Oleh :
Nama
NIM
Kelas
MAKALAH PARASITOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dibidang kesehatan dan farmasi sangat erat hubungannya dengan dunia
mikroorganisme,
dikarenakan
banyak
penyakit
yang
disebabkan
oleh
BAB II
ISI
2.1 Klasifikasi Plasmodium malariae
Kingdom : Protista
Phylum
: Apicomplexa
Class
: Aconoidasida
Order
: Haemosporida
Family
: Plasmodiidae
Genus
: Plasmodium
Species
: Plasmodium malariae
Plasmodium
dalam
phylum
Sporozoa.
malariae
Apicomplexa
Sporozoa
golongan
termasuk
atau
merupakan
protista
yang
dapat
dilakukan
mengubah
Plasmodium
parasit
penyakit
pada
dengan
kedudukan
tubuhnya.
malariae
merupakan
manusia
malaria
(penyebab
quartana,
ia
betina)
dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol
yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit
menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah,
sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap,
lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari.
2.4 Siklus Hidup Anopheles
4
3
1
1.
Telur
Untuk bertelur nyamuk betina akan mencarai tempat seperti genangan air
dan daun pepohonan yang lembab. Telur
akan diletakkan berpencar. Telur yang
semua
berwarna
kemudian
putih,
berwarna
12-24
hitam
jam
sebagai
bernafas
larva
harus
hingga
permukaan
air.
menembus
Mikroorganisme
Pupa
tidak
lagi
mensuplai
menjadi
nyamuk
yang
yang
bentuknya
mirip
dengan
hati
Fase
atau
ini
organ
disebut
internal
fase
Pre
bentuk menjadi trophozoit lagi. Cytoplasma sel darah dimakan dan membentuk
vacuola cincin cytoplasma dengan nukleus berada dipinggirnya. Pada saat
trophozoit tumbuh, vacuola menjadi tidak jelas, tetapi terlihat granula pigmen
dari hemozoin dari vacuola. Hemozoin adalah produk dari digesti parasit asal
hemoglobin dari hospes tetapi bukan degradasi dari bagian hemoglobin.
Parasit cepat berkembang menjadi schizont. Bilamana perkembangan
merozoit telah sempurna, maka sel pecah kemudian keluar sel metabolik dari
parasit dan residu dari sel hospes termasuk hemozoin. Banyak merozoit dibunuh
oleh sel reticuloendothelial dan leucocyt, tetapi masih ada sejumlah merozoit
yang berparasit dalam sel hospes.
Setelah beberapa generasi proses reproduksi asexual tersebut, beberapa
merozoit masuk kedalah sel erytrocyt dan membentuk Macrogametocyt dan
microgametocyt, berbentuk agak pipih dan mengandung hemozoin.
Gametocytogenesis mungkin juga terjadi dalam hati. Bila tidak termakan
nyamuk, gametocyt segera akan mati atau dimakan oleh sel phagocyt dalam
sistem reticuloendothelial.
Siklus Hidup pada Nyamuk Anopheles Betina
Bila erytrocyt yang mengandung gemetocyt dihisap oleh nyamuk yang bukan
vektor (tidak cocok), maka darah akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi
bila dihisap oleh nyamuk vektor (cocok) maka gametocyt berkembang menjadi
gamet. Secara alami hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hospes yang
cocok pada parasit plasmodium adalah nyamuk Anopheles spp. Setelah keluar
dari erytrocyt, macrogametocyt masak dan menjadi macrogamet. Dilain pihak
microgamet berubah bentuk menjadi exflagelasi. Begitu microgamet menjadi
extraseluler, dalam waktu 10-12 menit, nucleus membelah diri menjadi 6-8 anak
nuclei, dimana setiap nuclei berkembang menjadi axonema. Pada saat dinding
amoeboid secara
yang
berbeda
rodlets
sel
darah
merah
(eritrosit)
dari
proses
metabolisme
sampai
sianosis
seperti
orang
berkisar 12-18% dan tidak dapat berkembang biak pada garam lebih dari 40%.
Untuk mengatur derajat keasaman air yang disenangi pada tempat
perkembangbiakan nyamuk perlu dilakukan pengukuran pH air, karena
An.Letifer dapat hidup ditempat yang asam atau pH rendah.
3. Lingkungan Biologi
Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves), ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk, karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau
menghalangi dari serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air
merupakan indicator bagi jenis-jenis nyamuk tertentu. Tanaman air bukan saja
menggambarkan sifat fisik, tetapi juga menggambarkan susunan kimia dan
suhu air misalnya pada lagun banyak ditemui lumut perut ayam
(Heteromorpha) dan lumut sutera (Enteromorpha) kemungkinan di lagun
tersebut ada larva An. Sundaicus. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva
seperti ikan kepala timah (Plocheilus panchax Panchax spp), Gambusi sp,
Oreochromis niloticus (nila merah), Oreochromis mossambica (mujair), akan
mempengaruhi populasi nyamuk disuatu daerah. Selain itu adanya ternak besar
seperti sapid dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada
manusia, apabila kandang hewan tersebut diletakkan diluar rumah, tetapi tidak
jauh dari rumah atau cattle barrier (Rao, T.R, 1984).
4. Lingkungan Sosial Budaya
Faktor ini kadang- kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan
faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai larut
malam, di mana vector lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada
rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya berbeda sesuai
dengan perbedaan status social masyarakat akan mempengaruhi angka
kesakitan malaria.
2.12 Pengendalian Malaria
Penanggulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai
penularan antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini
harus ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu :
Pemberantasan Vektor
Pengendalian Vektor
Pengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan,
Rasioanal, Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering
disingkat RESSA yaitu :
1. Rational : Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang
terjadi penularan (ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi kriteria
yang ditetapkan, antara lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan
penderita indegenius dan wilayah pemberantasan PR > 3%.
2. Effective : Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor
atau kombinasi dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut
dianggap paling berhasil mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu
didukung oleh data epidemiologi dan Laporan masyarakat.
3. Sustainable : Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus
dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan
tertentu dan hasil yang sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan
kegiatan lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan
pengobatan penderita.
4. Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh
masyarakat setempat (Depkes RI, 2005)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut :
1. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada,
pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid,
gardu ronda, dan lain-lain.
2. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi,
kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan
yang potensial (Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan
adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara
sungai yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
3. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan
ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana terdapat
banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang
tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa daerah
pantai dan air payau, dll.
4. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan
manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah
dan membatasi perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan
Vektor (Depkes, 2005)
5. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles sp secara kimiawi yang
digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih
dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif
permethrin.
2.13 Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain :
1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria, dengan cara tidur
memakai kelambu, tidak berada diluar rumah pada malam hari, mengolesi
badan dengan lotion anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela.
2. Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara membersihkan semaksemak disekitar rumah dan melipat kain-kain yang bergantungan,
mengusahakan didalam rumah tidak gelap, mengalirkan genangan air serta
menimbunnya.
3. Membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan dengan insektisida)
antimalaria
lainnya
seperti
Artesunate-
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasmodium malariae merupakan suatu anggota dari kelompok Phylum
Apicomplexa atau Sporozoa. Plasmodium jenis ini dapat menyebabkan penyakit
malaria kuartana yang tingkat keparahannya lebih tinggi dibandingkan dengan
penyakit malaria tertiana ringan yang disebabkan oleh Plasmodium ovale.Siklus
hidup Plkasmodium malariae ada dua tahap yaitu tahap pada host manusia dan
pada host nyamuk Anopheles Sp. betina. Anopheles betina merupakan vektor
dari plasmodium. Berbagai cara untuk mengurangi penyakit malaria ini dapat
dilakukan mulai dari pencegahan hingga pengobatannya. Meskipun sebenarnya
faktor yang paling berpengaruh adalah faktor lingkungan yang meliputi faktor
fisik, kimia, dan biologi. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat
mempercepat ataupun memperlambat penyebaran penyakit malaria ini melalui
vektor nyamuk Anopheles betina.
3.2 Saran
Plasmodium Sp, nyamuk Anopheles Sp, dan penyakit malaria merupakan
tiga hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, mengingat ketiganya
memiliki hubungan yang sangat erat. Oleh karena itu, sudah hendaknya kita
mempelajari ketiga hal tersebut guna menemukan cara terbaik dan efektif untuk
mengurangi, bahkan menghilangkan dampak negatif yang ditimbulkannya.
DAFTAR REFERENSI
Davey, Patrick. 2000. At a Glance Medicine.. Jakarta : EMS
Garna, herry, dkk.2010.Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. IDAI. Jakarta.
Mandal, B.K.,dkk.2008. Infeksi Tropis dan Zoonosis Non Helimintik, Lecture Notes
Penyakit Infeks.Jakarta: Erlangga.
Nurhari, Ogi.2009. Plasmodium Sp.
Epidemiologi-Malaria. 9 Juni 2016.
http://www.scribd.com/doc/51574461/
Soedarmo, Sumarmo S.Poorwo . 2010. Infeksi Tropis & Pediatri Tropis. Jakarta : UI
Press.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Malaria, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid iii, hal :
1732. Jakarta : FKUI
Sudoyo A. W. dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V .
Jakarta : EGC
W, Aru Sudoyo.2009.Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing.Jakarta
Widoyono.2005. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. EMS
Zein, Abdurrahman. 2010. Malaria. http://malariana.blogspot.com/2008/11/patologidan-gejala-klinis.html. 10 Juni 2016.
Zulfin. 2008. Malaria dan Bahahanya. http://medicastore.com/penyakit/792/
Malaria.html. 10 Juni 2016.