Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Setiap tahunnya 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena
faringitis.Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi
(virus dan bakteri)maupun non infeksi (alergi, trauma, toksin dan lain-lain)
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis.Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya dayatahan tubuh,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.
Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi local.
Infeksi bakteri grup A Streptokokus

hemolitikus dapat menyebabkan kerusakan jaringan

yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraselular yang dapat menimbulkan demam
reumatik, kerusakan katup jantung, glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus terganggu
akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah,
orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui secret
hidung dan ludah (droplet infection).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan
bagianatas yang besar dan bagian bawah yang sempit.Faring merupakan ruang utama
traktusresporatorius dan traktus digestivus.Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak
danterus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.Ke atas.Faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut
melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan dengan aditus laring
dank e bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang
dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.
Dinding faring dibentuk oleh(dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus
otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring
(hipofaring).1

Gambar 1.1 Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.1

Mukosa
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya.Pada nasofaring karena
fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis
yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena
fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.1
Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam
rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam system retikuloendotelial. Oleh karena itu faring
dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.1
Palut Lendir (Mucous Blancet)
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung.Di bagian
atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak diatas silia dan bergerak sesuai dengan
arah gerak silia ke belakang.Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang
terbawa oleh udara yang diisap. Palut lendir ini mengandung enzim Lyzozyme yang penting
untuk proteksi.1
Otot
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal).Otot-otot yang sirkular terdiri dari m.konstriktor faring superior, media, dan
inferior.Otot-otot ini terletak disebelah luar.Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian
bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Disebelah depan, otot-otot ini
bertemu satu sama lain dan dibelakang bertemu pada jaringan bertemu pada jaringan ikat yang
disebut rafe faring (raphe pharyngis).Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring.
Otot-otot ini dipersarafi oleh n.vagus (n.X).1
Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring.Letak otot-otot ini di
sebelah dalam.M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring, sedangkan
m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan
laring.Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator.Kerja kedua otot itu penting pada waktu
menelan. M.Stilofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X.1

Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia
dari mukosa yaitu m.levator veli palatini, m.tensor veli palatini, m.palatoglossus, m.palatofaring,
dan m.azigos uvula.1
M.levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk
menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi oleh
n.X.1
M.tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk
mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius. Otot ini dipersarafi
oleh n.X.1
M.palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya menyempitkan ismus
faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.1
M.palatofaring membentuk arkus posterior faring.Otot ini dipersarafi oleh n.X.
M.Azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan menaikkan
uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.1

Perdarahan
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang
utama berasal dari cabang a.karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang fausial) serta
dari cabang a.maksila interna yakni cabang palatine superior.1

Persarafan
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif.Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus, cabang dari n.glosofaring dan
serabut simpatis.Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang
ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi
langsung oleh cabang n.glosofaring (n.IX).1

Kelenjar Getah Bening


5

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior.Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan kelenjar getah
bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening jugulodigastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar
getah bening servikal dalam bawah.1
Berdasarkan letaknya faring dibagi atas
1. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum
mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa
struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus
faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur
embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus,
Nervus Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian
petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.1
2. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglotis ke depan adalah rongga mulut sedangkan ke belakang adalah
vertebra servikalis.1
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine,
fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.1
Dinding posterior faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau
radang kronik faring, Abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut. Gangguan
otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan
n.vagus.1

3.Laringofaring
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esophagus, sertas batas posterior adalah vertebra servikal. Bila
laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau
dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak
dibawah dasar lidah ialah valekula.1

Gambar 1.2 struktur laringofaring


Fungsi Faring
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara
dan untuk artikulasi.1
1. Fungsi menelan
Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringal dan fase
esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring.Gerakan disini disengaja
(voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu transport bolus makanan melalui faring.
Gerakan disini tidak sengaja (involuntary). Fase esofagal disini gerakannya tidak
disengaja, yaitu pada waktu bolus makanan bergerak secara peristaltic di esophagus
menuju lambung.1

2. Fungsi faring dalam proses bicara.1


Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpada dari otot-otot palatum
dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kea rah dinding
belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula
m.salpingofaring dan m.palatofaring.kemudian m.levator veli palatini bersama-sama
m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator vveli palatini
menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak
yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) passavant pada dinding belakang faring yang
terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan
m.palatofaring (bersama m.salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring
superior. Mingkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan.1
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada pada periode
fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara
cepat bersamaan dengan gerakan palatum.1

