dilakukan sebelum, pertengahan dan

nilai

signifikansi

sebesar

0,002

(p<0,05) yang berarti BMI sebelum


dan

sesudah

signifikan.
diartikan

radioterapi

berbeda

KNF yang dilakukan radioterapi dinilai

tersebut

dapat

dengan mengevaluasi pengecilan nodul

radioterapi

dapat

(metastasis)

Data
bahwa

Respons radiasi pada penderita

lokoregional

menyebabkan penurunan BMI secara

dilakukan

bermakna.

atau

dengan sebelum dilakukan radioterapi.

penurunan status gizi pada penderita

Penilaian deskriptif yang dilakukan

keganasan yang dilakukan radioterapi

menunjukkan

merupakan rangkaian panjang sebab

memberikan respons lengkap dan 6

akibat, sejak dimulainya radioterapi.

subjek (67,7%) memberikan respons

Keganasan

menyebabkan

tidak lengkap atau partial (lihat tabel

hilangnya atau menurunnya selera

2). Kebanyakan tumor, bahkan yang

makan

radioterapi

pertumbuhannya lambat memberikan

memperberatnya dengan adanya reaksi

respons terhadap terapi radiasi. Hal ini

akut berupa kesulitan menelan akibat

sesuai dengan respons akut pada

edema dan mukositis orofaring yang

jaringan normal akibat efek radiasi

menyebabkan disfagia dan odinofagia,

fraksinasi. Respons radiasi tumor tidak

penurunan produksi saliva dengan

hanya

akibat penurunan enzim (radiasi kepala

kinetik sel tumor, tetapi juga fase

leher), mual, muntah, enteritis atau

hidup dan diferensiasi sel tumor.

diare.

Dengan

Penurunan

sendiri

seseorang,

Pada

BMI

dan

penelitian

multisenter

radioterapi

setelah

dibandingkan

subjek

tergantung

demikian

pada

(33,3%)

proliferasi

tumor

yang

terhadap 12 jenis kanker, disimpulkan

tumbuhnya cepat karena proporsinya

terapi

berpengaruh

yang besar pada sel yang memiliki

terhadap status nutrisi. Didapatkan

kecepatan proliferatif tinggi akan cepat

lebih

yang

mengecil setelah radiasi (dapat tumbuh

(bedah,

kembali dengan cepat bila tidak tuntas

kanker

dari

mendapat

dapat

40%
terapi

penderita
kanker

kemoterapi dan radiasi) mengalami

radiasinya).

malnutrisi.16

Tokyo,

pengecilan tumor pada tumor yang

Jepang sejak April 1994Desember

tumbuhnya lambat diakibatkan oleh

2000 yang dilakukan oleh Isobe dkk.25

tingginya

pada penderita KNF dengan metastasis

(seperti

lokoregional

differentiated

Penelitian

yang

di

dilakukan

Cepatnya

reaksi

program

kematian

sel

apoptosis,

shedding

of

cells).26

Radiasi

radioterapi hiperfraksinasi mencatat

menginduksi kematian sel saat terjadi

rerata penurunan BB sebesar 11,8%.

pembelahan sel dan mengaktifkan jalur

yang

menyebabkan

kematian

sel

karena

radiasi

dapat

diperbaiki.

melalui apoptosis pada masa interfase

Oksigen mengikat radikal bebas yang

dan diferensiasi sel.10 Pada penelitian

hidupnya pendek (oksidasi) pada DNA

di

diketahui

dan memfiksasi kerusakan. Thiol atau

sensitivitas radiasi pada penderita KNF

antioksidan lain berkompetisi dengan

dengan

yang

reaksi oksidasi ini, yang secara kimia

dipengaruhi

menurunkan kadar radikal bebas dan

Cina

(Guangzhou)

metastasis

dilakukan

regional

radioterapi

protein

memperbaiki kerusakan. Pengurangan

vascular endothelial growth factor

kadar radikal bebas adalah salah satu

(VEGF) dan microvascular density

mekanisme di mana antioksidan secara

(MVD).19,27

tidak langsung mempengaruhi aksi

positif oleh

protein

P53,

Uji korelasi antara SOD dengan

radiasi.

Luasnya

kerusakan

pada

response rate radioterapi (lihat tabel 4)

jaringan normal saat terapi radiasi

tidak menunjukkan adanya hubungan

tergantung pada dosis, sensitivitas

yang

jaringan dan kemampuan memperbaiki

signifikan

dengan

p=0,911

(signifikansi >0,05). Data-data lain

diri,

juga

pertahanan antioksidan endogen.10

menunjukkan

tinggi

atau

organ

yang

terkena

dan

Perluasan kerusakan DNA setelah

rendahnya SOD dan BMI penderita


dengan

radiasi

tergantung

respons radiasi, dan mengindikasikan

faktor.

