No Tulen
No Tulen
3. Masalah balita
a.
Pembekalan Kader Kelompok Kerja Kesehatan tentang Deteksi Dini Tubuh Kembang
Dilaksakan pada hari Jumat tanggal 21 Februari 2003 pukul 19.00 WIB sampai selesai di Balai
RW III Kelurahan Wiyung.
Petugas : Lilik Masyuda.
b. Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut saat posyandu
Dilakukan pada hari Rabu tanggal 5 Maret 2003 pukul 09.00-12.00 WIB bertepatan dengan
pelaksanaan Posyandu Balita di Balai RW III Kelurahan Wiyung.. Penyuluhan diberikan oleh
Rahayu Budi Utami, sedangkan mahasiswa yang lain sebagai fasilitator kegiatan Posyandu dan
penyuluhan tersebut.
c. Posyandu Balita
Posyandu balita dilaksanakan tiap bulan sekali, tepatnya minggu ke I hari Rabu, pukul 09.0012.00 WIB bertempat di Balai RW III Kelurahan Wiyung. Pada saat praktik klinik ini, Posyandu
dilakukan pada tanggal 5 Maret 2003. Kegiatan ini dilaksanakan penimbangan, pengisian
KMS, pemberian makanan tambahan dan penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut oleh
Rahayu Budi Utami.
4. Resiko penurunan status kesehatan lansia
a.
B.
1.
2.
3.
Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan Lokakarya Mini Puskesmas ?
Apa saja ruang lingkup Lokakarya Mini Puskesmas?
Bagaimana klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas?
C.
1.
2.
3.
Tujuan
Mengetahui pengertian dari Lokakarya Mini Puskesmas
Memahami ruang lingkup Lokakarya Mini Puskesmas
Mengetahui klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN
a)
(1)
(2)
(3)
(4)
b) Proses
(1) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS.
(2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
standar pelayanan.
(3) Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
c) Keluaran
(1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan.
(2) Rencana kerja bulan yang baru.
c.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokarkarya Mini Bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan
serta dapat tercapai tujuan.
4) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat disusun
sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat.
Sebagai contoh susunan acara Lokakarya Mini adalah sebagai berikut :
a) Lokakarya Mini Bulanan yang pertama disebut juga dengan Lokakarya Penggalangan Tim
(1) Pembukaan
(2) Dinamika kelompok
(3) Pengenalan program baru
(4) POA Puskesmas
(5) Analisa beban kerja petugas
(6) Pembagian tugas dan desa binaan
(7) Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
5) Tempat
Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat di selenggarakan di Puskesmas, apabila tidak
memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan
Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya mampu menampung semua peserta.
6) Persiapan
Sebelum pertemuan diadakan ,perlu persiapan yang meliputi :
a) Pemberitahuan hari,tanggal,dan jam
b) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf U
c) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik
d) Rencana Kerja Harian bulan lalu
e) Membuat vistualisasi hasil pelaksanaan bulan lalu dibandingkan dengan target bulanan
per Desa, antara lain menggunakan KWS.
f) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas Sektor/Kecamatan
g) Materi Pelajaran dan alat peraga yang digunakan
h) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya
Proses
Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
c)
(1)
(2)
2)
Keluaran
Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan
Rencana kegiatan masing-masing sektor.
Lokakarya Mini Tribulan Rutin
(3)
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
Proses
Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan
Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor
Merumuskan cara penyelesaian masalah
Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru
a)
(1)
(2)
c) Keluaran
(1) Rencana kerja tribulan yang baru
(2) Kesepakatan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
3) Waktu
Lokarya Mini Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan
pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap
tribulan. Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat.
Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat
menghadiri lokarya.lokarya ini diselenggarakan dalam waktu 4 jam. Secara umum
jadwal acara lokarya mini tribulanan adalah sebagai berikut :
a) Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama
i. Pembukaan
ii. Dinamika kelompok
iii. Kegiatan sektoral
iv. Inventarisai peran bantu sektor
v. Analisa hambatan dan masalah
vi. Pembagian peran dan tanggungjawab sektor
vii. Perumusan rencana kerja
viii. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
b) Lokakarya Mini Tribulanan rutin
i.
