Anda di halaman 1dari 12

Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Berat

Alice Pratiwi
102011272
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 1510
email : alice_lice@live.com

Pendahuluan
Diare cair akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Sebagian besar diare disebabkan oleh
infeksi. Akibat dari infeksi saluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa, invasi dan destruksi sel epitel,
penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan malabsorpsi. Diare
merupakan salah satu penyakit yang sering diderita anak-anak. Diare masih menjadi masalah
di negara berkembang, karena tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.

Isi
I.

Anamnesis
Dalam anamnesis, yang pertama ditanyakan adalah identitas pasien. Lalu tanyakan
keluhan utama pasien. Beberapa pertanyaan mengenai keluhan utama yang dapat
ditanyakan menurut skenario, yaitu berapa kali sehari terjadi diare?Sudah berapa lama
terjadi diare? Bagaimana konsistensi dan warna tinja?Apakah ada darah atau lendir pada
tinja? Jika ada darah atau lendir,apakah bercampur atau hanya melapisi permukaan?Apakah
ada gejala lain, seperti muntah, demam, dan lain-lain? Apakah ada tanda-tanda yang
menunjukkan malabsorpsi( misalnya penurunan berat badan)?1
Anamnesis selanjutnya adalah menanyakan riwayat penyakit keluarga, apakah di
keluarganya tersebut yang menderita penyakit yang serupa dengan anak tersebut. Selain
riwayat penyakit keluarga perlu juga ditanyakan tentang riwayat sosial ekonomi dari
pasien tersebut. Apakah tempat tinggal dan lingkungan sekitar anak itu tergolong bersih
atau dalam keadaan yang kotor dan kumuh.

II.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pertama yang perlu dilakukan ialah memeriksa tanda-tanda vital
dari pasien. Yang termasuk tanda-tanda vital ialah pemeriksaan tekanan darah, denyut
nadi, suhu dan frekuensi pernafasan.
Setelah melakukan pemeriksaan tanda vital dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
yang meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Pertama ialah inspeksi, kita harus melihat
keadaan umum pasien dan keadaan tubuh pasien. Dari skenario hasil yang didapati dari
inspeksi ialah pasien tampak lemah, kelopak matanya cekung, bibirnya kering dan juga
pecah-pecah.
Setelah inspeksi lakukan palpasi. Pada pemeriksaan palpasi didapati bahwa turgor
kulit dari pasien kembalinya sangat lambat, ini menandakan bahwa pasien mengalami
keadaan dehidrasi yang berat. Kemudian pada palpasi didapati kandung kemih dari anak
tersebut kosong, akral dingin dan lembab. Setelah melakukan isnpeksi dan palpasi
kemudian dilakukan pemreriksaan perkusi dan auskultasi, namun pada skenario tidak
diberikan hasil mengenai pemeriksaan ini.

III.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan pada pasien yang mengalami dehidrasi berat atau
belum mereda setelah 5-7 hari.2,3 Pemeriksaan yang dilakukan:3
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap ( hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit)
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa,
memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda.2
2. Pemeriksaan laboratorium tinja
Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang
menunjukkan adanya infeksi bakteri, melihat adanya telur, cacing, dan parasit
dewasa.2,3
3. Sigmoidoskopi
Sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan diare berdarah, atau pasien
dengan diare akut persisten.2
4. Pemeriksaan ELISA (Enzym Linked Immunoabsorbent Assay) dan tes serologi
Pemeriksaan ELISA untuk mendeteksi giardiasis dan tes serologi untuk amebiasis.2
IV.

Diagnosis Banding
1. Disentri Basiler
Adalah diare yang disebabkan oleh Shigella sp (S.sonnei, S.flexneri, S.boydii,
S.dysenteriae). Diare mungkin berair dan banyak pada mulanya, berkembang menjadi
sering sedikit-sedikit, dan tinja berlendir darah. Apabila diare ini tidak diobati, dapat
berakhir dalam 1-2 minggu.4
2. Diare persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung lebih 14 hari. Episode ini
dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering
terjadi.Volume tinja dalam jumlah banyak sehingga ada resiko dehidrasi.
Penyebabnya antara lain, E. Coli ,Shigella sp, dan Cryptosporidium. Diare persisten
berbeda dengan diare kronik, yakni diare intermitten (hilang-timbul), atau yang
berlangsung lama dengan penyebab non infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap
gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.

V.

Diagnosis Kerja
Berdasarkan skenario, anak tampak sangat lemah, tidak nafsu makan dan asupan
cairan berkurang, kelopak mata cekung, turgor kembali sangat lambat, dan diare
berlangsung selama 5 hari. Selain itu tinja juga tidak berlendir ataupun berdarah. Hal ini
menunjukkan anak mengalami diare cair akut dengan dehidrasi berat. Derajat dehidrasi
dibagi dalam 3 klasifikasi:5
1. Diare tanpa dehidrasi
3

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan umum
: baik
Mata
: normal
Rasa haus
: normal, minum biasa
Turgor kulit
: kembali cepat
2. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan umum
: gelisah, rewel
Mata
: cekung
Rasa haus
: haus, ingin minum banyak
Turgor kulit
: kembali lambat
3. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan umum
: lesu, lunglai, atau tidak sadar
Mata
: cekung
Rasa haus
: tidak bisa minum atau malas minum
Turgor kulit
: kembali sangat lambat ( lebih dari 2 detik)
VI.

Etiologi
Gastroenteritis sering dihubungkan dengan kemiskinan, hygiene yang buruk, dan
sumber air bersih yang kurang. Pada umumnya, penyebab diare akut dapat dibagi menjadi
dua, yaitu infeksi dan non-infeksi. Diare oleh karena infeksi bisa disebabkan oleh virus
seperti Rotavirus, norwalkvirus, Astrovirus, Coronavirus, dan lain-lain. Kemudian infeksi
oleh karena bakteri seperti Bacillus cereus, Shigella sp, Salmonela sp, Escherisia sp,
Yersinia sp, dan lain-lain.

Bisa juga oleh karena protozoa seperti Giardia lambia,

Entamoeba hystolitika, dan lain-lain.2


Penyebab lain diare yang non-infeksi antara lain, faktor malabsorbsi seperti
malabsorbsi karbohidrat, disakarida (inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
monosakarida (inteloransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa), intoksikasi makanan, alergi
dengan makanan tertentu, dan diare karena faktor psikologis seperi karena rasa takut dan
VII.

cemas.2
Epidemiogi
Diare pada anak menyebabkan 1.8 juta kematian per tahun di dunia. Menurut WHO,
ada >700 juta kasus diare pada anak usia di bawah 5 tahun pada negara berkembang.6
Di Indonesia, morbiditas dan mortalitas diare masih tinggi. Survei morbiditas yang
dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk,
tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.5
4

Bila dilihat perkelompok umur, diare tersebar di semua kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi pada anak balita (1-4 tahun).5 Faktor-faktor yang menyebabkan
kerentanan terhadap infeksi patogen antara lain umur muda, defisiensi imun, campak,
malnutrisi, kekurangan ASI, sanitasi yang buruk, tingkat pendidikan ibu, dan intoksikasi
makanan/minuman.4
VIII.

Manifestasi Klinis
Penyebab diare akut bisa berbagai macam, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Pada dasarnya manifestasi klinis yang muncul tidak jauh berbeda. Virus yang sering
dihubungkan dengan diare antara lain rotavirus, kalisivirus, adenovirus, astrovirus, dan
norwalk virus. Rotavirus merupakan virus utama penyebab diare. Virus menginvasi epitel
usus kecil bagian atas, pada kasus yang berat dapat meluas ke seluruh usus kecil dan
kolon, menyebabkan kerusakan villosa, defisiensi disakarida sekunder sementara, dan
peradangan lamina propia.7 Gejala yang timbul antara lain, muntah, diare cair, nyeri
abdomen, demam, dan sakit kepala.8
Bakteri yang menyebabkan diare dapat dibagi 2, bakteri non-invasif dan invasif.
Gejala yang timbul adalah diare air, mual, muntah, demam, dan nyeri abdomen.
Perbedaannya adalah apabila penyebab diare yaitu bakteri invasif, maka tinja akan ada
darahnya.9
Diare yang disebabkan parasit, terutama oleh Entamoeba histolytika dan Giardia
lamblia di Amerika Utara. Amebiasis terjadi pada iklim yang lebih panas, sedangkan
giardiasis bersifat endemik.7 Gejala yang timbul pada amebiasis yaitu nyeri perut bagian
bawah, lemas, penurunan berat badan, dan diare ringan. Gejala yang timbul pada

IX.

giardiasis yaitu kembung, anoreksia, mual, diare cair, dan penurunan berat badan.1
Patofisiologis
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi/patomekanisme sebagai
berikut, yaitu osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik, sekresi
cairan dan elektrolit meninggi disebut diare sekretorik, malabsorpsi asam empedu,
malabsorbsi lemak, defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit,
motilitas dan waktu transit usus abnormal, gangguan permeabilitas usus, inflamasi dinding
usus, disebut diare inflamatorik, infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.2
Diare osmotik, diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. Diare sekretorik, diare tipe ini
disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi.
5

Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada
infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon
(VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorpsi garam empedu), dan efek obat laksatif
(dioctyl sodium sulfosuksinat).2
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak, Diare tipe ini didapatkan pada
gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier
dan hati. Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit, diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na +K+ ATP-ase di
enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal. Motilitas dan waktu transit usus
abnormal, diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan
motilitas antara lain: diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid.2
Gangguan permeabilitas usus, diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik), diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan
mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan
dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air dan elektrolit.
Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi
(kolitis ulseratif dan penyakit Crohn). Diare infeksi, diare yang disebabkan oleh infeksi
bakteri yang merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare
oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak
mukosa). Bakteri non invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh
bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik antara lain kolera
(Eltor). Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang
dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik
(cAMF) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion
bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui
mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion
bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorpsi ion
natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat
dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel
usus.2
6

X.

Patogenesis
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal
(agent) dan juga faktor penjamu (host). Faktor penjamu ialah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut contohnya
keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus.
Kemudian faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat
kuman.2
Patogenesis diare karena infeksi bakteri atau parasit terdiri atas:
Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik), merupakan bakteri yang tidak
merusak mukosa misalnya Enterotoxigenic E.coli (ETEC),dan C. Perfringens. V.
Cholerae eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30
menit sesudah diprosukdi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan
berlebihan nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga
meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air,

ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.


Diare karena bakteri /parasit invasif (enterovasif). Bakteri ini bersifat merusak
(invasif) antara lain Enteroinvasive E.coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia,
C.perfringens tipe C.diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur
lendir serta darah. Penyebab parasit yang sering ialah E.histolitika dan G.lamblia.

XI.

Penatalaksanaan
a
Terapi Dehidrasi
Untuk diare cair akut dengan dehidrasi berat, maka yang pertama harus dilakukan
adalah menanggulangi dehidrasi yang dialami pasien. Untuk dehidrasi berat, maka
pasien harus segera diinfus. Beri cairan intravena Ringer Laktat atau NaCl 0,9% 100
ml/kgBB, dibagi sebagai berikut:
Tabel 1: Pemberian cairan intravena
Umur
Bayi <1 tahun
Anak >1 tahun

Pemberian I
30ml/kgBB
1 jam
30 menit

Kemudian
70ml/kgBB
5 jam
21/2 jam

Nilai kembali tiap 15-30 menit, apabila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.

b. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc
juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi
dan fungsi selama kejadian diare.5
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Penelitian
di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare
sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67%.5
c. Diet
Secara tradisional, sealam diare akut dianjurkan pengistirahatan usus secara
parsial atau total, sebagian didasarkan pada observasi bahwa pemulilhan makan
secara dini dapat meningkatkan frekuensi dan volume buang air besar. Sayangnya,
hal ini juga menyebabkan malnutrisi, dengan hampir tanpa asupan kalori, anak
dapat kehilangan 1-2% berat tubuhnya per hari. Penyerapan sebagian nutrien
mungkin terganggu selama pemulihan, tetapi rata-rata >80% karbohidrat dan >50%
protein dan lemak dalam makanan diserap.11
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada pada
anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Makanan dengan karbohidrat kompleks ( nasi, sereal, gandum, kentang, dan roti),
daging dengan sedikit lemak, yogurt, buah, dan sayuran dapat diberikan. Hindari
makanan banyak lemak dan makanan dengan monosakarida yang tinggi (jus,
soda).6
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan
atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan lebih sedikit dan lebih sering. Setelah
diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.5
d. Antimikroba
Pada umumnya, antimikroba tidak diberikan karena diare adalah self limited
diease. Antimikroba diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga memiliki
8

infeksi bakteri invasif, diare turis (travellers diarrhea), atau imunosupresif.


Beberapa antimikroba yang sering dipakai ialah kuinolon (misalnya siprofloksasin
500 mg 2x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri patogen invasif
seperti Campilobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia. Sebagai alternatif yaitu
kotrimoksasol (trimetoprim/sulfametoksasol, 160/800 mg 2x/hari, atau eritomisin
250-500 mg 4x/hari). Metronidazol 250 mg 3x/hari selama 7 hari diberikan bagi
yang dicurigai giardiasis.2
e. Antidiare
Senyawa antidiare digolongkan menurut mekanisme kerjanya, yang termasuk
perubahan motilitas usus, adsorpsi cairan, atau toksin, perubahan cairan dan sekresi
elektrolit. Senyawa antidiare biasanya tidak dianjurkan untuk penggunaan pada
anak dengan diare karena manfaat yang minimal dan kemungkinan efek samping.4
XI.

Pencegahan
Kegiatan pencegahan diare yang benar dan efektif:5
1. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-Oral.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai
risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah.Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air bersih dan cukup.
2. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare ( menurunkan angka kejadian diare sebesar
47%).
3. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan


jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
XII.

Komplikasi
Akibat dari diare cair yang terutama adalah dehidrasi yang dapat mengakibatkan
asidosis metabolik, hipokalemi, hipoglikemi, gangguan gizi, gangguan sirkulasi, kejang,
dll. Dehidrasi adalah keadaan tubuh yang kekurangan cairan dan merupakan bentuk dari
syok hipovolemik. Berdasarkan kadar natrium ada 3 jenis dehidrasi yaitu dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik, dan dehidrasi hipotonik. Pada dehidrasi isotonik pasien
kehilangan cairan akan tetapi kadar natrium tubuh masih dalam batas normal yaitu 130150 mmol/liter. Pada dehidrasi hipertonik kadar natrium meningkat lebih dari 165
mmol/liter sedangkan pada dehidrasi hipotonik kadar natrium pasien menurun lebih dari
130 mmol/liter. Pada dehidrasi, berat jenis plasma meningkat. Dalam keadaan dehidrasi
berat berat jenis plasma meningkat dalam jangka 1032-1040 kg/m3. Sedangkan pada
dehidrasi sedang berat jenis plasma 1028-1032 kg/m3 dan pada dehidrasi ringan berat jenis
plasma 1025-1028 kg/m3. 12
Pasien dengan asidosis metabolik akan terlihat peningkatan frekuensi pernapasan dan
dalam, atau pernapasan Kussmaul. Hipokalemi mengakibatkan pasien terlihat lemah otot,
aritmia, dan kembung akibat ileus paralitik. Pasien dengan hipoglikemi akan tampak
lemas, apatis, tremor, berkeringat, pucat, kejang, dan bisa sampai syok.

Kesimpulan
Diare masih menjadi masalah di negara berkembang. Hal ini dikaitkan dengan
hygiene yang buruk, sumber air bersih yang kurang, dan kemiskinan. Diare akut dapat
disebabkan karena infeksi virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, alergi, dan sebagainya.
Diare dapat menyebabkan dehidrasi dari ringan hingga berat. Karena itu diare akut dengan
dehidrasi perlu penanganan yang tepat, khusunya untuk mengatasi dehidrasi yang terjadi.
Selain itu bisa juga diberikan zinc dan pemberian makanan.
10

Daftar Pustaka
1. Jonathan G. At a glance anamnesis. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. h.63.
2. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus S, Siti S, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.548-56.
3. David R, David W, John B. Kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007. h.51.
4. Behrgman, Kliegman, Alvin, Nelson. Ilmu Kesehatan Anak volume 2. Edisi ke-15.
Jakarta: EGC; 2000. h.889,892,974
5. Awi M, Evida VM, Khairani, Winne W, Nugroho JM, editor. Situasi Diare di Indonesia
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. ISSN 2088-270X. 2011.
6. Behrgman, Kliegman, Alvin, Nelson. Nelson textbook of pediatrics. Philadelhia:
Saunders Elsevier; 2007. h.1605-15.
7. Husny M, editor. Esensi pediatri Nelson. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2010. h.511,515.
8. National Digestive Diseases Information Clearinghouse. Viral Gastroententeritis. Edisi
April 2011. Diunduh dari
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/viralgastroenteritis/ , 21 Mei 2013.
9. Fairview. Bacterial Gastroenteritis. Diunduh dari
http://www.fairview.org/healthlibrary/Article/89211, 21 Mei 2013.

11

10. Stephen

G,

Diana

B.

Parasitic

Cause.

Edisi

2007.

Diunduh

dari

http://www.imvs.sa.gov.au/wps/wcm/connect/26823dce-4f3c-4f76-807f1e421da7309a/diarrhoea-part-5-parasitic-causes.pdf?MOD=AJPERES, 21 Mei 2013.


11. Natalia S, Rusi MS, Tiara MNS, Huriawati H, Vera, Anna PB, editor. Buku ajar pediatri
Rudolph volume 2. Edisi ke 20. Jakarta: EGC; 2007. h.1144.
12. Fleisher GR, Ludwig S. Textbook of pediatric emergency medicine. 6th ed. New York:
Lippincott Williams & Wilkins; 2010.p.811.

12

Anda mungkin juga menyukai