2.FARINGITIS
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (4060%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain.2
Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi
local.Infeksi bakteri grup A Streptokokus

hemolitikus dapat menyebabkan kerusakan

jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraselular yang dapat menimbulkan
demam reumatik, kerusakan katup jantung, glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus
terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak
usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi
melalui secret hidung dan ludah (droplet infection).2
2.1 ETIOLOGI
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi
maupun non infeksi.Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (4060%) bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling
banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus (20%) dan coronaviruses (5%). Selain itu juga ada
Influenzavirus, Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus
A,cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat
menyebabkan terjadinya faringitis.Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup
S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus
merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang
ditemukan pada anak berusia <3tahun.
Bakteri

penyebab

faringitis

yang

lainnya

(<1%)

antara

lain

Neisseria

gonorrhoeae,Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan


Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis. Faringitis dapat menular melalui droplet
infection dari orang yang menderita faringitis.Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang
dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsimakanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan.3

Pada Faringitis kronik,faktor-faktor yang berpengaruh7:


1. Infeksi persisten di sekitar faring. Pada rhinitis dan sinusitis kronik, mucus purulent
secara konstan jatuh ke faring dan menjadi sumber infeksi yang konstan. Tonsillitis
kronik dan sepsis dental juga bertanggung jawab dalam menyebabkan faringitis kronik
dan odinofagia yang rekuren.
2. Bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut akan mengekspos faring ke udara yang
tidak difiltrasi, dilembabkan dan disesuaikan dengan suhu tubuh sehingga menyebabkan
lebih mudah terinfeksi. Bernapas melalui mulut biasa disebabkan oleh :
a. Obstruksi hidung
b. Obstruksi nasofaring
c. Gigi yang menonjol
d. Kebiasaan
3. Iritan kronik. Merokok yang berlebihan, mengunyah tembakau, peminum minuman
keras, makanan yang sangat pedas semuanya dapat menyebabkan faringitis kronik.
4. Polusi lingkungan. Asap atau lingkungan yang berdebu atau uap industry juga
menyebabkan faringitis kronik.
5. Faulty voice production. Penggunaan suara yang berlebihan atau faulty voice production
juga adalah salah satu penyebab faringitis kronik.

2.2 EPIDEMIOLOGI

10

Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa.
Sekitar 15 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 7 tahun, dan sekitar
10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia<3 tahun.
Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut
faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus
pyogenes.Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi
GAS paling sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi.4
2.3 PATOGENESIS
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang
berasal dari pasien faringitis.Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini
hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini
menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan
jaringan ini ditandai dengan adanya kemerahan pada faring.5Periode inkubasi faringitis hingga
gejala muncul yaitu sekitar 24 72 jam.6
Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang
menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut terjadi
sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat pengaruh toksin.5
Faktor risiko dari faringitis yaitu:

Cuaca dingin dan musim flu

Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui
udara

Merokok, atau terpajan oleh asap rokok

Infeksi sinus yang berulang

Alergi

11

2.4

KLASIFIKASI
2.4.1 FARINGITIS AKUT

Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis.2
Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan,
sulit menelan.2
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.Virus influenza, coxsachievirus dan
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di
orofaring dan lesi kulit berupa mauclopapular rash.2
Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis
terutama pada anak.2
Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada
faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal
dan hepatosplenomegali.2
Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan,
mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati
akut di leher dan pasien tampak lemah.2
Terapinya adalah istirahat dan minum yang cukup.Kumur dengan air hangat. Analgetika
jika perlu dan tablet isap.2
Antivirus metisoprinol (Isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan
dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak
<5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.
Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus

hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada

orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).2


Gejala dan tandanya adalah nyeri kepala yang hebat, muntah kadang-kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.2

12

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat di permukaannya.Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan
faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.2
Terapi:
a. Antibiotik. Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A
Streptokokus

hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal,

atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x
500 mg selama 6-10 hariatau eritromisin 4 x 500 mg/hari
b. Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB, IM, 1
kali.
c. Analgetika
d. Kumur dengan air hangat atau antiseptic.

