Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


DORMANSI

Disusun Oleh:
Nama

: Riyadi Akbar Febrianto

NIM

: 145040201111020

Kelompok

: Jumat / 08:45

Asisten

: Astri Dwi M.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
1. Skarifikasi
Amplas
Pemotong kuku
Bak + pasir
Benih saga
Benih padi

: Untuk mengikir kulit biji saga


: Untuk memotong kulit biji padi
: Sebagai wadah dan media tanam benih
: Sebagai bahan pengamatan
: Sebagai bahan pengamatan

2. Stratifikasi
Heater
Gelas kimia
Cawan petri
Kertas merang
Germinator
Benih saga
Benih padi

: Memanaskan air
: Sebagai wadah memanaskan air
: Sebagai media dalam metode UDK
: Sebagai media tanam benih
:Tempat penumbuhan benih
: Sebagai bahan pengamatan
: Sebagai bahan pengamatan

2.2 Cara Kerja


Metode Skarifikasi
Perlakuan benih saga dan padi @10 benih

Benih saga diamplas dan benih padi dilukai ujungnya

Berikan pengamatan control pada 10 benih saga dan padi

Tanam pada bak berisi pasir

Amati hingga 7 hst dan dokumentasi

Melakukan pengamatan Memberi


setiap 1 minggu
label identitas
sekali selama
kelompok
5 minggu dan didokumentasi

Hitung presentasi daya kecambah (rumus uji vigor)

Metode Stratifikasi
Perlakuan 10 benih sagar dan padi

Berikan pengamatan control pada 10 benih saga dan padi

Rendam benih dalam air bersuhu 500C selama 5


menit dalam keadaan tertutup
Uji perkecambahan benih dengan UDK
Simpan dalam germinator

Amati hingga 7 hst + dokumentasi

Hitung presentasi daya kecambah (rumus uji viabilitas)


2.3 Analisa Perlakuan
2.3.1 Skarifikasi
Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan
(benih saga dan padi @10 beih) lalu benih saga dan padi diamplas dan dilukai
ujungnya. Kemudian tanam pada bak berisi pasir dan amati hingga 7hst serta
dokumentasikan.
2.3.2 Stratifikasi
Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan
bahan (benih saga dan padi @10 benih) lalu seluruh benih direndam dalam air
bersuhu 50C selama 5 menit dalam keadaan tertutup. Kemudian uji

perkecambahan benih dengan UDK dan simpan dalam germinator serta amati
hingga 7hst dan dokumentasikan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Parameter
No.

Perlakuan

Komoditi

Vigor

Less
Vigor

Abnorma
l

Mati

10

10

Jumlah

10

10

Presentase

100%

100%

10

10

Jumlah

20

Presentase

200%

Perlakuan
Kontrol

Skarifikasi

Perlakuan
Kontrol

Saga

Padi

Parameter
N
Perlakuan
3

Stratifikasi

Kontrol

Ab

BM

BK

BSTT
10

Saga

10

Jumlah

20

Presentase

200%
Parameter
N

Perlakuan
3

N
Ab
BM

Stratifikasi

Kontrol

: normal
: abnormal
: benih mati

Padi

Ab

BM

BK

BSTT
10
10

Jumlah

20

Presentase

200%

BK
: benih keras
BSTT : benih segar tidak tumbuh

3.2 Pembahasan
3.2.1 Skarifikasi
Dormansi biji saga karena kerasnya kulit biji saga dapat dipecahkan
dengan mekanisme skalirifikasi dan perlakuan kimia. Mekanisme skalirifikasi
dengan mengikir/menggosok kulit biji dengan amplas dapat melemahkan kulit biji
yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas. Terbukti dari hasil
pengamatan, biji saga yang telah diamplas perkecambahannya lebih banyak
daripada biji saga yang hanya direndam dalam akuades.
3.2.2 Stratifikasi
Pada praktikum sistem stratifikasi pada biji saga dilakukan dengan cara
merendam biji saga dengan direndam di air hangat, hal ini membuat kulit biji saga
menjadi lunak sehingga dapat dengan mudah dilalui oleh air pada waktu imbibisi.
Waktu perendaman juga mempengaruhi kelunakan kulit biji saga. Semakin lama
waktu perendaman maka semakin lunak kulit biji saga dan mempercepat
perkecambahan biji saga.
Menurut Retno (2012) Pemecahan dormansi pada biji saga lebih cepat
dengan menggunakan larutan asam sulfat dengan konsentrasi pekat dan waktu
perendaman yang lama. Karena kulit biji saga yang direndam dengan asam sulfat
dan dengan waktu perendaman 15 menit menjadi lebih lunak sehingga mudah
untuk dilalui oleh air pada saat proses imbibisi.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang kami lakukan adalah:


Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak
dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar
biji.Pematahan dormansi biji dapat dilakukan secara mekanik, fisik maupun
kimiawi. Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, menunjukkan bahwa
perlakuan dengan cara mekanik (skarifikasi) lebih cepat mengalami dormansi dari
pada dengan perlakuan secara kimiawi maupun biji tanpa kontrol. Faktor-faktor
yang

mempengaruhi

dormansi

biji:

Faktor

eksternal

meliputi

cahaya,

suhu dan kurangnya air. Faktor internal meliputi kulit biji, kematangan
embrio,adanya inhibitor (penghambat) dan rendahnya zat perangsang tumbuh.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Lita, Sutopo. 1985. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali.
Retno, Catarina. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB.
Sitompul. S.M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai