G1A113091
Wegrimel Ariegara
G1A113092
G1A113094
Meta Perdana
G1A113095
Iman Taufiq
G1A113096
G1A113097
Pebriana Napitupulu
G1A113098
Atika Soraya
G1A113100
Primas Shahibba R
G1A113101
Eldi Novriandi
G1A113102
Fathony Arsyad
G1A113104
Skenario
Ny D , 19 tahun, baru saja menikah 3 bulan yang lalu. Sejak 1 bulan setelah pesta
pernikahannya, Ny D mengeluh sering mual dan muntah pada pagi hari sehingga badannya
terasa sangat lemas dan wajahnya pucat. Ny D juga terlambat mensturasi dan payudaranya
terasa tegang. Dokter menyatakan bahwa Ny D hamil setelah menemukan tanda dugaan dan
tanda pasti hamil dan mengalami hiperemesis gravidarum grade I, namun masih diperlukan
pemeriksaan lain untuk memastikannya. Dokter menyarankan Ny D agar melakukan ante
natal care (ANC) secara rutin agar dapat men-screening segera jika terdapat kondisi-kondisi
yang abnormal pada kehamilan seperti hipertensi pada kehamilan karena usia Ny D yang
masih sangat muda dapat menjadi faktor resikonya. Untuk mengetahui taksiran persalinan
dokter menanyakan riwayat Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) Ny D.
Saat melakukan kunjungan ANC yang keempat, pada usia kehamilan 9 bulan, dokter
melakukan pemeriksaan Leopold dan menemukan adanya striae gravidarum pada perut Ny D.
Di klinik dokter tersebut Ny D bertemu dengan temannya Ny.R yang juga tengah hamil dan
mengalami infeksi TORCH(Toxoplasma Rubella Citomegalovirus dab Herpes simpleks) yang
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janinnya.
Klarifikasi Istilah
Mual
Infeksi TORCH : suatu infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus (toksoplasmosis,
sitomegalovirus, rubella dan herpes simpleks).2
Pemeriksaan Leopold : Pemeriksaan fisik tambahan untuk memeriksa dan menentukan
posisi janin.3
Striae Gravidarum : Lesi seperti parut yang atrofi, berwarna merah muda atau ungu
yangselanjutnya menjadi putih, pada abdomen, payudara, pantat, dan paha, disebabkan oleh
kehamilan jaringan elastik, dikaitkan dengan kehamilan.1
Identifikasi Masalah
1. Mengapa dan bagaimana Ny. D mengeluh mual dan muntah dipagi hari sehingga
badannya lesu lemas dan wajahnya pucat?
2. Mengapa Ny. D mengalami terlambat menstruasi dan payudara terasa tegang?
3. Apa saja tanda kehamilan?
4. Bagaimana fisiologi menstruasi?
5. Jelaskan tentang hiperemis gravidarum?
6. Bagaimana komplikasi dari hiperemis gravidarum?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk diagnosis kehamilan?
8. Apa tujuan dan manfaat ANC?
9. Jelaskan cara pemeriksaan ANC?
10. Definisi hipertensi kehamilan?
11. Apa saja klasifikasi hipertensi kehamilan?
12. Etiologi dan faktor resiko hipertensi kehamilan?
13. Patofisologi hipertensi kehamilan?
14. Bagaimana penegakan diagnosis hipertensi kehamilan?
15. Bagaimana tatalaksana hipertensi kehamilan?
16. Bagaimana dampak hipertensi kehamilan pada janin?
17. Bagaimana cara menghitung taksiran persalinan?
18. Bagaimana cara pemeriksaan leopold?
19. Bagaimana bisa terjadi striae gravidarum?
20. Apa yang dimaksud infeksi TORCH?
21. Manifestasis klinis TORCH?
22. Apa dampak infeksi TORCH pada janin?
23. Bagaimana tatalaksan infeksi TORCH?
Analisis Masalah
1. Mengapa dan bagaimana Ny. D mengeluh mual dan muntah dipagi hari sehingga
badannya lesu lemas dan wajahnya pucat?4,5
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari
lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
Siklus Ovulasi
Ovulasi
merupakan
peningkatan
kadar
estrogen
yang
menghambat
Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior
untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari
ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi
ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan
progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.
5. Jelaskan tentang hiperemis gravidarum?6
Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 2 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segal a
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan menganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan
sebagainya.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50 % kehamilan. Kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum
diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin,
biokimiawi, dan psikologis.
Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir
dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan
lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat, dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi turun, komplikasi
fatal terjadi pada SSP yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini karena sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya gangguan pada hati
Diagnosis
- Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
- Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
-
molahidatidosa.
Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
Gejala klinik
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah
nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tandatanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium
dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid
dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai.
6. Bagaimana komplikasi dari hiperemis gravidarum?7,10
- Maternal
Defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsinervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi
psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas),
ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemis tingkat III perlu
-
kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima
-
janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
Ketidakseimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraselular dan plasma yang
berkurang. Natrium dan klorida darah akan menurun. Kalium juga berkurang
akibat muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan
muncul alkalosis metabolik hipokloremik.
Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III dilakukan melalui dinding
perut ibu (transabdominal). Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG paling baik
dikerjakan melalui vagina (transvaginal)
USG Kehamilan Trimester I
- Kantung Gestasi
Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi
(KG) intrauterin dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu. Struktur KG
-
Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri tingginya sekitar 1 2 jari
dari symphysis.
Akhir bulan IV (16 minggu) fundus uteri berada di pertengahan antara
pusat
Akhir bulan IX (36 minggu) Sampai arcus costarum atau 3 jari
pusat
Jadi fundus uteri paling tinggu pada akhir bulan ke IX, setelah itu
fundus uteri pada primigravida turun lagi karena kepala mulai turun
Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita
pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil
dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan
kehamilan.
Keuntungan :
Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah
digunakan dan cukup akurat.
mungkin
Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.
2.
Tinggi Badan
3.
memastikan adanya janin, kelainan pada janin serta dengan menanyakan HPHT.
Pemeriksaan fisik secara umum (tekanan darah, berat badan dan pemeriksaan
obstetric)
Pemeriksaan dalam atau ginekologik secara in spekulo yaitu untuk menilai
kelainan dalam janin yaitu pemeriksaan alpha feto protein (AFP), chorion vilus
sample (CVS) dan amniosintesis (bila ada indikasi).
3) Pemeriksaan kehamilan ke-3
Saat usia kehamilan mencapai 32 minggu (Trimester ke 3). Tahapan pemeriksaan
sama seperti pemeriksaaan ke-2. Hanya saja pemeriksaan fisiknya berupa
pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri, detak denyut janin,
pemeriksaan leopold dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
4) Pemeriksaan kehamilan ke empat, yaitu saat usia kehamilan antara 32 36
-
pula istilah eclamsia sine eclampsia adalah eklamsi yang ditandai oleh penurunan
kesadaran tanpa kejang.
Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan
sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan < 20 minggu, dan
yang menetap setelah 12 minggu pascasalin. Hipertensi kronis yang diperberat oleh
preeklamsi atau eklamsi adalah preeklamsi atau eklamsi yang timbul pada hipertensi
kronis dan disebut juga Superimposed Preeclampsia.
Sedangkan hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam
kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak disertai
proteinuri. Gejala ini akan menghilang dalam waktu < 12 minggu pascasalin.
11. Apa saja klasifikasi hipertensi kehamilan?7
Menurut The International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy
(ISSHP) klasifikasi hipertensi pada wanita hamil dibagi menjadi :
1. Hipertensi gestasional dan/atau proteinuria selama kehamilan, persalinan, atau
pada wanita hamil yang sebelumnya normotensi dan non-proteinuri.
Pre-eklampsi (proteinuria)
3.
4.
Eklampsia.
Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the NHBPEP
Preeklampsia ringan
Hipertensi (140/90 mmHg) yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria
Edema kaki, tangan, muka atau perut atau kenaikan BB 1 kg/minggu
Proteinuria 300 mg/24 jam
Preeklampsia berat
Hipertensi 160/110 mmHg
Proteinuria 5gr/24 jam
Oliguria 400 cc/24jam
Edema paru dapat disertai sianosis
Keluhan subjektif: nyeri kepala frontal, gangguan penglihatan, nyeri
epigastrium
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau
koma.
a. Primigravida
b. Hiperplasentosis
c. Kehamilan dengan inseminasi donor
d. Penurunan konsentrasi komplemen C4
e. Wanita dengan fenotip HLA DR4
f. Adanya aktivasi sistem komplemen netrofil dan makrofag, atau di antara kelompok atau
keluarga tertentu
2. Primigravida, primipaternitas
3. Hiperplasentosis/kelainan trofoblast
Hiperplastenosis/kelainan trofoblast juga dianggap sebagai faktor resiko terjadinya
preeklampsia, karena trofoblast yang berlebihan dapat menurunkan perfusi uteroplasenta
yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya
vasospasme,
dan
preeklampsia/eklampsia.
vasospasme
adalah
dasar
patofisiologi
terjadinya
diabetes melitus, bayi besar, mola hidotidosa, kehamilan multipel, hidrops fetalis.
4. Usia
Usia aman untuk kehamilan pada persalinan adalah 23-35 tahun. Kematian maternal
pada usia di bawah 20 tahun dan setelah 35 tahun meningkat, karena wanita yang
memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dianggap lebih rentan terhadap
terjadinya preeklampsia. Selain itu ibu hamil yang berusia 35 tahun telah terjadi
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga
lebih beresiko terjadi preekslampsia.
5. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum hamil atau
sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi beresiko
lebih besar mengalami preeklampsia, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas
maternal dan neonatal lebih tinggi.
6. Obesitas
Hubungan antara berat badan ibu dengan resiko preeklampsia bersifat progresif,
meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8kg/m2
terjadi peningkatan menjadi 13,3% untuk mereka yang indeksnya 35 kg/m2
7. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan
genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia 26%
anak perempuannya akan mengalami preeklampsia juga sedangkan hanya 8% anak
menantu mengalami preeklampsia.
c. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas pada hipertensi dalam
kehamilan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis dengan akibat plasenta
mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksi akan menghasilkan
oksidan/radikal bebas, yaitu senyawa penerima elektron atau atom yang
mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang
dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya
produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan
memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil
dalam darah mungin dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar
dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamilan disebut toxaemia.
Radikal hidoksil akan merusak membran sel yang me ngandung banyak asam
lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan
merusak membran sel juga merusak nukleus dan protein sel endotel. Produksi
oksidan dalam tubuh bersifat toksis selalu diimbangi dengan produksi
antioksidan.
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,
khususnya peroksida lemak mengikat, sedangkan antioksidan misal vitamin E
pada hipertensi dalam kehamilan menurun sehingga terjadi dominasi kadar
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi.
Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat toksis ini akan beredar diseluruh
tubuh dalam aliran darah akan merusak membran sel endotel. Membran sel
endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh karena peroksida lemak
karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan
terhadap oksidan radikal hidroksil yang berubah menjadi peroksida lemak.
sebelumnya.
Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.
Pada perempuan hamil normal respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang
bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLAG) yang berperan penting dalam modulasi respon imun sehingga ibu tidak menolak
hasil konsepsi. Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungu trofoblas janin dari
lisis oleh NK cell.
e. Teori adaptasi kradiovaskular
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor.
Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan vasoreseptor.
Pada kehamilan normal terjadinya refrakter terhadap bahan vasopresor adalah akibat
dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal
ini dibukikan bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopresor kan hilang bila diberi
preeklampsia.
Priteinuria: 300 mg/24 jam atau 1 + dipstik.
Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak akan menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar alanin
Diagnosis
- Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit
lain
-
perdarahan
otak,
hipertensi,
lesi
otak,
meningitis,epilepsy iatrogenic
Eklampsia selalu didahului pereklampsia
Kejang tonik konik koma
Hipertensi kronik
Diagnosis
Ciri cirri hipertensi kronik :
- Umur ibu relatif tua diatas 35 tahun
- Tekanan darah sangat tinggi
- Umumnya multipara
- Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal dan DM
- Obesitas
kelainan
metabolik,
diagnosis
diagnosis superimposed preeclampsia sulit,apalagi hipertensi kronik disertai
kelainan ginjal dengan proteinuria. Tanda tanda superimposed preeclampsia
pada hipertensi kronik :
- ada proteinuria, gejala neurologic, nyeri kepala hebat, gangguan visus, edema
-
kenaikan
minggu
Adanya satu / lebih gejala dan tanda preeclampsia berat
Pemeriksaan USG
Dan Doppler untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan
amnion
Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2x seminggu dan konsultasi ke
transmisi
neuromuskular.
Transmisi
neuromuskular
napas.
Magnesium Sulfat dihentikan bila:
Ada tanda-tanda intoksiskasi
Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang berakhir
Dosis teraupetik dan toksis MgSO4
Dosis terapeutik
4-7 mEq/liter
4,8-8,4 mg/dl
Hilangnaya refleks tendon
10 mEq/liter
12 mg/dl
Terhentinya pernapasan 15 mEq/liter
18 mg/dl
Terhentinya jantung
>30 mEq/liter
> 36 mg/dl
Pemberian Magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematian ibu dan
Pengobatan obstertik
Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri, tanpa memandang
umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah
mg/hari
diuretic thiazide : tidak diberikan karena akan menganggu volume
kedaruratan hipertensi.
Inhibitor ACE dan antagonis angiotensin : kontra indikasi, dapat
Angkat jari telunjuk kiri, kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap
lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Hasil pemeriksaan:
Kepala : teraba sebagai bagian yang bulat, keras dan melenting
Bokong : teraba sebagai bagian yang lunak, kurang bundar dan kurang
melenting
2. Leopold II
Untuk menentukan bagian kanan dan kiri janin. Terutama untuk menentukan dimana
letaknya punggung anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil
Cara Pemeriksaan:
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
Hasil pemeriksaan:
3. Leopold III
Untuk menentukan bagian terbawah janin (presentasi). Untuk menentukan apakah
bagian bawah anak ini sudah atau belum memasuki pintu atas panggul (PAP).
Cara Pemeriksaan:
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.
Letakkan ujung tangan kiri pada dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan
secara lembut secara bersamaan/ bergantian untuk menentukan bagian
terbawah bayi
Hasil pemeriksaan:
dsimetris adalah bokong.
4. Leopold IV
Untuk menilai apakah dan seberapa banyak bagian terbawah janin sudah memasuki
pintu atas panggul (PAP). Leopold IV tidak dapat dilakukan jika kepala masih tinggi,
palpasi yang lengkap dapat dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira kira 6
bulan keatas.
Cara Pemeriksaan:
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
Temukan kedua ujung ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari
efek stimulasi melanosit yang dipacu oleh peningkatan hormon estrogen dan
progesterone. Puting susu dan areola di sekitarnya serta umumnya pada linea mediana
abdomen, payudara, bokong, dan paha adalah bagian kulit yang paling sering
mengalami hiperpigmentasi. Chloasma gravidarum adalah hiperpigmentasi pada area
wajah terutama pada dahi,hidung,pipi dan leher. Daerah kulit atau area yang
mengalami hiperpigmentasi setelah kehamilan berakhir akan kembali menjadi normal.
Kecuali pada striae di mana area hiperpigmentasi akan berwarna putih keperakan dan
memudar tetapi guratan pada kulit akan menetap.
20. Apa yang dimaksud infeksi TORCH?2
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat
jenis penyaktiinfeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh
ibu hamil.
21. Manifestasis klinis TORCH?7
a. Toxoplasmosis
Pada ibu dapat asimptomatik, malaise, demam subfebris, limfadenopati,
gangguan visual (reaktifasi parasit pada infeksi kronik).
b. Rubella
Glaukoma, katarak, retinopati, ketulian, stenosis pulmonale, PDA, VSD,
mikrocephali, encephalitis, retardasi mental. Pada ibu dapat terjadi IUGR,
hepatosplenomegali, trombositopenia, purpura dan anemia.
c. Cytomegalovirus
Infeksi primer : kebanyakan asimtomatik; sisanya mengalami peningkatan suhu tubuh
> (38oC), fatique, sakit tenggorokan, pembesaran KGB, malaise, hilangnya nafsu
makan. Gejala tersebut berlangsung lama hingga beberapa minggu
Infeksi rekuren : gejala bervariasi dan luas karena virus dengan cepat menyebar
kembali ke seluruh tubuh dan mengganggu kerja organ utamanya traktus GI paru,
mata.
Kongenital CMV : saat kelahiran dapat memperlihatkan gejala ikterik, pneumonia,
bintik-bintik merah, hepatosplenomegali, BBLR, kejang; pada saat masa pertumbuhan
dapat memperlihatkan ketulian, gangguan penglihatan-kebutaan, dispraksia (sukar
mengkordinasikan tubuh), epilepsi, dan retardasi mental.
d. Herpes simpleks
Ineksi
mata,
kulit
dan
mulut,
letargi,
susah
makan,
kejang,
jaundice,
anemia,
kelainan
neurologis
dengan
kejang,
kalsifikasi
tanpa
melewatinya,
efektif
membunuh takizoit.
Dosis : 2-4 g/hr per oral dibagi dalam 4 dosis untuk 3 minggu
Diulang setiap 2 minggu hingga kehamilan aterm.