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan


menggunakan Centor criteria8, yaitu :
-

Riwayat demam (+1)


Anterior Cervical lymphadenopathy (+1)
Tonsillar exudates (+1)
Tidak ada batuk (+1)

Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur:


-

3-14 tahun (+1)


15-44 tahun (0)
45 tahun keatas (-1)

Penilaian skornya:
13

0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 1%-2.5%. Tidak perlu pemeriksaan lebih

lanjut dan antibiotic.


1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 5%-10%. Tidak perlu pemeriksaan lebih

lanjut dan antibiotic.


2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 11%-17%. Kultur bakteri faring dan

antibiotic hanya bila hasil kultur positif


3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 28%-35%. Kultur bakteri faring dan

antibiotic hanya bila hasil kultur positif


4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 51%-53%. Terapi empiris dengan
antibiotic dan atau kultur bakteri faring

Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.Keluhan nyeri tenggorok dan
nyeri menelan.Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya
hiperemis.Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar Saburoud dextrose.
Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan analgetika.2

Faringitis Gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Terapi dengan
sefalosporin generasi ke-3, ceftriaxone 250 mg, IM.2
2.4.2 FARINGITIS KRONIK

14

Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Factor
predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh
rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Factor lain
penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat.2
a.Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior
faring.Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada
pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.2
Gejalanya pasien sering mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk
yang bereak.2
Terapi local dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras
argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur atau
tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit di
hidung dan sinus paranasal harus diobati.2
b.Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis
atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring.2
Gejalanya pasien sering mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada
pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak
mukosa kering2
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi
ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.2
2.4.3 FARINGITIS SPESIFIK
a.Faringitis luetika

15

Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga penyakit lues
di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung pada stadium penyakit primer, sekunder atau
tertier.
Stadium primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding
posterior faring berbentuk bercak keputihan.Bila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus
pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.Juga didapatkan pembesaran
kelenjar mandibular yang tidak nyeri tekan.
Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah
laring.
Stadium tertier
Pada stadium ini terdapat guma.Predileksinya pada tonsil dan palatum.Jarang pada
dinding posterior faring.Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal
dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, bila sembuh
akan terbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara
permanen.2
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologic. Terapi penisilin dalam dosis tinggi
merupakan obat pilihan utama.2
b.Faringitis tuberculosis
Faringitis tuberculosis merupakan proses sekunder dari tuberculosis paru. Pada infeksi
kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberculosis faring primer.Cara infeksi eksogen
yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.Cara
infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberculosis miliaris.Bila infeksi timbul
secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada
dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan
palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini juga penyebaran secara limfogen.2
Gejalanya yaitu keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia. Pasien
mengeluh nyeri yang gebat di tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar
limfa servikal.2
16

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asam, foto
toraks untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsy jaringan yang terinfeksi untuk
menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan asam di jaringan.2
KOMPLIKASI
Adapun

komplikasi

dari

faringitis

yaitu

sinusitis,

otitis

media,

epiglotitis,

mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi
komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini
terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.3

17

BAB III
PENUTUP
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan.
Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.Faktor
resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.
Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang
menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti lemas,
anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis,
tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah
teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai
peningkatan laju endap darah dan leukosit. Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai
dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi
tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher.Pada faringitis dapat dijumpai faring yang
hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di
leher.
Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya.Bila penyebabnya adalah bakteri maka
diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup diberikan analgetik dan
pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi aktivitasnya.Dengan pengobatan yang
adekuat umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya
sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta: 2010; h.212-6
2. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan
ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2010; h.217-9
3. Mansjoer, A (ed). 2005. Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok :
Tenggorok dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FK UI.Jakarta; h.118
4. Acerra

JR.

Pharyngitis

in

Emergency

Medicine.

2010.

Diambil

dari

http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview#a0199.
5. Pommerville JC. Alcamos Fundamentals of Microbiology. Ed ke-9. Sudbury: Jones &
Bartlett Publisher; 2011; h.304-5
6. Lipsky MS, King MS. Blueprints Family Medicine. Philadelphia: Lipincott; 2010; h.87-9
7. Dhingra PL. Diseases of Ear, Nose, Throat. India: Reed Elsevier; 2000; h 236-7
8. http://www.mdcalc.com/modified-centor-score-for-strep-pharyngitis/

19

Anda mungkin juga menyukai