Freeport
Freeport
FREEPORT
Disusun oleh :
Agung Irawan (01514143630)
Manarita B
Kata Pengantar
Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat tiada tara kepada
hamba-hambanya serta nikmat jasmani dan ruhani sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar serta tidak menemui hal-hal yang dapat menghambat
penyelesaian makalah ini. Sebagai salah satu syarat mata kuliah Ilmu Politik.
Makalah ini di buat dengan tujuan sebagai bahan pembelajaran serta bahan kajian
pada mata kuliah Ilmu Politik. Terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada Bapak dosen pengampu Pak Kusumo yang telah memberikan tugas serta
telah memberi berbagai pengetahuan baru sehingga wawasan serta pengetahuan
penulis dapat bertambah luas serta dapat terasa manfaat adanya mata kuliah Ilmu
Politik. Akhirnya saya berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
sehingga atas kontribusinya makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
iii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan.....................................................................................
1
1
2
PEMBAHASAN............................................................................
PENUTUPAN
A. Simpulan...................................................................................
B. Saran.........................................................................................
13
14
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Freeport merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang mayoritas
sahamnya dimiliki Freeport-McMoran Copper & Gold Inc perusahaan ini merupakan
penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg yang berada di Papua.
Perusahaan ini milik Amerika dimana perusahaan penghasil emas terbesar di dunia.
Freeport telah melakukan eksploitasi di dua tempat di papua yaitu di tambang
ertberg (dari 1967 hingga 1988) dan tambang grasbergg ( sejak 1988 ), di kawasan
tembagapura, kabupaten timika, provinsi Papua. Ketika zaman Soeharto ( Orde
Baru ) Freeport telah menandatangani kontrak karya eksplorasi alam Timika, Papua,
dengan Freeport-McMoRan Copper & Gold (AS) yang tentunya sudah berbeda
dengan situasi sakarang ini. Pada Orde Baru Bangsa Indonesia masih memiliki luka
akibat imperealisme bangsa barat maupun trauma konflik ideology dengan demikian
pemerintah berani menyepakati kontrak dengan PT Freeport. Selama Orde Baru
Bangsa Indonesia selalu di doktrin tentang pasal 33 UUD 1945 bahwa bumi dan air
serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya di kuasai negara untuk
kemakmuran rakyat Indonesia, tetapi Freeport seolah-olah mengacaukan doktrin
tersebut. Justru pihak asing-lah yang menguasai tambang emas terbesar di dunia.
Setelah Soeharto turun pada 1998 di ganti oleh era reformasi. Seharusnya legitimasi
penanda tangan kontrak PT Freeport sudah berakhit. Setiap kebijakan dalam
sebuah rezim yang korup dan melanggar HAM seharusnya di evaluasi secara total,
termasuk kontrak-kontrak denga pihak asing yaitu Freeport. Presiden harus berani
membuat kontrak atau perjanjian baru dengan Freeport yang lebih menguntungkan
untuk mensejahterakan rakyat Indonesia terutama masyarakat Papua. Karena setiap
pergantian rezim seorang presiden harus mengevaluasi perjanjian yang terdahulu.
Perjanjian dahulu di sepakati sesuai keadaan dahulu yang tentu akan berbeda
dengan keadaan saat sekarang ini.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia, tetapi pemeretaan masih jauh dari apa yang di harapkan. Sementara apa
yang di katakan juru bicara PT Freeport terhadap INDOPOS berlawanan dengan
kenyataan. Freeport berkata, kami beroperasi sesuai kontrak karya kedua yang
ditanda tangani bersama pemerintah Indonesia dan kami menghormati dan
mematuhi ketentuan-ketentuan dalam kontrak tersebut. Masalah kasus Freeport
merupakan kasus serius yang di hadapi Indonesia untuk keberlanjutan hidup
Indonesia di masa depan yang seharusnya dapat di manfaatkan oleh masyarakat
dan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Seperti kita ketahui Indonesia kaya akan bahan tambangnya jangan sampai
kekayaan alam kita di eksplorasi dan di eksploitasi oleh bangsa asing dan disinilah
peran pemerintah harus dapat mengontrol agar tidak terjadi permasalahan yang
sama di kemudian hari. Persoalan ini banyak di manfaatkan para pemain-pemain
termasuk anggota DPR demi kepentingan pribadi dan golongan. Bahkan semuanya
sudah tersistematis dan tentunya masing-masing telah mendapat jatah dan
bagiannya.
Akibatnya terjadi penumpukkan hasil alam Freeport yang seharusnya bisa di
manfaatkan rakyat di Papua dan Indonesia malah di gunakan oleh segelintir orang.
Selain telah membuat ekologis di papua menjadi rusak, Freeport telah menimbulkan
konflik di papua ditimbulkan akibat ketidakadilan Freeport dalam mengeruk gununggununng emas.
Tidak sampai disini kekejaman Freeport terhadap rakyat papua. Seperti kita ketahui
Freeport mengadu domba antara rakyat dengan polisi. Sudah kita ketahui kehadiran
Freeport di negara kita ini tidak memberikan manfaat bagi rakyat di papua dan
bangsa Indonesia pada umumnya. Di sinyalir telah terjadi tindakan gratifikasi yang di
lakukan oleh Freeport dengan memberikan jatah pengamanan kepada polisi, bahkan
Freeport tak segan-segan meminta pada polisi untuk membunuh rakyat Papua.
Kehadiran Freeport di negara ini melihatkan pada kita bahwa negara kita belum
dapat berdiri sendiri dan masih terbelenggu oleh penjajahan bangsa asing di era
modern saat ini. Dan kita ketahui juga banyak perusahan asing selain Freeport yang
mengeksploitasi kekayaan alam negara kita untuk kepentingan golongan terutama
bagi negaranya.
Daya berlaku kontrak karya antara Indonesia dan asing mengenai PT Freeport
banyak di ganggu oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal muncul dari aksi
protes para buruh yang beberapa kali terjadi, bahkan merenggut nyawa. Yang
kemudian di dukung faktor eksternal yang seharusnya pemerintah dan pihak asing
melakukan renegosiasi kontrak. Dimana sebagian besar bangsa Indonesia
menghendaki sumber daya dikelola sendiri. Pemerintah jangan berorientasi pada
profit saja yang dapat menyebabkan disintegrasi NKRI.
Pemerintah harus melihat bahwa kepentingan persatuan lebih penting daripada
pendapatan atau pajak yang di peroleh dari Freeport. Konflik lain adalah dalam
langkah yang kurang arif dan kurang tegas karena membiarkan perusahaan yang
berbasis di Amerika tersebut terus mengeruk keuntungan dari bisnis ini.
Namun, tentu saja di belakang pertentangan tersebut pemerintah telah menimbang
berbagai alasan tersendiri. Salah satu alasannya adalah pemerintah tidak ingin
industri tersebut mengalami kevakuman, mengingat banyaknya masyarakat
Indonesia yang menggantungkan hidup pada industri ini. Selain itu, Dirjen Minerba
Kementrian ESDM, Sukhyar juga menegaskan bahwa langkah ini diambil untuk
memberikan kepastian bagi investor asing, mengingat dana investasi yang
dibenamkan oleh Freeport cukup besar yaitu mencapai 15 milliar USD (Asril, 2014).
Pertimbangan lain dari diperpanjangnya nota kesepahaman ini adalah karena akan
dibuatnya poin-poin kesepakatan baru pada perpanjangan MoU kali ini, yang lebih
dikonsentrasikan pada peningkatan banefit Freeport bagi Papua. Adapun beberapa
poin yang mengikat dalam renegosiasi kontrak adalah :
serta penggunaan barang dan jasa pertambangan dalam negeri hingga 100%
(saat ini SDM yang digunakan Freeport sudah mencapai 98% warga lokal,
sedangkan penggunaan barang peoduksi dalam negeri telah mencapai 60%).
(Yazid, 2015)
Terkait dengan smelter, Freeport kini berencana untuk mendirikan di lahan milik PT
Petrokimia Gresik. Kesungguhan rencana tersebut telah dibuktikan dalam
penandatanganan MoU antara Freeport dengan Petrokimia Gresik pada tanggal 22
Januari 2015 kemarin. Presiden Direktur Freeport, Maroef Sjamsoeddin menjelaskan
bahwa biaya sewa tiap tahunnya adalah US$ 8 per meter persegi. Dengan total
biaya sewa sebesar 76,8 miliar rupiah untuk lahan seluas 80 hektar tersebut,
Indonesia akan mendapatkan pemasukan dengan jumlah yang lumayan besar yang
dibayarkan
oleh
Freeport.
Tak
tanggung-tanggung,
kesungguhan
pembangunan smelter tersebut juga dibuktikan dengan pembayaran commitment
fee atau uang kesungguhan sebesar US$ 130 ribu (Rp 1,56 miliar). Itu akan
dibayarkan lewat 3 Bank BUMN, Bank Mandiri, BRI, dan BNI. (Aditiasari, 2015)
Dalam enam poin di atas, peningkatan kandungan lokal dalam belanja bahan baku
yang menjadi salah satu perhatian dari pemerintah. Dengan menetapkan standar
minimal sebesar 5% untuk produk-produk Indonesia dalam belanja Freeport, seperti
belanja tenaga kerja, barang, dan jasa pertambangan dalam negeri, industri nasional
juga dapat turut berkembang (Hutasoit, 2015). Sebelumnya, pemerintah sudah
berusaha menggalakkan peningkatan kandungan lokal pada industri tambang.
Namun, belum ditetapkan ukuran peningkatan yang tepat sehingga benar-benar
dapat terlaksana dengan optimal. Apabila keenam poin tersebut terlaksana dengan
Pihak Freeport diminta untuk lebih melibatkan putra-putra daerah dan meningkatkan
aspek keselamatan kerja dalam operasinya. Apabila peningkatan pembangunan,
keterlibatan, dan keselamatan kerja dapat berlangsung sukses dengan renegosiasi
tersebut, Indonesia sendiri yang nantinya akan memperoleh keuntungan yang besar.
Pemerintah melihat bahwa dengan adanya perpanjangan MoU, Freeport nantinya
akan lebih dapat membawa keuntungan bagi Indonesia, baik dalam aspek
perekonomian nasional, ketenagakerjaan, dan pembangunan daerah. Pemerintah
juga semakin yakin dengan adanya jaminan-jaminan yang diberikan Freeport
sendiri.
Akan tetapi, di sisi lain, dengan memperpanjang MoU dengan Freeport, pemerintah
terlihat kurang tegas dalam menindak Freeport yang jelas-jelas tidak menunjukkan
komitmennya selama ini dalam melaksanakan poin-poin yang telah disepakati. Sifat
lunak pemerintah kepada Freeport selama ini dikhawatirkan dapat membuat
perusahaan-perusahaan asing lain yang ingin atau telah melaksanakan kontrak di
Indonesia menganggap remeh peraturan dan perjanjian yang ada. Selain itu, gelagat
pemerintah yang kurang tegas mengkhawatirkan masyarakat bahwa terdapat
peluang akan adanya perpanjangan kontrak dengan Freeport. Hal ini cukup
meresahkan masyarakat karena memperpanjang kontrak dengan Freeport sama
saja dengan membiarkan masalah-masalah yang ada selama ini terus berlanjut,
seperti kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi kawasan
pertambangan dengan diameter mencapai ratusan kilometer.
Selain itu, perpanjangan MoU dengan Freeport sama saja dengan meneruskan izin
ekspor konsentrat yang secara finansial hanya menguntungkan Freeport saja.
Selama ini, Freeport mengeruk banyak sekali kekayaan tambang Indonesia, tetapi
keuntungan yang diraup justru tidak dirasakan oleh warganya sendiri. Menurut data
BPS, tingkat kemiskinan di kabupaten sekitar pertambangan mencapai 31%, di
mana angka ini merupakan angka kemiskinan tertinggi di antara seluruh kabupaten
di Papua (Akhir, 2015). Sungguh ironis bagaimana kekayaan sumber daya alam di
Papua tersebut justru dinikmati oleh orang-orang asing, sedangkan warga yang
tinggal di daerah yang kaya tersebut banyak yang masih hidup dalam kemiskinan.
Kontrak karya Freeport jelas tidak perlu diperpanjang lagi. Yang perlu mulai
dipersiapkan pemerintah adalah handover perusahaan Freeport kepada BUMN,
mengingat Freeport juga telah menyetujui untuk melakukan divestasi secara
bertahap. Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Franky Sibarani,
sudah selayaknya PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebagai BUMN pertambangan
Indonesia mengambil jatah saham yang akan dilepas PT. Freeport Indonesia pada
tahun 2015. Selain dinilai sudah mampu dari segi pendanaan, Antam juga dianggap
sudah berpengalaman dalam pengolahan mineral untuk mengambil alih Freeport
nantinya. Pemerintah harus mengantisipasi batas waktu kontrak Freeport yang akan
habis pada tahun 2021 mendatang. Sisa waktu enam tahun harus benar-benar
dimanfaatkan pemerintah untuk menyiapkan segala sesuatu guna mengakuisisi
saham Freeport yang akan dilepas. (Nashrillah, 2015)
Keberadaan PT. Freeport Indonesia masih terus menuai pro dan kontra. Di satu sisi,
kita tidak bisa serta merta memutus kontrak yang ada. Di sisi lain, dikuasainya
tambang tembaga, perak, dan emas di Papua oleh pihak asing tersebut tidak sesuai
dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 ayat 2 dan 3. Pada ayat 2, dinyatakan
bahwaCabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Selanjutnya, pada ayat 3
dinyatakan bahawa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Menurut Mahkamah Konstitusi, kedua ayat tersebut dapat ditafsirkan bahwa
rakyat Indonesia secara kolektif memberikan mandat kepada negara untuk
mengadakan kebijakan (beleid), tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan
(regelendaad), pengelolaan (beheersdaad) dan pengawasan (toezichthoudensdaad)
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan/atau yang mengusai hajat
hidup orang banyak untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Hartono,
2011). Oleh karena itu, pengelolaan tambang Garsberg, yang merupakan tambang
emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia, seharusnya
dipegang dan dikendalikan oleh negara untuk kepentingan rakyat, bukannya oleh
orang-seorang yang dalam kasus ini adalah perusahaan asing PT. Freeport
Indonesia.