Pembukaan
ii.
Dinamika kelompok, manumbuhkan motivasi
iii.
Kegiatan sektor terkait
iv.
Masalah dan hambatan masing-masing sektor
v.
Analisis masalah dan hambatan
vi.
Upaya pemecahan masalah
vii.
Rencana kerja tribulan mendatang
viii.
Kesepakatan pembinaan
ix.
Kesepakatan bersama
x.
Penutup
4) Tempat
Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di kecamatan
atau tempat lain yang dianggap sesuai (Depkes RI, 2006).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan
dan pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan.
Ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu : lintas program dan
lintas sektor. Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok
besar yakni lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan
puskesmas.
Menurut tahapan kegiatannya, lokakarya mini bulanan puskesmas
diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu: lokakarya mini bulanan yang pertama dan
lokakaraya mini bulanan rutin. Sedangkan, lokakarya mini tribulanan dibagi menjadi dua
tahap juga yaitu : lokakarya mini tribulanan yang pertama dan lokakarya mini tribulanan
rutin.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Contoh Susunan Acara pada Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
JAM
09.30
-10.00
10.3011.15
11.1512.15
12.1513.15
13.1514.00
14.00-
ACARA
Pembukaan
Dinamika Kelompok
Pengenalan Program Baru
PENGARAH
Kepala
Puskesmas
Kepala
Puskesmas + Staf
Kepala
Puskesmas + Staf
Istirahat
POA Puskesmas
-Analisis beban kerja
Kepala
Puskesmas + Staf
Kepala
15.00
15.0015.15
15.1515.30
Puskesmas + Staf
daerah binaan
Kesepakatan untuk
Kepala
melaksanakan rencana
Puskesmas
kerja baru
Penutupan
Kepala
Puskesmas
ACARA
Pembukaan
Pengenalan Program Baru
Inventarisasi kegiatan
12.15
12.1513.15
13.1514.00
14.0015.00
15.0015.30
PENGARAH
Kepala
Puskesmas
Kepala
Puskesmas + Staf
Pimpinan Rapat
bulan baru
Istirahat
Analisa masalah dan
Pimpinan Rapat
pemecahan
Penyusunan kegiatan dan
Pimpinan Rapat
15.3015.45
Kepala
Puskesmas
kerja baru
Penutupan
Kepala
Puskesmas
ACARA
Pembukaan
PENGARAH
Camat
09.15 - 10.00
10.00 - 10.15
Dinamika Kelompok
Istirahat
Kegiatan masing-masing
Tim
sektor dalam
10.15- 11.15
11.15 12.15
masyarakat
Inventarisasi peran bantu
Sektor terkait
masing-masing sektor
12.15 13.00 Istirahat
Analisa hambatan dan
13.00 13.45 masalah dalam peran bantu
13.45 14.15
Camat
masing-masing sektor
Pembagian masing-masing
sektor
Perumusan rencana kerja
Sektor terkait
Camat
Sektor terkait
Camat
ACARA
Pembukaan
Leporan kegiatan sektor
terkait
Masalah/hambatan dari
masing-masing sektor
Analisi masalah dan
hambatan
12.15 12.45
Pemecahan masalah
12.45 13.15
PENGARAH
Camat
Camat
Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas
dan Camat
Kepala Puskesmas
dan Camat
Ketua Tim Penggerak
Kesepakatan bersama
dan penutupan
Camat
Sesuai dengan amanat SKN 2004, dimana Puskesmas merupakan unit pelayanan
kesehatan tingkat pertama, yang dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas
mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya.
