Pasal 28
Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
diselenggarakan untuk
1. menjaga kelestarian Ekosistem Pesisir dan Pulau2 Kecil;
2. melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain;
3. melindungi habitat biota laut; dan
4. melindungi situs budaya tradisional.
UU 5 1990
Pasal 2
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan
sumber daya alam hayati dalam ekosistemnya secara
serasi dan seimbang.
Pasal 3
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber
daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Pasal 2 PP 60/2007
Konservasi sumber daya ikan dilakukan
berdasarkan asas:
a. manfaat;
b. keadilan;
c. kemitraan;
d. pemerataan;
e. keterpaduan;
f. keterbukaan;
g. efisiensi; dan
h. Kelestarian yang berkelanjutan.
Permen KP 17/2008
Pasal 5
Jenis KKP3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,
terdiri dari:
a. Suaka pesisir;
b. Suaka pulau kecil;
c. Taman pesisir; dan
1. Taman Nasional Perairan
d. Taman pulau kecil.
KKP
2. Taman Wisata Perairan
PP60/2007
UU 5 1990
Pasal 33
(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman
nasional.
(2) Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi,
menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta
menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
(3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari
taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
UU 27 2007
Pasal 30
Perubahan status Zona inti sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 untuk kegiatan eksploitasi yang dapat
menimbulkan dampak besar dilakukan oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
UU 5 1990
Pasal 40
(1) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat
(2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratusjuta rupiah).
UU 27 2007
Reklamasi
Pasal 34
1. Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau
nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditinjau
dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.
2. Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menjaga dan memperhatikan:
a. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan Masyarakat;
b .keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil; serta
c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan
penimbunan material.
3. Perencanaan dan pelaksanaan Reklamasi diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Presiden.
UU 27 2007
Pasal 50
1. Menteri berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan Pesisir lintas
provinsi dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu.
2. Gubernur berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan Pesisir
sampai dengan 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut
lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan, dan Perairan Pesisir lintas
kabupaten/kota.
3. Bupati/walikota berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan Pesisir
1/3 (satu pertiga) dari wilayah kewenangan provinsi.
Pasal 51
1. Menteri berwenang menetapkan:
a. HP-3 di Kawasan Strategis Nasional Tertentu,
b. Ijin pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil yang menimbulkan dampak
besar terhadap perubahan lingkungan, dan
c. Perubahan status Zona inti pada Kawasan Konservasi Perairan
nasional.
2. Penetapan HP-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah
memperhatikan pertimbangan DPR.
3. Tata cara penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Permen KP 17/2008
Pasal 7
Jenis KKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, terdiri
dari:
a. Daerah perlindungan adat maritim; dan
b. Daerah perlindungan budaya maritim.
Pasal 8
(1) KKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, dapat ditetapkan sebagai
daerah perlindungan adat maritim apabila memenuhi kriteria:
a. wilayah pesisir dan/atau pulau kecil yang memiliki kesatuan masyarakat hukum adat
dan/atau kearifan lokal, hak tradisional dan lembaga adat yang masih berlaku;
b. mempunyai aturan lokal/kesepakatan adat masyarakat yang diberlakukan untuk
menjaga kelestarian lingkungan; dan
c. tidak bertentangan dengan hukum nasional.
(2) KKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, dapat ditetapkan sebagai
daerah perlindungan budaya maritim apabila memenuhi kriteria:
a. tempat tenggelamnya kapal yang mempunyai nilai arkeologi-historiskhusus;
b. situs sejarah kemaritiman yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan budaya yang perlu dilindungi bagi tujuan pelestarian dan pemanfaatan
guna memajukan kebudayaan nasional; dan
c. tempat ritual keagamaan atau adat.
UU 5 1990
Pasal 42
Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan
di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan Undangundang ini, tetap berlaku sampai dengan dikeluarkannya peraturan
pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.
?
UU 27 2007
Pasal 78
Semua peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah ada,
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini, tetap berlaku
sampai dengan dikeluarkannya peraturan pelaksanaan yang baru
berdasarkan Undang-Undang ini.