Faktor

bahwa respons radiasi penderita KNF

oksigen selular. Sel yang hipoksia akan

cenderung dipengaruhi oleh faktor lain

kurang sensitif dibandingkan dengan

selain SOD dan BMI.

sel yang aerasinya baik. Sel yang

KNF

tidak

Respons

berhubungan

sel

terhadap

radiasi

pada

beberapa

terpenting

adalah

mengalami anoksia membutuhkan 23

tergantung pada tipe dan dosis radiasi,

kali

dosis

radiasi

sensitivitas

jaringan

dan

menyebabkan kematian sel yang sama

kemampuannya

memperbaiki

diri,

dengan sel yang oksigenasinya baik.

dapat

serta faktor intraseluler yang meliputi

Oksigen

fase sel dalam siklus sel, konsentrasi

waktu kontak radikal bebas yang

oksigen,

dihasilkan

dan

kadar

thiol,

serta

dipercaya

untuk

oleh

memperpanjang

interaksi

radiasi

antioksidan intraseluler lain. Oksigen

dengan H2O. Radiasi ionisasi tidak

intraseluler

langsung akan memberi konsekuensi

menentukan

luasnya

kerusakan DNA akibat radiasi. Tanpa

kurang

oksigen

memiliki area hipoksia dan nekrosis.

kerusakan

tidak

langsung

efektif

pada

tumor

yang

Sebaliknya kerusakan yang mengikuti

Dari penelitian ini diketahui bahwa

radiasi ionisasi secara langsung tidak

kadar

tergantung

karsinoma

kadar

Observasi

oksigen

klinik

seluler.

menunjukkan

SOD

dan

BMI

nasofaring

penderita

dapat

turun

nilainya yang mungkin disebabkan

pentingnya kadar oksigen pada pasien

oleh

yang mendapat radioterapi dengan

diperberat

anemia berat. Pada observasi ini

penelitian ini diketahui radioterapi

ditemukan

yang

pada penderita karsinoma nasofaring

memburuk pada berbagai jenis tumor

dapat mempengaruhi penurunan SOD

yang

anemia.

dan BMI secara bermakna. Namun

menunjukkan

respons radiasi terhadap tumor/nodul

peningkatan daya tahan hidup pada

tidak dipengaruhi oleh SOD ataupun

penderita

BMI.

adanya

juga

Beberapa

keadaan

mengalami

penelitian

kanker

serviks

dengan

keganasan
oleh

itu

sendiri

radioterapi.

dan
Pada

perluasan lokal yang diterapi dengan


radiasi dengan kadar hemoglobin di
atas 11 gr/dl dibandingkan dengan

DAFTAR PUSTAKA
1. Brickman TM, Doerr T, Jeyakumar

pasien dengan Hb yang lebih rendah.

Alwin, Jeyakumar Anita. Review of

Anemia berisiko memberikan daya

nasopharyngeal

tahan

setelah

(disease/disorder/overview). Ear Nose

radioterapi selain tumor serviks, antara

Throat J [serial on the internet]. 2006

lain

March [cited 2006 Sept 25]. Available

hidup

tumor

yang

buruk

endometrial,

kandung

carcinoma

kemih dan kanker daerah faring.

from:

Pentingnya

http://www.encyclopedia.com/doc/1G

oksigen

seluler

juga

ditunjukkan dengan hasil yang baik


pada penderita yang mendapat oksigen
hiperbarik.28
Kerusakan DNA setelah paparan

1-44014258.html.
2. Paulino AC. Nasopharyngeal cancer
[homepage on the internet]. c2006
[updated 2006 Mar 23; cited 2006
Nov

11].

Available

from:

radiasi juga tergantung pada saat di

http://www.eMedicine.com/med/topic.

mana fase sel berada pada siklus sel.

1553.htm-84k.

Radiosensitivitas bervariasi tergantung

3. Soetjipto D. Karsinoma nasofaring.

fasenya. Pada pengamatan, umumnya

Dalam: Iskandar N. Tumor telinga,

yang paling sensititif adalah fase G2

hidung,

dan fase M, dan yang paling resisten

penatalaksanaan.

adalah fase G1 dan akhir fase S.28

Penerbit FKUI; 1989. h. 71-84.

tenggorok,

diagnosis
Jakarta:

dan
Balai

4. Roezin A. Masalah penatalaksanaan

12. Halliwel B, Gutteridge JM. Free

karsinoma nasofaring di berbagai

radicals in biology and medicine. 3th

daerah

ed. New York: Oxford University

di

Indonesia.

Majalah

Indonesia

1994;

Kedokteran

Press; 1999. p. 604-9.


13. Lan LTH, Lut NN. The changes of

44(6):349-55.
5. Mulyarjo.

Diagnosis

penatalaksanaan

dan
karsinoma

antioxidant
peroxidation

potency
of

and

lipid

patients

with

nasofaring. Dalam: Naskah Lengkap

nasopharyngeal cancer in pre and

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan

post-radiotherapy. TC Y hoc Vit

III

Nam 2007; 333(4):8-12.

Ilmu

Kesehatan

THT-KL.

Surabaya: THT FK-Unair; 2002. h.

14. Salzman R, Kostica R, Pcal L,


Kakov K, Tomndl J, Horkov Z, et

38-48.
6. Soemantri JB. Laporan tahunan SMF

al. Increased level of malondialdehyde

THT RS Dr. Saiful Anwar Malang,

as negative prognostic factor for

2006

recurrent head and neck squamous cell

7. Suheryanto R. Laporan tahunan SMF


THT RS Dr. Saiful Anwar Malang,

Otorinolaryngologie

Foniatrie. Supplementum. 2006.


15. Dias MCG, Marucci FN, Nadalin W,

2007
8. Wei

carcinoma.

William

I.

Nasopharyngeal

Waitzberg

DL.

Nutritional

cancer. In: Bailey BJ, Johnson JT, eds.

intervention improves the caloric and

Head & neck surgery-otolaryngology.

proteic ingestion of head and neck

th

ed. Phildelphia, USA: Lippincott

Williams & Wilkins; 2006. p. 1657-

cancer patients under radiotherapy.


Nutricin Hospital 2005; 20:320-5.
16. Maskoep WI. Terapi nutrisi pada

71.
9. Lamson

DW,

Brignall

MS.

penderita

kanker.

Pusat

Antioxidants in cancer therapy: their

pengembangan paliatif dan bebas

actions

nyeri RS Dr. Soetomo. Surabaya: FK

and

interactions

with

oncologic therapies. Alternative Med

Unair; 2007.
17. Lin HS. Malignant nasopharyngeal

Rev 1999; 4(5):304-29.


10. Borek C. Antioxidant and radiation

tumors [homepage on the internet].

therapy. Nutrition J 2004; 134:320S-9.

c2009 [updated 2009 Oct 16; cited

11. Asroel

HA.

Penatalaksanaan

radioterapi

pada

nasofaring.

Medan:

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Sumatera

Utara; 2002. h. 1-11.

karsinoma

2009

Dec

12].

Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article
/848163-overview.
18. Skinner DW, Hasselt CA, Tsao SY.
Nasopharyngeal carcinoma, modes of

presentation.

Ann

Otol

Rhinol

Laryngol 1991; 100:544-51.

Aug

19. Susworo. Radioterapi. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI; 2007.
20. Plant

RL.

12].

Available

from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshel
f/br.fcgi?book=eurekah&part=A32246

Neoplasms

of

the

nasopharynx. In: Snow JB, Wackym


PA,

[updated 2006 Mar 18; cited 2007

eds.

Ballengers

.
25. Isobe K, Uno T, Kawakami H, Ueno
N, Aruga T, Yasuda S, et al.

Otorhinolaryngology head and neck

Hyperfractionated

surgery. 17th ed. Philadelphia, New

locoregionally

York: Lea & Febiger; 2009. p. 1081-

nasopharyngeal cancer. Jpn J Clin

90.

Oncol 2005; 35(3):116-20.

21. Fajardo LF. Morfologi of radiation

26. Withers

HR.

radiation

for

advanced

Biologic

basis

of

effects on normal tissues. In: Devita

radiation therapy. In: Devita VT,

VT, Hellman S, Rosenberg S, eds.

Hellman

Principles and practise of oncology.

Principles and practise of oncology.

5th ed. Philadelphia, New York:

5th ed. Philadelphia, New York:

Lippincott Raven; 1997. p. 114-23.

Lippincot Raven; 1997. p. 67-91.

S,

Rosenberg

S,

eds.

22. Rosenbaum EH, Silverman S, Festa B,

27. Jun YW, Qing MH, Ping CX, Tian

Rosenbaum IR, Matel J, Snow RE, et

CK, Hui HJ, Yang L. Correlations of

al. Mucositis: oral, esophageal and

biomolecular markers, such as P53

gastrointestinal problem and solution.

protein

Cancer Supportive Care Programme

growth factor to radiosensitivity of

[homepage on the internet]. c2007

nasopharyngeal carcinoma. Chinese J

[updated 2007 Jul 31; cited 2007 Nov

Cancer 2006; 25(9):1168-72.

12].

Available

from:

and

vascular

endothelial

28. Mundt AJ, Roeske JC, Weichselbaum

http://www.cancersupportive.com/mu

RR. Principles of radiation oncology.

cositis.html.

In: Bast RC, Kufe DW, Pollock RE,

23. Hendry JH, Jeremic B, Zubizarreta

Weichselbaum RR, Holland JF, Frei

EH. Normal tissue complication after

E, Gansler TS, eds. Cancer medicine.

radiation therapy. Pan Am J Public

6th ed. Atlanta, Georgia; BC Decker;

Health 2006; 20(2/3):151-60.

2003.

24. Gridley DS, Green LM, Nelson GA,


Pecaut MJ, Slater JM. Therapeutic
utilities of SOD mimetics: cancer,
radiotherapy

and

SOD

mimetics

[database on the internet]. Madame


Curie Bioscience Database. c2006

Anda mungkin juga menyukai