2.3 Gratifikasi dalam Freeport
Pemberian uang dari PT Freeport kepada pihak kepolisian menuai banyak kecaman.
Pemberian tersebut di duga sebagai bentuk gratifikasi. Penerimaan uang oleh
sejumlah aparat di luar anggaran yang telah di atur dalam anggaran negara.
Penerimaan tersebut bisa masuk dalam tindakan korupsi karena tidak sesuai aturan.
Apalagi, penerimaan tersebut berkaitan dengan tugas-tugas khusus yang diminta PT
Freeport. Pemerintah harus menyelidiki aliran dana yang diterima oleh kepolisian
agar public tidak kecewa dengan kinerja pemerintah terutama dalam hal ini adalah
KPK. KPK harus menyelidiki kasus tersebut agar dapat mengembalikan
kepercayaan public terhadap lembaga pemerintah (KPK).
Anggaran kepolisian sudah jelas tercantum dalam APBN yang di keluarkan oleh
menteri keuangan. Sudah jelas penerimaan uang yang dilakukan aparat keamanan
di luar koridor hukum yang merupakan dari tindakan korupsi yang dilakukan aparat
keamanan dalam menjalankan tugas. Ditambah lagi ada aturan dalam kepolisian
tidak boleh menerima dana dari lembaga non-pemerintah apalagi dalam jumlah
besar. Jadi, apapun alasannya tindakan yang dilakukan polisi termasuk tidakan
illegal. Dalam mengamankan dalam kasus Freeport di papua, dari TNI 150 orang,
polri 550 orang. Jadi, jumlah semua ada 700 orang dalam mengamankan Freeport.
Kapolri harus dapat mempertanggungjawabkan kenapa ada anggotanya mau
menerima uang saat bertugas. Dengan tindakan polisi tersebut akan membuat citra
negative pada lembaga kepolisian. Seperti penjualan jasa yang dilakukan kepolisian
telah melanggar kode etik dan aturan dalam profesi kepolisian. Misal setiap polisi
yang bertugas mendapat uang makan melalui institusi masing-masing seperti TNI
dan polri. Untuk uang makan setiap orang mendapat 40 ribu sehari itu masih dalam
batas kewajaran. Namun yang kita ketahui Freeport mengeluarkan sekitar 120
milyar per seperempat bulan. Ini sangat mengherankan public dan timbul pertanyaan
kemana aliran dana tersebut untuk keperluan apa. Pengeluaran dana yang
dilakukan PT Freeport dengan dana yang sebesar itu harus di cek kemana larinya
aliran dana tersebut. Kita ketahui dalam kasus ini polri lah yang bertanggung jawab,
karena yang menjaga Freeport adalah polisi, sedangkan TNI hanya membantu./Jadi,
pihak polisi dan Kapolda harus di periksa.
KPK harus mengusut bantuan aliran dan Freeport ke polri kalau terjadi tindakan
suap. Kalau terjadi tindakan pelanggaran hukum KPK harus membawa pejabat polri
dan pejabat Freeport untuk di proses secara hukum yang berlaku di Indonesia.
Jangan sampai kasus Freeport ini hilang dengan begitu saja seperti kasus-kasus
yang lainnya. Public ingin melihat kinerja dari lembaga pemerintah terutama dalam
memberantas tindakan korupsi. Jangan sampai koruptor dapat menari bebas di luar
sana. Pemerintah harus tegas dan berani dalam memberantas korupsi yang
merugikan negara jangan memperkaya diri sendiri, tetapi harus mementingkan
kepentingan public untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia terutama dalam
konteks ini adalah mensejahterakan rakyat Papua. Selain KPK peran DPR dalam
kasus ini sangat penting terutama komisi III DPR yang menjadi mitra Polri.
DPR meminta kepada Polri harus bersikap lebih terbuka dalam
mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut. Apabila kepolisian tidak
bersikap akuntabel mengakibatkan kepercayaan public kepada polisi semakin
berkurang, terutama masyarakat papua. DPR Serius untuk memberantas korupsi
dengan menaikkan anggaran lembaga pemerintah. Kenaikkan anggaran tersebut
apakah akan meningkatkan kinerja para lembaga pemerintah dalam memberantas
korupsi yang menjadi masalah yang penting di negeri ini. Ataukah anggaran yang
mengalami kenaikkan tersebut untuk menambah kinerja justru di gunakan oleh
pejabat-pejabat tertinggi untuk kepentingan pribadi dan golongan partainya saja.
