Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn.

M DENGAN KATARAK
DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM)
MAKASSAR

OLEH :
RIZKY ARDINI YUSRAJ
D.15.03.047

Preceptor Lahan

Preceptor Institusi

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract, dan
Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. (Vaughan,2009). Katarak adalah opasitas
lensa kristalina yang normalnya jernih (Brunner & Suddart,2001). Katarak adalah suatu
keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh (Sidarta
Ilyas,2010).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65
tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000). Menurut (Brunner & Suddart,2001), biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
1. Anatomi Mata
Menurut Sidarta (2010),

mata

adalah

organ

penglihatan

yang

mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya
mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap . Mata yang lebih
kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Bagian-bagian pada
organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk
dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:
a) Kornea adalah bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber
cahaya, jaringan bening, avaskular, membentuk 1/6 bagian depan bola mata,
diameter 11 mme, kelanjutan sklera. Pertemuan kornea sclera : limbus.
Pemberian nutrisi pada kornea yaitu melalui humor akuos & air mata. Kornea

terdiri dari 5 lapisan yaitu epitel, membrane Bowman, stroma, membrana


Descemet, & endotelium.

b) Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram
(tidak tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut
kornea.
c) Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak &
melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus.
Konjungtiva ada 2, yaitu konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) & konjungtiva
bulbi (menutupi bagian depan bola mata). Fungsi konjungtiva: proteksi pd sklera
& memberi pelumasan pada bola mata.
d) Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih
dalam. Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil mata akan melebar
jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan
terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi
sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
Iris membrana sirkuler yg berwarna, terletak di belakang kornea, tepat di depan
lensa. Pada bagian pusatnya terdapat lubang yg disebut pupil. Iris membagi
ruangan yg berisi humor akuos antara kornea & lensa mjd 2, yaitu kamera
anterior & kamera posterior. Iris terdiri dr jaringan halus yg mengandung sel-sel
pigmen, otot polos, pembuluh darah & saraf. Warna iris tergantung pd susunan
pigmen iris. Otot pd iris adalah otot polos yg tersusun sirkuler & radier. Otot
sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya shg

melindungi retina thd cahaya yg sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila
kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah, otot radier akan
kontraksi, shg pupil dilatasi untuk memasukkan cahaya lebih banyak. Fungsi iris:
mengatur jml cahaya yg masuk mata. Pengendalian oleh saraf otonom

e) Badan Siliar menghubungkan koroid dengan iris. Badan siliar tersusun dlm
lipatan-lipatan yang berjalan radier ke dalam, meyusun prosesus siliaris yang
mengelilingi tepi lensa. Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah &
saraf. Badan siliar menghasilkan akuos humour.
f) Koroid adalah membran berwarna coklat, yg melapisi permukaan dalam sklera.
Koroid mengandung banyak pembuluh darah & sel-sel pigmen yg memberi
warna gelap. Koroid berfungsi: memberi nutrisi ke retina & badan kaca, &
mencegah refleksi internal cahaya.
g) Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi
lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada
bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh),
lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya
datang dari dekat), lensa mata akan menebal. Letak lensa mata di depan badan
kaca & di belakang iris. Lensa mata merupakan bangunan lunak, bening, &
bikonveks (cembung), yg dilapisi oleh kapsul tipis yang homogen. Titik pusat
permukan anterior & posterior disebut polus anterior & polus posterior, garis yg
melewati kedua polus disebut sumbu (aksis). Lensa dibungkus suatu kapsul, yg
merupakan membran bening yang menutup lensa dengan erat & tebal pd
permukaan anterior.

h) Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian
retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf
optik. Lapisan paling dalam pada mata lapisan penerima cahaya. Membran
lunak, rapuh, tipis. Tebal dari 0,4 mm dekat masuknya saraf optikus smpai 0,1
mm pd orra serata. Warna merah ungu krn adanya rodopsin. Elemen peka cahaya
mengandung sel-sel batang & kerucut. Sel batang utk intensitas cahaya rendah
cara: mengubah rangsang cahaya mjd impuls listrik yang berjalan sepanjang
serabut saraf sensoris menuju pusat penglihatan di otak. Sel kerucut untuk
penglihatan cahaya terang & untuk penglihatan warna.
i) Saraf optik adalah saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk
menuju ke otak. Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah
jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma
optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian
sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung
kembali.
2. Fisiologi Mata
Impuls saraf dr retina dihantarkan sepanjang n.optikus ke otak. N.optikus
berjalan ke belakang lekuk mata melalui foramen optikum menuju rongga tengkorak,
bersatu di chiasma optikum. Kemudian serabut saraf dari sisi medial retina menyilang
ke sisi seberangnya & bersatu dengan serabut dari sisi lateral retina yang tetap berada
pada sisi yang sama. Serabut-serabut kemudian membentuk traktus optikus, melewati
korpus genikulatum lateral menuju korteks penglihatan di lobus occipitalis otak
(Brunner & Suddarth, 2001).
B. ETIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2001) katarak dapat terjadi akibat :
1. Kelainan bawaan/ congenital
2. Proses penuaan : Prevalensi katarak pada individu berusia 65 74 tahun adalah
sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.

3. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemi dan distrofi
4.
5.
6.
7.

miotonik.
Genetik dan gangguan perkembangan.
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin.
Bahan toksik : kimia dan fisik
Bermacam-macam penyakit mata seperti glaucoma, ablasi retina, uveitis dan retinitis

pigmentosa.
8. Keracunan beberapa jenis obat seperti eserin 0.25 0.5%, kortikosteroid ergot,
antikolinesterase topical.
9. Kelainan kaca mata minus yang dalam.
C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Brunner & Suddarth (2001), katarak didiagnosis terutama dengan gejala
subyektif. Biasanya pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu . temuan obyektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukan
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya berwarna hitam, akan
tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi (kaca mata)
yang sangat tebalpun tak akan memperbaiki penglihatan .
D. PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona central terdapat nucleus,
di perifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein pada
lensa mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi coklat kekuningan. Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada

kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal
salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multiple, memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
lensa mengakibatkan penglihatan distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagolasi, sehingga mengakibatkan pandangan berkabut.Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa yang
mengakibatkan patahnya serabut lensa yang tegang sehingga mengganggu transmisi
sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim tertentu mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi, jumlah enzim ini akan menurun dengan bertambahnya
usia. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak antara lain
kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.
E. KLASIFIKASI
Menurut Sidarta (2010) klasifikasi katarak yaitu :
1. Berdasarkan Penyebabnya
a) Katarak traumatic adalah paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan
merupakan penyebab yang sering. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
b) Katarak toksika disebabkan oleh kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama
baik secara sistemik maupun dalam bentuk obat tetes mata dapat meneyebabkan
kekeruhan lensa. Obat-obat lain yang diduga menyebabkan katarak antara lain :
phenotiazine, chlorpromazine, obat tetes miotik kuat seperti phospholine iodine.
c) Katarak komplikata merupakan katarak dapat terbentuk akibat efek langsung
penyakit intraocular yang mempengaruhi fisiologis lensa. Katarak biasanya
berawal dari daerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur
lensa. Penyakit intraokuler yang sering berkaitan antara lain uveitis kronik atau