2. Pirimetamin :
Antimalaria
Membunuh parasit diplasenta dan janin
Kombinasi dengan Sulfadiazin : menghambat kerja enzim dihidrofolat
reversibel
Pirimetamin : pemberian tiap 3-4 hari, pemeriksaan sel darah tepi &
minggu.
Kombinasi Pirimetamin, Sulfadiazin, As. Folinik diberikan selama 21
hari.
Toxoplasma kongenital :
1. Sulfadiazin dosis 50-100 mg/kg/hr, dan ;
2. Pirimetamin 0,5-1mg/kg diberikan setiap 2-4 hari selama 20 hari
disertakan juga ;
3. Injeksi intramuskular asam folinik 5mg setiap 2-4 hari untuk mencegah
toksisitas pirimetamin. Pengobatan dihentikan ketika usia anak 1 tahun
(harapan imunnya sudah berkembang).
B. Rubella
Pengobatan infeksi rubella akut bersifat suportif karena umumnya prognosis
dari infeksi rubella ini adalah baik. Tidak ada data yang mendukung bahwa pemberian
imunoglobulin pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya sindrom rubella kongenital.
Pencegahan merupakan hal terbaik. Skrining sebelum kehamilan terhadap antibodi
rubella penting dilakukan. Jika ternyata belum memiliki antibodi spesifik rubella,
dapat dilakukan vaksinasi dan harus menunda kehamilan beberapa bulan lamanya.
Tidak ada terapi spesifik untuk Rubela. Pasien dianjurkan untuk berhati-hati menjaga
percikan ludah selama 7 hari setelah awitan ruam. Vaksin MMR (Measles, Mumps,
Rubeola) perlu ditawarkan kepada wanita tak hamil usia subur yang tidak
memperlihatkan bukti imunitas setiap kali mereka berhubungan dengan sistem
pelayanan kesehatan. Vaksinasi Rubela harus dihindari 1 bulan sebelum atau selama
kehamilan karena vaksin mengandung virus hidup yang telah dilemahkan.
C. Cytomegalovirus
Tidak ada terapi yang memuaskan khususnya pada pengobatan infeksi
kongenital. Dengan demikian jika pada konseling pranatal usia <20 minggu
Wanita hamil yang terpajan dan rentan perlu diberikan VariZIG dalam 96 jam
pajanan.
Wanita hamil yang didiagnosis Infeksi primer perlu diisolasi dan diberi terapi
supportif : pemberian Acyclovir IV 500mg/m2 atau 10-15 mg/kgBB tiap 8
jam.
Kelahiran : jika infeksi primer terjadi pada trisemester ke dua dan tiga maka
sebaiknya dilakukan seksio saesaria begitupun jika timbul lesi genitalia.
Vaksinasi : tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan jangan diberikan kepada
wanita yang mungkin hamil dalam 1 bulan setelah pemberian dosis vaksin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S.Ilmu kandungan. Edisi 2.Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono. 2007.
2. Dorlan,W.A.Newman ; alih bahasa , Huriawati, Hartanto, dkk ;editor edisi bahasa
Indonesia, Huriawati, Hartanto, dkk;. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29,Jakarta,
EGC.2002.
3. Wirakusumah F, Firman., dkk. Obstetri Fisiologi - Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2.
Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung.2009.
4. Cunningham G, Grant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Westrom KD, et
al.Williams Obstetrics [ebook]. Edisi ke-21. New York: McGraw-Hill; 2007.
5. Guyton Arthur C, Hall John E. Tranpor, pembuahan, implantasi ovum yang sedang
berkembang. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. edisi ke 9. Jakarta: EGC; 1997.
6. Prawiroharjo,Sarwono. Ilmu Kebidan edisi IV. Jakarta : PT Bina Pustaka. 2012.
7. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Edisi 2. Jakarta: EGC.1998.
8. Chris Tanto dkk (editor). Kapita selekta kedokteran Jilid I Edisi keempat. Jakarta : Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI. 2014.
9. Leslie P,Gartner. Atlas Berwarna Histologi.Edisi ke 5. Pamulang: Binarupa Aksara. 2012.
10. Hanretty, Kevin P., dkk. Ilustrasi Obstetri. Edisi ke-7. Singpura : Churchill Livingstone
Elsevier; 2010.
11. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009.
12. Krisnadi S, Mose J, Effendi J, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Pedoman Diagnosis
dan terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr.Hasan Sadikin, bagian pertama, edisi ke-2,