Komisi III DPR harus mengklasifikasikan kemana aliran uang pemberian Freeport
kepada aparat keamanan yang bertugas untuk menjaga keamanan di Freeport.
Kapolri harus cek petugas yang sedang bertugas saat itu, bagaimana kejadiannya.
Karena penerimaan uang pada saat menjalankan tugas atau dengan nama lain
penjualan jasa itu telah melanggar kode etik kepolisian. Dan dapat menimbulkan
gratifikasi. Polri harus mengumpulkan data-data dari polda Papua agar dapat
mengetahui aliran dana tersebut.
2.4 Pelanggaran HAM di Papua
Dalam Kasus Freeport yang dapat merusak alam di daerah Papua karena ekploitasi
dan eksplorasi yang sangat berlebihan tanpa memperhatikan apa dampak yang
akan di timbulkan akibat limbah dari hasil pertambangan tersebut yang dapat
merusak alam di daerah Papua. Freeport selain mengeksploitasi juga telah
melanggar HAM dalam bidang ekonomi, kesejahteraan, dan terjadi penembakan
oleh aparat. Dalam bidang Ekonomi, Freeport tidak melakukan bagi hasil yang tidak
seimbang oleh bangsa Indonesia terutama rakyat Papua. Hasil yang di terima
bangsa Indonesia tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh Freeport dengan
mangeksploitasi yang berlebihan membuat alam papua menjadi rusak. Dimana Hasil
dari pertangbangan tersebut dan mendapat penghasilan sebesar USD 6,555 milyar.
Membuat Freeport menjadi perusahaan terbesar di dunia. Seharusnya pemerintah
harus memperbaiki kontrak karya dengan Freeport agar dapat meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat papua dalam hal sistem penggajian. Agar buruh
yang bekerja di pertambangan menerima penghasilan yang seimbang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Janganlah pemerintah hanya mementingkan kepentingannya sendiri, lihatlah rakyat
yang masih di hantui oleh kemiskinan dan lihatlah alam di papua akibat eksploitasi
tersebut jangan hanya melihat berapa besarnya pajak yang di berikan oleh Freeport
untuk negara. Tapi lihatlah betapa pentingnya persatuan dan keutuhan negara dan
alam yang indah serta kekayaan negara yang berlimpah agar dapat di olah sendiri
untuk meningkatkan perekonomian Indonesia serta mensejahterakan bangsa
Indonesia.
Dalam kasus tersebut juga terjadi proses penembakan yang diduga di lakukan oleh
aparat keamanan kepada para buruh. Apabila terjadi pelanggaran HAM permerintah
harus bertindak tegas agar tidak ada lagi pelanggaran terhadap para buruh. Dan
kalau terjadi penganiayaan di lapangan benar tindakan hukum bisa di berikan ada
dua macam. Apabila dilakukan atas kemauan sendiri bukan perintah dari atasan bisa
terkena pidana biasa dan apabila ada perintah dari atasan berarti telah melanggar
HAM. Selain mengeruk kekayaan alam, Freeport juga memeras tenaga para buruh
untuk bekerja dalam pertambangan. Mereka bekerja keras namun ia memperoleh
hasil yang menurutnya tidak adil. Sehingga para buruh menuntut keadilan dalam
memperoleh hasil. Terjadi bentrok dengan aparat keamanan yang menyebabkan
penembakan oleh aparat keamanan. Keamanan dan keselamatan para buruh juga
belum tentu terjamin. Oleh sebab itu, para buruh melakukan mogok kerja karena
merasa diperlakukan tidak adil dan meminta kenaikkan upah.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
PT Freeport merupakan perusahaan asing milik Amerika yang bergerak dalam
pertambangan. Freeport telah melakukan kontrak karya sejak zaman Soeharto,
setelah rezim ini turun kontrak karya tersebut belum di perbaiki karena kondisi pada
saat rezim Soeharto tentu berbeda pada saat sekarang ini. Mungkin pada saat rezim
Soeharto Freeport merupakan salah satu solusi untuk mengatasi krisis yang terjadi
pada zaman tersebut. Freeport merupakan salah satu perusahan tambang terbesar
di dunia yang mengahasilkan emas. Freeport mengeksploitasi dan mengeksplorasi
kekayaan alam yang berada di Papua. Dari hasil eksplorasi yang di lakukan Freeport
menyebabkan pencemaran limbah B3 yang sangat berbahaya dan dapat merusak
alam di Papua. Padahal bagi hasil yang di berikan Freeport tidak seimbang dengan
apa yang di miliki negara kita ini yang menyimpan kekayaan negara yang sangat
berguna untuk mensejahterakan bangsa Indonesia terutama rakyat Papua.
Selain melakukan eksporasi juga terjadi tindakan yang di sinyalir tidakan korupsi
yang di lakukan Freeport dengan memberikan sejumlah dana yang jumlahnya cukup
besar kepada polri. Dana tersebut di berikan kepada aparat keamanan yang
bertugas. Pemberian tersebut akan menimbulkan tindakan korupsi dimana telah
melanggar etika kepolisian dengan menjual jasa keamanan. Tindakan tersebut akan
membuat citra kepolisian menjadi negative. Anggaran Kepolisian telah diatur dalam
APBN. Jadi, pemberian tersebut talah melanggar hukum walupun telah terjadi
kesepakatan dengan Freeport. Telah terjadi pula pelanggaran HAM yang di lakukan
Freeport. Terjadi konflik antara buruh dengan Freeport. Terjadi kesenjangan dalam
bidang ekonomi terutama bagi hasil yang sangat merugikan bangsa Indonseia.
Membuat perekonomian papua sangat buruk, pemerintah hanya mementingkan
kepentingan golongan tanpa melihat kondisi ekonomi sangat buruk dan mereka
harus mengonsumsi hasil limbah tersebut.
Pemerintah hanya melihat sumbangan besarnya pajak yang diberikan Freeport
kepada negara, pajak tersebut di gunakan untuk kepentingan sendiri. Pemerintah
hanya melihat itu saja tidak melihat persatuan bangsa dan keutuhan negara
terutama untuk mensejahterakan rakyat di papua. Seharusnya kekayaan kita dapat
kelola sendiri untuk mensejahterakan bangsa Indonesia. Freeport hanya sebagian
kecil perusahaan asing yang ada di Indonesia dan masih banyak perusahaan asing
lainnya yang mengekplorasi kekayaan alam kita untuk kepentingannya sendiri.
Sungguh sangat sedih negara kita ini yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah
tapi kekayaan itu tidak dapat kita nikmati dan selama kekayaan alam yang kita miliki
di eksplorasi maka rakyat Indonesia akan semakin jauh dari kata
DAFTAR PUSTAKA
Jawa Pos, 31 Oktober 2011 INDOPOS, 4 November 2011 Jawa Pos, 26 Oktober
2011
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.
Jawa Pos, 1 November 2011 OLEH : Didik Nugroho 14020111140130
Http://www.dakwatuna.com/2015/01/27/63105/inilah-alasan-pemerintahan-jokowi-jkperpanjang-kontrak-freeport/#ixzz3xK65Zwyg
OLEH :
MISBAH ADRONI
GURU PEMBIMBING:
HENY SUSANTIH S.Pd M.Si
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Potensi luar biasa Papua terhadap tembaga dan emas sebenarnya telah
diketahui tahun 1936 oleh seorang Belanda. Pihak Amerika melakukan
penelitian, mengkonfirmasi dan nyata-nyata berminat atas lebih dari 13 juta ton
bijih tembaga dan 14 juta ton emas di bawah tanah untuk setiap 100 meter
kedalaman. Konsultan lain memperkirakan, bahwa pabrik harus memproses
5.000 ton bijih per hari (waktu itu). Suatu angka yang sangat besar.
PT. Freeport beroperasi di Papua sejak April 1967. Perusahaan asal
Amerika Serikat yang menguasai cadangan emas dan tembaga kedua terbesar
di dunia itu memulainya dengan kontrak karya I. Freeport melakukan
eksplorasi dilahan yang diperkirakan mengandung cadangan bijih emas
terbesar, 2,5 miliar ton. Dalam perjalanannya, sepanjang 1992 hingga 2002,
Freeport telah berhasil melambungkan produksinya hingga 5,5 juta ton
tembaga, 828 ton perak dan 533 ton emas. Pada 1998, perusahaan ini bahkan
berhasil menghasilkan agregat penjualan sebesar 1,71 miliar pon tembaga dan
2,77 juta ons emas. Dengan penghasilan itu Freeport mengantongi keuntungan
ribuan triliun rupiah sepanjang tahun.
Dalam kurun waktu dua tahun berproduksi sejak 1973, PT. Freeport yang
dulunya perusahaan tambang kecil berhasil mengantongi perolehan bersih US$
60 juta dari tembaga yang ditambang. Itu belum termasuk hasil ikutan seperti
emas dan perak. Juga belum termasuk penemuan lokasi tambang baru pada
1988 di Pegunungan Grasberg yang mempunyai timbunan emas, perak, dan
tembaga senilai US$ 60 juta miliar.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
peran PT. Freeport dalam perekonomian indonesia.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Peran PT. Freeport Indonesia dalam perekonomian Indonesia?
2. Berapa royality yang diteriama oleh Indonesia?
PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
6.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. PT. Freeport merupakan penyerap tenaga kerja swasta terbesar di Papua, dan
merupakan salah satu perusahaan swasta terbesar di Indonesia, dengan lebih
dari 18.000 karyawan bekerja untuk Freeport atau perusahaan kontraktornya.
Freeport mempekerjakan 8.000 karyawan secara langsung, termasuk 2.000
orang, atau sekitar 25%, adalah tenaga kerja asli Papua. Mereka mempunyai
program-program pelatihan yang ditargetkan bagi karyawan Papua, serta
mengutamakan anggota masyarakat tujuh suku dalam penerimaan karyawan.
2. Manfaat langsung Freeport kepada pemerintah pusat untuk tahun 2005
mencapai total 1,2 miliar dolar AS, yang sebagian dibagikan kepada pemerintah
provinsi di bawah otonomi khusus. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat jumlah
yang telah dibayarkan kepada pemegang saham biasa FCX untuk tahun 2005,
yaitu sebesar 452 juta dolar AS. Kontrak Karya yang melibatkan pemerintah
Indonesia dan Freeport McMoRan ditenggarai sangat merugikan kepentingan
negara. Potensi kerugian disebabkan oleh rendahnya royalti yang hanya 1% 3,5%.
3. Jika melihat dari peluang yang ada, sebenarnya perpanjangan MoU untuk
renegosiasi dengan pihak Freeport dapat membawa banyak keuntungan bagi
Indonesia. Namun, ke depannya, komitmen nyata perusahaan asing dalam
melaksanakan kewajibannya perlu lebih diperhatikan dan dikaji lebih
mendalam untuk kemaslahatan bangsa dan negara yang tidak hanya
berorientasi pada profit orientit saja. Pengawasan dan penegasan perlu
dilakukan agar pihak asing tidak menganggap enteng pemerintah Indonesia.
Dalam proses renegosiasi yang dilakukan pemerintah dengan Freeport di 2019,
diharapkan pemerintah dapat lebih tegas menuntut Freeport melaksanakan
kewajibannya serta mengajukan syarat-syarat agar Freeport tidak hanya
meraup keuntungan dari hasil bumi Indonesia, tetapi juga secara timbal balik
memberikan keuntungan kepada masyarakat Indonesia sendiri, khususnya
masyarakat Papua.
Harapan penulis adalah semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
pengetahuan antar satu sama lain. Karena pengetahuan itu bersifat universal
sehingga semua kalangan mempunyai hak dalam memperoleh Ilmu Pengetahuan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id
http://en.wikipedia.org
http://www.kabarinews.com/article/Berita_Indonesia/Utama/PAPUA_adalah
_FREEPORT/37748
http://dakwahkampus.com/pemikiran/ekonomi.html
http://www.ptfi.com/
pengurangan luas area tambang dari 212.950 hektar menjadi 125.000 hektar,
serta penggunaan barang dan jasa pertambangan dalam negeri hingga 100%
(saat ini SDM yang digunakan Freeport sudah mencapai 98% warga lokal,
sedangkan penggunaan barang peoduksi dalam negeri telah mencapai 60%).
(Yazid, 2015)
Terkait dengan smelter, Freeport kini berencana untuk mendirikan di lahan milik PT
Petrokimia Gresik. Kesungguhan rencana tersebut telah dibuktikan dalam
penandatanganan MoU antara Freeport dengan Petrokimia Gresik pada tanggal 22
Januari 2015 kemarin. Presiden Direktur Freeport, Maroef Sjamsoeddin menjelaskan
bahwa biaya sewa tiap tahunnya adalah US$ 8 per meter persegi. Dengan total
biaya sewa sebesar 76,8 miliar rupiah untuk lahan seluas 80 hektar tersebut,
Indonesia akan mendapatkan pemasukan dengan jumlah yang lumayan besar yang
dibayarkan
oleh
Freeport.
Tak
tanggung-tanggung,
kesungguhan
pembangunan smelter tersebut juga dibuktikan dengan pembayaran commitment
fee atau uang kesungguhan sebesar US$ 130 ribu (Rp 1,56 miliar). Itu akan
dibayarkan lewat 3 Bank BUMN, Bank Mandiri, BRI, dan BNI. (Aditiasari, 2015)
Dalam enam poin di atas, peningkatan kandungan lokal dalam belanja bahan baku
yang menjadi salah satu perhatian dari pemerintah. Dengan menetapkan standar
minimal sebesar 5% untuk produk-produk Indonesia dalam belanja Freeport, seperti
belanja tenaga kerja, barang, dan jasa pertambangan dalam negeri, industri nasional
juga dapat turut berkembang (Hutasoit, 2015). Sebelumnya, pemerintah sudah
berusaha menggalakkan peningkatan kandungan lokal pada industri tambang.