rekuren, glaucoma, retinitis pigmentosa dan ablation retinae. Katarak ini biasanya
unilateral. Katarak komplikata juga dapat disebabkan akibat gangguan sistemik
seperti diabetes mellitus, distrofi miotonik, dermatitis atopic, hipoparatiroidisme,
galaktosemia dan sindrom Lowe, Werner dan down.
d) Berdasarkan Usia
1) Katarak congenital adalah katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1
tahun
2) Katarak juvenile adalah katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3) Katarak senile adalah katarak setelah usia 50 tahun.
F. JENIS-JENIS KATARAK
Menurut Sidarta (2010), jenis katarak yaitu :
1. Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Sewaktu dalam kandungan,
terbentuknya lensa adalah minggu ke lima sampai ke delapan usia kehamilan. Pada
masa ini belum terbentuk kapsul pelindung, sehingga virus bisa masuk ke dalam
jaringan lensa. Seluruh lensa buram, tampak abu-abu putih.
2. Katarak juvenil perkembangannya lamban dan biasanya tidak mengganggu
penglihatan. Kekeruhannya halus dan bulat, umumnya timbul pada usia
tigapuluhan. Jika kekeruhan ini menyatu akan berbentuk cincin di perifer yang
disebut katarak koronaria, apabila tipis dan kebiru-biruan disebut katarak serulea.
Biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya seperti katarak metabolik, distrofi miotonik, katarak traumatic dan katarak
komplikata.
3. Katarak senil biasanya timbul pada usia 50 tahun. Secara klinik dikenal dalam 4
stadium yakni insipient, imatur, matur dan hiper matur Pada stadium awal (katarak
insipiens) mungkin ada celah-celah kekeruhan di bagian perifer atau berbentuk baji
(kuneiform). Keadaan ini bisa diperburuk dengan adanya katarak nuklear yang
merupakan lanjutan daripada sklerosis nuclear fisiologis. Dengan berlanjutnya
pertumbuhan katarak, tajam penglihatan menjadi terganggu (katarak imatur).
Katarak dikatakan matur bila lensa sudah keruh seluruhnya sehingga fundus tidak

dapat dilihat lagi. Di antaranya ada stadium intemusen yaitu stadium


membengkaknya lensa dan edema lensa. Pada akhirnya katarak matur berubah
menjadi stadium hipermatur, yaitu korteksnya mencair sehingga intinya
mengambang turun ke dasar kantong kapsul. Pada stadium ini mungkin terjadi
reaksi fakolitik dan glaukoma. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong
susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih
berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni. Katarak ini dibagai ke dalam
4 stadium, yaitu katarak insipen, katarak imatur, katarak matur dan katarak
hipermatur.
a) Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda
morgagni) pada katarak insipien.
b) Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang
belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaukoma sekunder.
c) Katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada
ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan
berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada shadow test, atau disebut negatif.

d) Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses


degenerasi lanjut, dapat menjadi lembek dan mencair pada bagian korteks.
Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa
menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan
terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses
katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam
korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak
morgagni
4. Katarak diabetes diakibatkan karena adanya penyakit diabetes mellitus. Terbagi
dalam 3 bentuk. Pertama, pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia
nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.
Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. Kedua, pasien diabetes juvenile
dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48
jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular. Ketiga, katarak pada
pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan biokimia sama
dengan katarak pasien nondiabetik.
G. PEMERIKSAAN KATARAK
Menurut Sidarta (2010), pemeriksaan penunjang pada katarak yaitu :
1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik
serta menggunakan pinhole.
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz.

4. Jika TIO dalam batas normal (< 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes
mata Tropicanamide 0.5%. setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan
slit lamp untuk melihat serajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien.
a) Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak
sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refluks fundus masih mudah
diperoleh. Usia penderitanya biasanya kurang dari 50 tahun.
b) Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12 6/30,
tampak nucleus mulai sedikit berawarna kekuningan. Refleks fundus masih
mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak
subkapsularis posterior.
c) Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30
3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang
berwarna keabu-abuan.
d) Derajat 4: nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 1/60, tampak nukleus
berwarna kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai.
e) Derajat 5 ; nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek.
Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berawarna kecoklatan
bahkan sampai kehitaman, katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai
Brunescence cataract atau black cataract.
5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan
6. Pemeriksaan penunjang : USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata
selain katarak.
7. Pemeriksaan tambahan : biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan
dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan
setelah operasi.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Sidarta (2010), penatalaksanaan pada katarak yaitu :
1. Pembedahan dengan membersihkan lensa mata yang keruh
2. Katarak tidak dapat dibedah dengan sinar
3. Hasil bedah katarak sangat baik, 90% pasien pasca bedah dapat mempergunakan
matanya seperti sedia kala.