Sehingga perlu didukung oleh kemampuan manajemen yang baik. Manajemen
Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang
meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan
penilaian. Penerapan manajemen pergerakan pelaksanaan dilakukan melalui forum
pertemuan yang dikenal dengan Mini Lokakarya atau Lokakarya Mini. Salah satu mini
loka karya yang dilakukan Puskesmas adala Mini Loka karya Lintas program yang
berfungsi untuk memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan
dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Gathering saat Minlok sebagai penjagaan internal hubungan personal antara petugas
Puskesmas
Loka karya mini lintas program Puskesmas Lindu diadakan ada tanggal 26 April
2013 di ruang pertemuan Puskesmas Lindu dihadiri oleh 17 staff Puskesmas dan Tim
Pencerah Nusantara. Acara dimulai oleh pak Arwin Sukara, SKM dengan pengumuman
penerimaan PNS K2 dan hasil rapat koordinasi Kepala Puskesmas, ada program yang
mendapat teguran karena keterlambatan pelaopran sehingga Pak Arwin menghimbau
untuk meningkatkan ketertiban dan menyepakati hari pengumpulan laporan bulanan
adalah setiap tanggal 29.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Setelah itu laporan masing-masing program dan sinkronisasi program yang akan berjalan
dengan kegiatan Pencerah Nusantara.
Refresing kader diadakan pada tanggal 7 Mei 2013 materinya disesuaikan dengan hasil
monitoring dalam program revitalisasi posyandu permasalahan di posyandu yang
paling utama adalah belum adanya Sistem Informasi Posyandu (SIP) dan hasil survey
kesehatan dasar PN menunjukkan 30% ibu hamil di Kecamatan Lindu beriiko. Sehingga
untuk efreshing kader materi yang disampaikan adalah Sistem Informasi Posyandu
(SIP) dan Deteksi Dini Ibu Hamil oleh Kader.
Pembagian daerah binaan posyandu dan jadwal posyandu oleh petugas Pukesmas Lindu
dan Pencerah Nusantara
Penetapan hari terampil yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kapabilitas petugas Puskesmas Lindu baik dalam keterampilan klinis, managemen,
teknik komputerisasi dan administrasi. Hari terampil ditetapkan setiap hari Jumat
atau Sabtu minggu ke II tiap bulan.
Pemantapan persiapan dan pembinaan Riset Kesehatan Dasar 2013 di desa Lango
Sinkronisasi kegiatan Pencerah Nusantara dan Puskesmas untuk membuat rencana
kerja bulan Mei dan Juni
Pertukaran bidan PTT di Kangkuro dan Tomado
Sosialisasi petunjuk teknis penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU)
Apa itu BOK? BOK adalah Singkatan dari Bantuan Operasional Kesehatan. Dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 494/Menkes/SK/IV/2010 tentang
petunjuk Tehnis Bantuan Operasional Kesehatan tanggal 22 April 2010, yang ditandatangani
oleh menteri kesehatan sendiri, Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, beliau
menyebutkan dalam pengantar Buku pedoman BOK bahwa
Penyediaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Puskesmas dalam melakukan berbagai
upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, merupakan salah satu bentuk tanggung
jawab pemerintah dalam upaya kesehatan. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai fungsi yang amat strategis karena berada di ujung
tombak pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya secara proaktif dan responsive
Dari komentar Menteri Kesehatan ini dapat di jelaskan bahwa ada tiga unsure penting dalam
Bantuan Operasional Kesehatan :
1. Bantuan yang bersifat Promotif dan Preventif atau tepatnya bukan untuk
kegiatan Kuratif dan Rehabilitatif
2. Bantuan ini ditujukkan untuk Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakatmaksudnya adalah untuk kegiatan masyarakat tentang kesehatan yang
dipusatkan atau dikoordinir oleh Puskesmas.
3. Bantuan Operasional Kesehatan ini mempunyai fungsi yang strategis
penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan
peningkatan status pelayanan kesehatan atau tepatnya cakupan pelayanan
kesehatan dasar.
Sebenarnya dalam buku Pedoman BOK pengertian BOK sendiri sudah diuraikan yaitu :
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Adalah bantuan dana dari pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota
melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan menuju
Millennium Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan
jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.
Intinya Puskesmas dan UKBM menyelenggarakan kegiatan kesehatan yang promotif dan
preventif bukan Pengobatan dan rehabilitasi penderita sesuai standar pelayanan minimal untuk
mencapai MDGs 2015. Saya katakan bukan pengobatan dan rehabilitasi penderita, karena
pelaksanaan kebijakan program kesehatan tahun-tahun sebelumnya, terurai dalam buku-buku
kebijakan kesehatan selalu saja terurai bahwa pembangunan kesehatan lebih diutamakan
promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitative jelas sekali
menafikan peran dari kegiatan-kegiatan kesehatan yang promotif dan preventif.
