kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan
konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif. Berdasarkan
penelitian Prihatiningtyas et al (2013) penggunaan simulasi PhET memberikan kesan positif,
menarik, dan menghibur serta mambantu siswa untuk memahami lebih dalam persoalan yang
dipelajari.
Pembelajaran aktif selain menggunakan media yang sesuai, diperlukan pula suatu
strategi atau model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model kooperatif
TGT (Teams Games Tournament). Model ini pertama kali dikembangkan oleh David deVries
dan Keith Edwards yang masih berupa metode pembelajaran (Slavin 2015: 13). Model
pembelajaran ini menggunakan pendekatan kooperatif yang berpusat pada siswa.
Pembelajaran dengan TGT dilaksanakan secara berkelompok dengan harapan siswa dapat
bekerjasama dalam pembelajaran dan saling membantu antar siswa.
Kelebihan dari model TGT adalah setiap tim bertanggung jawab atas anggotanya untuk
mendapatkan nilai tertinggi dalam turnamen. Dengan demikian, siswa yang pintar akan
bertanggung jawab membantu temannya yang yang masih belum memahami materi dalam
pembelajaran. Secara umum TGT memotivasi siwa untuk belajar bersama dan saling
membentu dalam pembelajaran. Hal ini juga berdampak pada peningkatan kognitif siswa.
Seperti halnya pernyataan Slavin (2015: 34) kelebihan dari pembelajaran kooperatif pada dua
kategori, motivasi dan kognitif.
Model pembelajaran Teams Games Tournament menjadi salah satu pilihan dari banyak
model yang tepat karena siswa dapat bekerja sama dalam kelompok yang sudah dibentuk
untuk mempelajari materi dalam sebuah permainan edukasi untuk mengevaluasi hasil dari
kerja kelompok dan hasil belajar siswa secara individu sehingga pembelajaran akan lebih aktif
dan hasilnya akan optimal karena adanya kecenderungan pada setiap siswa memenangkan
games dalam turnamen tersebut baik untuk diri sendiri maupun kelompoknya. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian dari Afifah et al (2013); Masluroh (2013); Rohendi et al (2010);
Wahyu et al (2012), serta Ningtiyas et al (2012) yang menyatakan bahwa model dan metode
TGT dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Serta Edward dan deVries (1974)
Okebukola (1985) dalam catatan Slavin (2015: 59-60)
1.4.2 Bagi siswa, menjadikan pembelajaran lebih inovatif dari model pembelajaran yang
pernah dilakukan di kelas sehingga siswa lebih antusias.
1.4.3 Bagi guru, dapat menjadi referensi pemilihan model pembelajaran untuk diterapkan
pada kelas yang diajarkannya.