4. Ada dua jenis operasi katarak yakni Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK) dan
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK).
5. EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada
EKIK tidak akan terjasi katarak sekunder.kontraindikasi EKIK adalah pada pasien <
40 tahun yang masih mepunyai ligament hialoidea kapsuler. Penyulit yang sering
terjadi: astigmat, glaucoma, uveitis, endoftalmus dan perdarahan.EKIK sekarang
jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.
6. EKEK adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Termasuk ke
dalam golongan ini ekstraksi linier, aspirasi dan irigasi. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katark sekunder, yakni terbentuknya
jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat
sesudah 2 hari EKEK.
7. Salah satu penemuan terbaru pada EKEK adalah Fakoemulsi. Cara ini memungkinkan
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat
ultrasound frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi
partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan
irigasi kontinu. Dengan teknik ini waktu penyembuhan menjadi lebih pendek dan
penurunan insiden astigmatisme pasca operasi.
8. Pada mata yang telah dikeluarkan lensanya akibat katarak, pasien akan menggalami
penglihatan yang tidak jelas dan perlu lensa pengganti dan mata tidak dapat melihat
dekat atau berakomodasi. Karena itu pasien memerlukan sebuah lensa pengganti /
koreksi. Koreksi ini dapat dilakukan dengan metode : kaca mata apakia, lensa kontak
atau implant lensa intraokuler (IOL).
9. Kaca mata apakia

Keuntungan : dapat mengambil alih fungsi lensa mata yang dikeluarkan, kaca mata
merupakan alat penglihatan yang aman dan harga yang tidak terlalu mahal.
Kerugian : adanya perasaan asing sewaktu memakainya, kaca mata terlalu tebal dan
berat, benda akan terlihat melengkungg, terlihat benda lebih besar 30% dari ukuran
sesungguhnya, pada waktu melihat harus selalu menggerakkan kepala karena melihat
dengan bagian tengah lensa, akibatnya terjadi penyempitan lapang pandangan, serta
terdapat bagian yang tidak terlihat pada lapang pandangan 40-60%.
10. Lensa kontak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, dengan pembesaran 5% 10%, tidak menimbulkan aberasi sferis, tak ada penurunan lapang pandang dan tak
ada kesalahan orientasi spasial.
Kelemahan tenik ini adalah penyimpanan yang selamanya harus bersih dan kalau bisa
steril, pemakaian sukar pada usia lanjut dan diperlukannya ketrampilan pasien dalam
hal memasang, melepaskan dan merawat lensa kontak secara bersih.
11. IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam mata.
Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, menghilangkan
efekoptikal lensa afakia yang menjengkelkan dan ketidakpraktisan lensa kontak.
I. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN
1. Luka yang tidak sempurna menutup.
2. Edema kornea
3. Inflamasi dan uveitis
4. Atonik pupil
5. Papillary captured
6. Kekeruhan kapsul posterior
7. TASS (toxic anterior segment syndrome)
8. Ablasio retina
9. Endoftalmus
10. Sisa massa lensa
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat
a. Riwayat penyakit trauma : trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit
b.

diabetes mellitus, hipotiroid, uveitis, glaucoma.


Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak.

c.

Psikososial

kemampuan

aktivitas,

gangguan

membaca,

resiko

jatuh,

berkendaraan.
2. Pengkajian umum
a. Usia.
b. Gejala penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipotiroid.
3. Pengkajian khusus mata
a. Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada
lensa.
b. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut.
c. Penurunan tajam penglihatan (miopia).
d. Bilik mata depan menyempit.
e. Tanda glaucoma (akibat komplikasi).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul selama periode peri operasi (pre, intra dan post
operasi) adalah :
1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan dan kejelasan penglihatan.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
3. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO),
perdarahan, kehilangan vitreous.
4. Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi.
5. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan,
pembatasan aktivitas pasca operasi.
6. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Intervensi :
Rencana tindakan yang mungkin dapat diterapkan pada klien dengan katarak meliputi :
Dx. 1
Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan dan kejelasan penglihatan.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

klien

melaporkan atau memeragakan kemampuan yang lebih baik untuk


proses rangsang penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual.
Klien mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi

Kriteria hasil

penglihatan.
Klien mengidentifikasi dan menunjukan pola-pola alternative untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan.
Intervensi

1. Kaji ketajaman penglihatan klien.


R/ Mengidentifikasi kemampuan visual klien.
2. Identifikasi alternative untuk optimalisasi sumber rangsangan.
R/ Memberikan keakuratan penglihatan dan perawatanya.
3. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap ruang rawat.
- Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih
-

sehat.
Berikan pencahayaan cukup.
Letakan alat di tempat yang tepat.
Hindari cahaya menyilaukan.
Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan yang dapat diterima:

auditorik, taktil.
R/ Meningkatkan kemampuan persepsi sensori.
Dx. 2
Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
Kriteria hasil

jam

tidak terjadi kecemasan.


: - Klien mengungkapkan kecemasan hilang atau minimal.
- Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi.

Intervensi :
1. Jelaskan gambaran kejadian pre dan paska operasi, manfaat operasi, dan sikap yang
harus dilakukan klien selama masa operasi.
R/ Meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan ansietas.
2. Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan.
R/ Meningkatkan kepercayaan dan kerjasama.
3. Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan.
R/ Berbagi perasaan membantu menurunkan tegangan.
4. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi
bertahap sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea.
R/ Informasi tentang perbaikan penglihatan bertahap diperlukan untuk mengantisipasi
depresi atau kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan akan hasil
operasi.
Dx. 3
Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO),
perdarahan, kehilangan vitreous.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak
Kriteria hasil

terjadi cedera mata pasca operasi.


: - Klien dapat menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.

- Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko


cedera.
Intervensi :
1. Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.
R/ Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan.
2. Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi
pergerakan mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.
R/ Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam paska
operasi atau satu malam jika ada komplikasi.
3. Bantu aktifitas selama fase istirahat.
R/ Mencegah atau menurunkan resiko komplikasi cedera.
4. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.
R/ Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata
paska operasi:
- Mengejan (valsalva maneuver)
- Menggerakan kepala mendadak
- Membungkuk terlalu lama
- Batuk
5. Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak
setiap 6 jam pada awal operasi atau seperlunya.
R/ Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata menonjol, nyeri mendadak,
hyperemia serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata paska operasi.Apabila
pandangan melihat benda mengapung (floater) atau tempat gelap mungkin menujukan
ablasio retina.
Dx. 4
Nyeri yang berhubungan dengan luka pasca operasi.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
Kriteria hasil

berkurang, hilang dan terkontrol.


: - Klien mendemonstrasikan tehnik penurunan nyeri.
- Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :
1. Kaji derajat nyeri setiap hari.
R/ Normalnya nyeri terjadi dalam waktu kurang dari lima hari setelah operasi dan
berangsur menghilang. Nyeri dapat meningkat karena peningkatan TIO 2-3 hari paska
operasi.Nyeri mendadak menunjukan peningkatan TIO massif.
2. Anjurkan untuk melaporkan perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak.

R/ Meningkatkan kolaborasi ; memberikan rasa aman untuk peningkatan dukungan


psikologis.
3. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat memprovokasi
nyeri.
R/ Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri seperti gerakan tiba-tiba,
membungkuk, mengucek mata, batuk, mengejan.
4. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.
R/ Menurunkan ketegangan, mengurangi nyeri.
5. Lakukan tindakan kolaboratif untuk pemberian analgesic topical atau sistemik.
R/ Mengurangi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri.
Dx. 5
Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan
aktivitas pasca operasi.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
Kriteria hasil

perawatan diri klien terpenuhi.


: - Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pemenuhan kebutuhan
diri.
- Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap.

Intervensi :
1. Terangkan pentingnya perawatan diri dan pembatasan aktivitas selama fase paska
operasi.
R/ Klien dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur pada 2-3 jam pertama paska operasi
atau 12 jam jika ada komplikasi. Selama fase ini, bantuan total diperlukan bagi klien.
2. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
R/ Memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3. Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.
R/ Upaya melibatkan klien dalam aktivitas perawatan dirinya dilakukan bertahap
dengan berpedoman pada prinsip bahwa aktivitas tidak memicu peningkatan TIO dan
menyebabkan cedera mata. Kontrol klinis dilakukan dengan menggunakan indicator
nyeri mata pada saat melakukan aktivitas.Umumnya 24 jam paska operasi, individu
boleh melakukan aktivitas perawatan diri.
Dx. 6
Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perawatan
rumah berjalan efektif.

Kriteria hasil

: - Klien mampu mengidentifikasi kegiatan keperawatan rumah


(lanjutan) yang diperlukan.
- Keluarga menyatakan siap untuk mendampingi klien dalam

melakukan perawatan.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan paska hospitalisasi.
R/ Sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan di
rumah.
2. Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan dihindari (minimal untuk 1 minggu) untuk
mencegah komplikasi post operasi.
R/ Aktivitas yang diperbolehkan :
- Menonton televise, membaca tetapi jangan terlalu lama.
- Mengerjakan aktivitas biasa (ringan dan sedang).
- Mandi waslap, selanjutnya dengan bak mandi atau pancuran (dengan bantuan).
- Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi, condongkan kepala
-

sedikit kebelakang saat mencuci rambut.


Tidur dengan perisai atau pelindung mata logam pada malam hari, mengenakan

kacamata pada siang hari.


- Aktivitas dengan duduk.
- Mengenakan kaca mata hitam untuk kenyamanan.
- Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai.
R/ Aktivitas yang dihindari :
- Tidur pada sisi yang sakit.
- Menggosok mata, menekan kelopak mata.
- Mengejan saat defekasi.
- Memakai sabun mendekati mata.
- Mengangkat benda lebih dari 7 kg.
- Melakukan hubungan seks.
- Mengendarai kendaraan.
- Batuk, bersin, muntah.
- Menundukan kepala sampai bawah pinggang.
3. Terangkan berbagai kondisi yang perlu dikonsultasikan.
R/ Kondisi yang harus segera dilaporkan :
- Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala menetap.
- Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri.
- Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan : inflamasi dan cairan dari
-

mata.
Nyeri dahi mendadak.
Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang
penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau bintik didepan mata, kalau di sekitar
sumber cahaya.

4. Terangkan cara penggunaan obat-obatan.


R/ Klien mungkin mendapatkan obat tetes atau salep(topical).
5. Berikan kesempatan bertanya.
R/ Meningkatkan rasa percaya, rasa aman, dan mengeksplorasi pemahaman serta halhal yang mungkin belum dipahami.
6. Tanyakan kesiapan klien paska hospitalisasi.
R/ Respon verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam perawatan hospitalisasi.
7. Identifikasi kesiapan keluarga dala perawatan diri klien paska hospitalisasi.
R/ Kesiapan keluarga meliputi orang yang bertanggung jawab dalam perawatan,
pembagian peran dan tugas serta penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta. EGC
Hollwich Fritz. 1993. Opthalmology. Jakarta. Binarupa Aksara
Ilyas Sidarta. 2010. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta. CV.Sagung Seto
NS522 Hardy J.(2011) Supporting patients undergoing cataract extraction surgery. Nursing
Standard. 24, 14, 51-56. Date of acceptance: September 11 2009.
Vaughan et al. 2009. Oftalmologi Umum. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai