Pengaruh PH THD Aktivitas Enzim
Pengaruh PH THD Aktivitas Enzim
BIOKIMIA
PERCOBAAN VII
PENGARUH pH TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM
NAMA
NIM
: H411 10 272
KELOMPOK
: VI (EMPAT)
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
kontraksi
otot,
fotosintesis,
pencernaan,
fiksasi
nitrogen,
Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
amilase.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pH optimum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang dalam hal ini disebut gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan
aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut
holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan
bagian protein enzim akan terdenaturasi oleh pemanasan (Lehninger, 1997).
Enzim menyusun sebagian besar dari protein total dalam sel. Suatu sel dapat
memuat 3.000 jenis molekul enzim dan sejumlah besar molekul dari tiap jenis.
Enzim dapat mempercepat reaksi kimia, sedangkan protein lain tak dapat. Oleh
karena itu, enzim adalah katalis. Selain mampu meningkatkan reaksi, enzim memiliki
dua sifat lain sebagai katalis sejati. Pertama, enzim tak berubah oleh reaksi yang
dikatalisnya. Kedua (dan yang penting), walaupun dapat mempercepat reaksi, enzim
tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan kimia. Dengan kata lain,
enzim dapat membantu mempercepat pembentukan produk, tetapi akhirnya jumlah
produk tetap sama dengan produk yang diperoleh tanpa enzim (Lehninger, 1997).
Untuk aktifitas biologis, beberapa enzim memerlukan gugusgugus
prostetik atau kofaktor. Kofaktor ini merupakan bagian nonprotein dari enzim itu.
Suatu kofaktor dapat berupa ion logam sederhana, ion tembaga misalnya merupakan
kofaktor bagi enzim asam askorbat oksidase. Enzim lain mengandung molekul
organik nonprotein sebagai kofaktor. Gugus prostetik organik seringkali dirujuk
sebagai suatu koenzim (Fessenden & Fessenden, 1994).
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan
inilah ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang
dapat bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urase hanya bekerja terhadap
urea sebagai substratnya namun enziim tersebut mempunyai kekhasan tertentu.
Misalnya enzim esterase dapat menghidrolisis beberapa ester asam lemak, tetapi
tidak dapat menghidrolisis substral lain yang bukan ester. Kekhasan enzim terhadap
suatu reaksi disebut kekhasan reaksi (Poedjiadi, 1994).
Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungannya
atau kontak antara enzim dengan substratnya suatu enzim mempunyai ukuran lebih
besar daripada substratnya. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat
berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi
pada bagian tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan
atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif (active site). Hubungan hanya
mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung
substrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan
terjadinya kompleks enzimsubstrat, kompleks ini merupakan kompleks yang aktif,
yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah
terjadi (Poedjiadi, 1994).
Faktor faktor yang mempengaruhi kerja enzim (Poedjiaji, 1994):
Konsentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu,
kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
Konsentrasi Substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang
tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi
walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini telah diterangkan oleh
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan albumin,
saliva encer (enzim amilase) 1 : 9, buffer fosfat pH 7,4; 7,2 ; 6,8; 5,4; 5,2,
NaCl 0,1 M, asam asetat, iodine 0,01 M, dan aquadest
III. 2 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya ialah
tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur 10 mL, waterbath, inkubator, pipet tetes,
pipet skala 1 mL, stopwatch, plat tetes, sikat tabung, dan gegep.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Pendahuluan
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya
berkisar antara pH 4,5 - 8.0. Tetapi ada beberapa enzim yang kisaran pHnya sempit,
misalnya peptin yang kisaran pHnya 1,8 dan arginase yang mempunyai pH optimum
10,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non
aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.Pada percobaan kali ini,
dilakukan uji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase. Enzim mempunyai
aktivitas paling besar pada pH optimumnya. Perubahan pH dapat menyebabkan
aktivitas menurun atau hilang sama sekali karena terjadinya perubahan konfirmasi
akibat pecahnya ikatan ion dari gugu-gugus tertentu. Perubahan pH lingkungan akan
berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks
enzim substrat.
IV. 2 Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh ph terhadap aktivitas enzim amilase
Waktu
Warna
pH 6,8
pH 5,4
pH 7,4
pH 7,2
(menit)
0
pH 5,2
+++
+++
++
++
++++
++
++
++
++++
10
++
+++
15
++
20
++
25
30
Keterangan : + + + +
: biru
+++
: biru muda
++
: bening
1/t (Menit)
7,4
10
0,1
7,2
15
0,066
6,8
0,2
5,4
10
0,1
5,2
25
0,04
IV.3 Grafik
Grafik pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
6
4
2
0
1
IV.4 Reaksi
CH2O
O
H
OH
H
O
CH2O
H
O
OH
H
+ nI2
H
OH
OH
OH
H
bening
O
H
OH
H
CH2O
H
OH
OH
amilase
H
O
biru
+ nI2
CH2O
O
H
OH
H
O
OH
O
H
OH
OH
IV.5 Pembahasan
Pada percobaan ini, akan ditentukan pH optimum dari enzim amilase.
Masing-masing tabung reaksi diisi dengan larutan buffer fosfat pada pH yang
berbeda-beda yaitu 7,4; 7,2; 6,8; 5,4; 5,2. Digunakan beberapa macam pH yang
berbeda-beda agar dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH
Optimum). Tabung reaksi yang berisi larutan buffer dengan pH berbeda-beda
ditambahkan larutan albumin, larutan NaCl 0,1 M dan saliva encer yang merupakan
enzim amilase. Penambahan NaCl bertujuan sebagai pengaktif kerja enzim dan pati
atau amilum dimana pati ini merupakan substrat yang akan bereaksi dengan iodium
membentuk kompleks biru. Saliva yang merupakan enzim amilase akan
menghidrolisis pati menjadi dekstrin kemudian maltosa (disakarida) dan terhidrolisis
lagi menjadi 2 molekul glukosa secara enzimatis. Pada tabung reaksi yang berisi
larutan buffer dengan pH 7,4 dan pH 7,2 ditambahkan asam asetat (CH 3COOH)
dengan tujuan untuk mengasamkan larutan tersebut karena enzim tidak dapat bekerja
pada pH basa. Selanjutnya ke dalam tabung-tabung ini ditambahkan dengan larutan
iodium sebagai indikator yang akan bereaksi dengan amilum membentuk kompleks
biru keunguan yang ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi biru.
Tabung-tabung yang berisi larutan tersebut ditempatkan pada oven bersuhu
38 C selama 30 menit dan pengamatan dilakukan pada tiap interval waktu 5 menit.
Dari pengamatan terlihat bahwa yang mengalami perubahan warna yang cepat yaitu
pH 6,8; kemudian disusul oleh pH 7,4; 5,4; 7,2; dan 7,4. Perubahan warna terjadi
pada menit ke-5 yaitu pada pH 6,8 dari warna biru menjadi biru agak bening dan
kemudian bening.
Berdasarkan grafik yang diperoleh, terlihat bahwa pH optimum dari enzim
amilase adalah pada pH 6,8. Tentunya hal ini sesuai dengan teori dimana pH
optimum suatu enzim agar dapat bekerja dengan baik yakni berkisar antara 5,4-7,2.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pH optimum untuk enzim amilase adalah 6,8.
5. 2 Saran
Sebaiknya alat-alat yang digunakan diperiksa terlebih dahulu oleh analis yang
bertugas agar diketahui adanya kerusakan dan bahan yang digunakan diganti kalau
sudah rusak agar tidak mempengaruhi hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ciornea, E., Vasile, G., Cojocaru, D., 2008, On The Influence Of The Temperature
And pH Of The Incubation Medium On The Activity Of Total Amylase In
Some Spontaneous And Cultivated poaceae, (online)
(http://www.bio.uaic.ro/publicatii/anale_biochimie/2008_IX_F1/2008_Anale
_GBM_IX_F1_l14.pdf ,diakses 8 Mei 2009.)
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Lehninger, A.L., 1997, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Patong, A. R., 2009, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J., dan Hammond, G.S., 1988, Kimia
Organik II, Penerbit ITB, Bandung.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Tim Dosen Kimia, 2007, Kimia Dasar II, Universitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar,
Asisten
9 Nopember 2011
Praktikan
LAMPIRAN
Hasil dari pengamatan Pengaruh pH terhadap Aktivasi Enzim Amilase