Sangat jelas di Bantuan Operasional Kesehatan di puskesmas dan jaringannya ini tidak lagi
menafikan kegiatan promotif dan preventif. Bantuan Operasional Kesehatan itu sendiri
mempunyai tujuan Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat
melalui kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan pencapaian target SPM Bidang
Kesehatan dan MDGs pada tahun 2015. Diperjelas dengan Tujuan Khususnya :
1. Masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif.
BOK sebagaimana terdapat dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 494/Menkes/SK/IV/2010 tentang petunjuk Tehnis Bantuan Operasional Kesehatan
tanggal 22 April 2010, pada dasarnya diperuntukkan sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Pihak terkait yang
menyelenggarakan Bantuan Operasional Kesehatan.
BOK ini juga merupakan pejabaran Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063); walaupun pada dasarnya tidak demikian karena ketidak
jelasan pengertian kesehatan masyarakat dalam Undang-Undang Kesehatan terbaru ini. Dengan
adanya BOK ini memperjelas peran dari kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat terutama
kegiatan-kegiatan promotif dan preventif.
Sekali lagi bukan untuk kegiatan pengobatan (kuratif) dan pemulihan penderita (Rehabilitatif)
serta komponen penunjangnya karena memang dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
tidak boleh dimanfaatkan tersebut.
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tidak boleh dimanfaatkan untuk :
1. Upaya pengobatan dan rehabilitasi, Penanganan gawat darurat, Rawat inap,
Pertolongan persalinan, Gaji/honor, Belanja modal. Maksudnya kegiatan
pengobatan dan rehabilitative yang biasa dilakukan oleh tenaga medic
(dokter, perawat/bidan dan apoteker) yang oleh karena mendapatkan jasa
(gaji/honor) dari pelayanan yang mereka berikan.
2. Pemeliharaan gedung atau kendaraan, Operasional kantor (listrik, air, ATK,
fotokopi, tinta/toner), Obat, vaksin, dan alat kesehatan. Maksudnya kegiatankegiatan ini pada dasarnya tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/kota
untuk mengalokasikannya pada kegiatan APBDnya.
sumber : http://arali2008.wordpress.com/2011/02/22/bantuan-operasional-kesehatan-bok-dipuskesmas-dan-jaringannya/
4 Mar
Sasaran :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Puskesmas dan jaringannya
3. Poskesdes
4. Posyandu
sumber : http://yankesdinkesmagetan.blogspot.com/2011/08/bantuan-operasional-kesehatanbok.html
4 Mar
Mengenal BOK
Posted by yukepranata in Bantuan Operasional Kesehatan. Tagged: millenium development
goals, pelayanan kesehatan masyarakat, puskesmas. Tinggalkan sebuah Komentar
Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) mulai direalisasikan sejak pertengahan tahun
2010 untuk membantu Puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) dalam melaksanakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) menuju Millenium Development Goals (MDGs). Peluncuran
skema BOK karena dinilai fungsi Puskesmas belum berjalan optimal seperti fungsi Puskesmas
sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer, fungsi pusat pemberdayaan masyarakat dan fungsi pusat pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan.
Pemilihan sasaran dana BOK pada Puskesmas karena Puskesmas mempunyai peran yang sangat
besar dalam membangun kesehatan masyarakat. Peran tersebut terlihat dari keberhasilan
puskesmas membantu pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan balita,
memperbaiki status gizi bayi dan balita, serta menurunkan kejadian penyakit-penyakit yang
dapat dicegah melalui imunisasi. Oleh karena itu pemerintah bermaksud meningkatkan peran
puskesmas melalui upaya merevitalisasinya yaitu menjadikan puskesmas sebagai pusat
pemberdayaan wilayah berwawasan kesehatan, sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, sebagai
pusat layanan kesehatan primer, dan sebagai pusat layanan kesehatan peorangan primer.
Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk pelayanan
kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah sehingga tidak boleh
disetorkan ke kas daerah. Pemanfaatan dana BOK harus berdasarkan hasil perencanaan yang
disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas yang diselenggarakan secara rutin (periodik
bulanan/triwulanan). Satuan biaya setiap jenis kegiatan pelayanan kesehatan yang dibiayai BOK
mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah (Perda). Jika belum terdapat Perda yang mengatur hal
itu, maka satuan biaya tersebut ditetapkan melalui Peraturan Bupati/Walikota atas usulan Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas berpedoman pada prinsip
keterpaduan, kewilayahan, efisien, dan efektif.
Tujuan umum dari BOK adalah untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan
masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan pencapaian target SPM
bidang kesehatan dan MDGs pada tahun 2015. Secara khusus, tujuan BOK ada tiga yakni: (1)
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif kepada masyarakat; (2)
menyediakan dukungan biaya untuk upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi
masyarakat; (3) mendukung terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas dalam
perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Ada tiga kelompok besar alokasi pemakaian dana BOK di Puskesmas & jaringannya serta
UKBM yakni upaya kesehatan, penyelenggaraan manajemen Puskesmas, serta upaya dukungan
untuk keberhasilannya. Upaya kesehatan wajib yang dapat dibiayai dari dana BOK mencakup
upaya-upaya kesehatan promotif dan preventif yang meliputi: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
dan Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, Promosi kesehatan,Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Pemanfaatan dana BOK ini sebesar 10 persen (maksimal) untuk
manajemen kabupaten atau kota, sedangkan 90 persennya untuk dana BOK Puskesmas yang
digunakan untuk operasional Puskesmas (85 persen) dan pemeliharaan ringan Puskesmas (5
persen).
Bila dijabarkan lebih lanjut, jenis pelayanan kesehatan ibu dan anak berupa pemeriksaan
kehamilan, pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, pelayanan
nifas, pelayanan kesehatan neonatus, pelayanan kesehatan bayi, Pelayanan kesehatan balita,
Upaya kesehatan anak sekolah, Pelayanan KB, Pencegahan dan penanganan kekerasan, dan
Upaya kesehatan reproduksi remaja. Jenis pelayanan Imunisasi meliputi kegiatan: Pendataan,
Pelayanan di Posyandu, Pelayanan di sekolah (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah),Sweeping/kunjungan rumah/Back Log Fighting, penyuluhan, pengambilan vaksin dan
logistik lainnya, serta pelacakan kasus diduga Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Sementara jenis pelayanan gizi meliputi perbaikan gizi dan penanggulangan gizi kurang dan gizi
buruk serta Ibu Hamil KEK. Beberapa kegiatan pelayanan gizi meliputi: operasional Posyandu
(pemantauan penimbangan balita, pemberian vitamin A untuk Balita), surveilans dan pelacakan
gizi buruk,sweeping/kunjungan rumah, penyuluhan gizi, pemantauan garam beryodium, PMT
Penyuluhan, penggerakkan Kadarzi, penggerakkan ASI Eksklusif serta kunjungan/
pendampingan bagi penderita gizi kurang/buruk.
Jenis pelayanan Promosi Kesehatan meliputi dua jenis pelayanan yakni Rumah tangga yang
menerapkan PHBS,serta Pembinaan Desa Siaga dan UKBM. Kegiatan-kegiatan berupa
pendataan, penyuluhan kelompok, pembinaan gerakan masyarakat, pembinaan Forum
Masyarakat Desa (menjamin terlaksananya Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD), pembinaan terhadap Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM), dan pemantauan.
Jenis pelayanan Pengendalian Penyakit meliputi pelayanan penemuan kasus penyakit dan tata
laksana, Penyelidikan epidemiologi KLB, Pelacakan kasus kontak, Penyelidikan vector, dan
pemberantasan vector. Beberapa kegiatan pelayanan pengendalian penyakit dijabarkan sebagai
berikut: pelayanan di Posyandu,kunjungan rumah, pelacakan di lapangan, kunjungan drop
out obat, penyuluhan, penemuan kasus non PolioAcute Flaccid Paralysis
(AFP), dan pengambilan spesimen.
Jenis pelayanan kesehatan lingkungan ada dua yakni (1) pelayanan pemeriksaan air bersih dan
kualitas air minum; (2) pemeriksaan sanitasi dasar seperti jamban sehat, rumah sehat, TempatTempat Umum (TTU), tempat pengolah makanan, dan sekolah. Kegiatan yang tercakup dalam
pelayanan kesehatan lingkungan adalah pendataan, penyuluhan, pemantauan dan kunjungan
lapangan.
Penggunaan Dana BOK dapat dimanfaatkan untuk : transport petugas kesehatan/kader
kesehatan, bahan penyuluhan/bahan kontak, penggandaan materi rapat dalam rangka Lokakarya
Mini, konsumsi rapat dalam rangka Lokakarya Mini, Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Penyuluhan dan PMT pemulihan dengan bahan lokal, uang penginapan (untuk desa
terpencil/sulit dijangkau), uang harian (untuk desa terpencil/sulit dijangkau). Pengecualian dana
BOK tidak boleh digunakan untuk: upaya pengobatan dan rehabilitasi, penanganan gawat
darurat, rawat inap, pertolongan persalinan, gaji/honor, investasi/belanja modal, pemeliharaan
gedung atau kendaraan, operasional kantor (misal: listrik, air, Alat Tulis Kantor (ATK),
fotokopi), serta pengadaan obat, vaksin dan alat kesehatan.
Pengawasan penggunaan dana BOK dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
dan BPK. Karena itu, setiap Puskesmas harus membuat laporan penggunaan uang atau
pertanggung jawaban ke tingkat kabupaten, sambil melakukan evaluasi secara spesifik, untuk
memilih beberapa Puskesmas yang dinilai bisa mewakili regional tertentu.
Dana BOK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian
Kesehatan RI. Bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian kesehatan dalam membantu
pemerintahan kabupaten/kota untuk melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan menuju MDGs. Besarnya alokasi dana BOK per
Kabupaten/Kota ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan. Selanjutnya Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota akan menetapkan alokasi dana BOK per Puskesmas di daerahnya.
Dana BOK merupakan dukungan Pemerintah, bukan merupakan dana utama operasional
Puskesmas. Oleh karena itu Pemerintah Daerah tetap berkewajiban menyediakan dana
operasional yang tidak terbiayai melalui BOK melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
BOK pada dasarnya merupakan subsidi pemerintah pada sektor kesehatan. Subsidi ini ditujukan
untuk membiayai operasional pelayanan kesehatan yang selama ini masih dirasa kurang
memadai. BOK ini akan diperuntukkan guna meningkatkan pelayanan pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) agar kesenjangan pelayanan kesehatan antara puskesmas dan rumah
sakit terutama pelayanan preventif kesehatan semakin tipis. Peruntukan dana BOK bukan untuk
pengadaan barang/jasa, melainkan untuk operasional saja, misalnya operasional audit maternal
perinatal, pemantauan wilayah setempat untuk gizi dan kesehatan ibu anak, imunisasi, rumah
tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, penanganan penyakit MDGs seperti HIV/AIDS,
tuberculosis, malaria, serta kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
pembinaan kesehatan berbasis masyarakat. Operasional puskesmas meliputi seluruh kegiatan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan program yang direncanakan. Tiap
puskesmas harus membuat perencanaan kegiatan rutin bulanan dan tahunan serta menetapkan
target program yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, pelaksanaan
program yang direncanakan juga akan dievaluasi keberhasilannya dengan melihat capaian
indikator keberhasilan program. Dengan bantuan dan berbagai mekanisme ini, diharapkan dapat
menghidupkan kembali peran puskesmas dan posyandu.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor 551/2010 tertanggal 5 Mei 2010, pada
tahun 2010 setiap puskesmas mendapat Rp 10 juta dari sekitar 8.500 puskesmas. Pengecualian
bagi puskesmas yang berada sekitar 300 puskesmas di tujuh kabupaten yang ada di wilayah
Jawa, Bali. Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Papua, pemerintah akan memberikan
bantuan operasional kesehatan Rp 100 juta. Puskesmas-puskesmas di tujuh wilayah tersebut
dijadikan uji coba untuk mengetahui berapa banyak dana operasional yang dibutuhkan
puskesmas agar kegiatannya optimal. Pada tahun 2011-2014, pemerintah akan berupaya untuk
memberikan BOK bagi seluruh puskesmas secara bertahap sesuai kebutuhannya.
Pada tahun 2010, jumlah dana BOK yang disalurkan sebesar Rp 226 miliar pada 8737 unit
puskesmas. Pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 904,5 miliar yang disalurkan langsung
kepada pemerintah daerah pada bulan Februari untuk selanjutnya dibagi pada tiap-tiap
puskesmas. Besaran alokasi tiap puskesmas diserahkan pada Kabupaten/Kota. Saat ini jumlah
puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia sebanyak 8967 unit.
Dana BOK tahun 2011, seluruh Puskesmas di Indonesia mendapatkan dana Bantuan Operasional
Kesehatan atau BOK untuk menunjang akses pelayanan kesehatan. Dana BOK yang diterima
itu berkisar Rp 75-250 juta. Dana BOK tidak lagi langsung diberikan ke puskesmas tapi dikelola
Dinkes kabupaten dan kota yang disesuaikan kondisinya. Pada akhir bulan Februari 2011, dana
tersebut sudah berada di pemkab atau pemkot. Sosialisasi keberadaan BOK di Kabupaten dan
Kota dengan menggunakan dana yang ada. Kemudian persentase pemanfaatan dana BOK ini
adalah 10 persennya diperuntukan manajemen kesehatan di kabupaten atau kota, dan 90
persennya diperuntukan kebutuhan Puskesmas dengan pembagian operasional Puskesmas
dengan proporsi 85 persen dan pemeliharaan ringan Puskesmas sebesar 5 persen.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Depkes didapatkan alokasi dana BOK
untuk tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu: (1) Sumatera ada sekitar 2.271 Puskesmas ratarata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 75 juta; (2) Jawa-Bali ada sekitar 3.617 Puskesmas ratarata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 75 juta; (3) Kalimantan ada sekitar 836 Puskesmas ratarata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 100 juta; (4) Sulawesi ada sekitar 1.126 Puskesmas
rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 100 juta; (5) Maluku ada sekitar 256 Puskesmas
rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 200 juta; (6) Nusa Tenggara ada sekitar 458
Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 250 juta; dan (7) Papua ada sekitar 403
Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 250 juta.
Pada sejumlah Puskesmas masih diliputi rasa takut menggunakan dana BOK. Padahal
Kementerian Kesehatan telah memberikan kelonggaran pemanfaatannya sesuai dengan petunjuk
teknis BOK. Misalnya apabila dana bantuan (BOK) habis sebelum waktunya, Kementerian
Kesehatan memperbolehkan Puskesmas menggunakan dana Jaminan Kesehatan Masyarakat
untuk digunakan pada pencegahan sekunder dan manajemen.
sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/31/mengenal-dana-bantuanoperasional-kesehatan/
4 Mar
Penyediaan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Puskesmas, yang melakukan
upaya kesehatan bersifat promotif dan preventif, merupakan tanggung jawab pemerintah.
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, mempunyai
fungsi strategis sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya secara proaktif dan responsif.
Melalui penetapan dana BOK, diharapkan kinerja Puskesmas menjadi lebih baik sehingga
Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai indikator utama dalam mempercepat target
Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Agar pelaksanaan BOK berjalan
efektif dan efesien, diperlukan petunjuk teknis yang dapat menjadi acuan bagi semua pihak
terkait dalam melakukan peranan, tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
Menurut buku petunjuk teknis (juknis) penggunaan BOK, dana tersebut bisa digunakan untuk
pembiayaan berbagai jenis kegiatan puskesmas yang meliputi:
1. Pembayaran transport petugas Puskesmas, Pustu dan Poskesdes
2. Pembayaran transport kader, duku, dan masyarakat yang terlibat dalam proses pelayanan
kesehatan dan pertemuan manajemen.
3. Operasional posyandu (transport dan ATK)
4. Operasional Poskesdes (transport, ATK, fotokopi, rapat di desa/kelurahan)
5. Pembelian bahan kontak
6. Penggandaan dan AT rapat dalam rangka Mini Lokakarya (minlok)
7. Pembelian konsumsi rapat dalam rangka minlok puskesmas
8. Pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan.
9. Uang penginapan (akomodasi) dan uang harian, bila diperlukan sesuai aturan yang berlaku
(khusus untuk desa terpencil atau yang sulit dijangkau)
Sedangkan dana BOK tersebut tidak boleh dipergunakan untuk keperluan :
a. Upaya pengobatan dan rehabilitasi
b. Penanganan unit gawat darurat (UGD)
c. Pelayanan rawat inap/perawatan
d. Pertolongan persalinan
e. Pembayaran gaji atau honorarium
f. Belanja barang / modal
g. Pemeliharaan gedung atau kendaraan
Komitmen pemerintah untuk membantu daerah terus meningkat. Pada tahun 2010
dana BOK dialokasikan sebesar Rp. 216 Miliar. Tahun 2011 ditingkatkan menjadi Rp.
932 Miliar, dan tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 1,065 Triliun. Namun demikian, BOK
tetap bersifat suplemen, sehingga komitmen pemerintah daerah sangat diharapkan
untuk mengalokasikan anggaran kesehatan secara memadai, terutama untuk upaya
promotif dan preventif.
Meningkatnya dana BOK harus dibarengi pengelolaan yang transparan dan
akuntabel. BOK harus dapat dimanfaatkan secara optimal, karena BOK dapat
dipergunakan untuk seluruh program kesehatan yang bersifat promotif-preventif.
Sangat diharapkan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
mengkoordinasikan, membina dan mengawasi, agar dana BOK digunakan secara
efektif, efisien dan akuntabel, serta mampu menjadi katalisator dalam mendorong
pemanfaatan dana BOK yang maksimal. Selain itu, sebagai perpanjangan tangan
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi diharapkan melakukan
pembinaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan BOK di kabupaten/kota.
Buku Petunjuk Teknis (Juknis) tahun 2012 merupakan penyempurnaan dari Juknis
tahun 2011. Juknis BOK tahun 2012 telah diusahakan sedapat mungkin
mengakomodir untuk pemecahan masalah, berbagai kendala dan hambatan dalam
pengelolaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang selama ini terjadi.
Terdapat perubahan yang cukup bermakna pada Buku Juknis BOK tahun 2012. Bila
tahun sebelumnya BOK difokuskan pada 6 upaya kesehatan promotif preventif
meliputi KIA-KB, Imunisasi, Perbaikan Gizi Masyarakat, Promosi Kesehatan,
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit; maka pada tahun 2012 BOK
lebih diperluas dengan adanya tambahan untuk 1 (satu) upaya kesehatan lain yang
sesuai dengan risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan
tetap mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta
target MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015.
Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membimbing Puskesmas dalam
menyusun perencanaan berdasarkan prioritas permasalahan dengan menggunakan
PWS (Pemantauan Wilayah Setempat). Selain itu terdapat beberapa perubahan
dalam penyelenggaraan BOK, yaitu:
1. Mengingat fokus BOK pada upaya promotif dan preventif, maka penggantian
biaya transportasi untuk rujukan dari Poskesdes ke Puskesmas dan atau
Puskesmas ke Rumah Sakit terdekat untuk kasus KIA risiko tinggi dan
komplikasi kebidanan bagi peserta Jampersal, telah dialihkan pembiayaannya
melalui Jamkesmas Jampersal Tahun 2012;
2. Tambahan kegiatan pembelian bahan/makanan untuk kegiatan PMT
penyuluhan dan PMT pemulihan untuk Ibu hamil KEK dengan mengutamakan
bahan/makanan lokal;
3 Mar
Biaya transportasi dan konsumsi untuk peserta rapat dalam rangka P1P2-P3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap (misalnya matras atau
alas lantai untuk pelaksanaan Kelas Ibu).
Diharapkan pelaksanaan BOK tahun 2012 lebih fokus dan terarah sesuai Juknis BOK, yaitu
untuk melaksanakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan guna mendukung percepatan
pencapaian target MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015, termasuk MDG 5 (penurunan Angka
Kematian Ibu dan peningkatan akses universal kesehatan reproduksi).