Namun, belum ditetapkan ukuran peningkatan yang tepat sehingga benar-benar
dapat terlaksana dengan optimal. Apabila keenam poin tersebut terlaksana dengan
baik, perpanjangan MoU izin ekspor Freeport Indonesia dapat memberikan
keuntungan yang cukup besar bagi Indonesia sendiri.
Menurut Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),
pemerintah ingin membuka frame yang lebih luas dalam renegosiasi itu supaya
pihak Indonesia berhasil mendapatkan benefit yang maksimal, terutama dalam
mendukung pembangunan di Papua (Sugianto, 2015). Hal tersebut sesuai dengan
arahan dari Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Selain 6 poin di atas,
pemerintah pun meminta 4 poin lain kepada Freeport, yaitu:
Pihak Freeport diminta untuk lebih melibatkan putra-putra daerah dan meningkatkan
aspek keselamatan kerja dalam operasinya. Apabila peningkatan pembangunan,
keterlibatan, dan keselamatan kerja dapat berlangsung sukses dengan renegosiasi
tersebut, Indonesia sendiri yang nantinya akan memperoleh keuntungan yang besar.
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan/atau yang mengusai hajat
hidup orang banyak untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Hartono,
2011). Oleh karena itu, pengelolaan tambang Garsberg, yang merupakan tambang
emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia, seharusnya
dipegang dan dikendalikan oleh negara untuk kepentingan rakyat, bukannya oleh
orang-seorang yang dalam kasus ini adalah perusahaan asing PT. Freeport
Indonesia.
Jika melihat dari peluang yang ada, sebenarnya perpanjangan MoU untuk
renegosiasi dengan pihak Freeport dapat membawa banyak keuntungan bagi
Indonesia. Namun, ke depannya, komitmen nyata perusahaan asing dalam
melaksanakan kewajibannya perlu lebih diperhatikan. Pengawasan dan penegasan
perlu dilakukan agar pihak asing tidak menganggap enteng pemerintah Indonesia.
Dalam proses renegosiasi yang dilakukan pemerintah dengan Freeport, diharapkan
pemerintah dapat lebih tegas menuntut Freeport melaksanakan kewajibannya serta
mengajukan syarat-syarat agar Freeport tidak hanya meraup keuntungan dari hasil
bumi Indonesia, tetapi juga secara timbal balik memberikan keuntungan kepada
masyarakat Indonesia sendiri, khususnya masyarakat Papua.
Sumber:
Aditiasari, Dana. (2015). Freeport Sewa Lahan Petrokimia Gresik Rp 76,8 Miliar/Tahun
Untuk Smelter. Diakses Februari 2, 2015, dari
http://finance.detik.com/read/2015/01/23/180058/2812340/1034/
Akhir, Dani Jumadil. (2015). Ada Freeport, Papua Masih Saja Miskin. Diakses Februari 6,
2015, darihttp://economy.okezone.com/read/2015/02/06/19/1102288/ada-freeport-papuamasih-saja-miskin
Asril, Sabrina. (2014). Chairul Tanjung Bantah Pemerintah Perpanjang Kontrak Freeport.
Diakses Februari 6,
2015,http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/06/09/1347203/Chairul.Tanjung.Bantah.
Pemerintah.Perpanjang.Kontrak.Freeport
Dhany, Rista Rama. (2015). Perpanjang Izin Ekspor Freeport, Sudirman Said Bantah
Ditekan Asing. Diakses Februari 6, 2015, dari http://finance.detik.com/read/2015/02/06/
203754/2826264/4/ perpanjang-izin-ekspor-freeport-sudirman-said-bantah-ditekan-asing
Hartono, Rudi. (2011). Makna Dikuasai Oleh Negara dalam Pasal 33 UUD 1945. Diakses
February 7, 2015, dari http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna%E2%80%9Cdikuasai-oleh-negara%E2%80%9D-dalam-pasal-33-uud-1945.html
Hutasoit, Moksa. (2015). Menteri ESDM: MoU dengan Freeport Diperpanjang 6 Bulan.
Diakses Februari 2, 2015, dari
http://finance.detik.com/read/2015/01/24/162650/2812907/1034/
Muslimawati, Nicha. (2015). Freeport Ngaku Telah Ikuti Peraturan Perundang-undangan.
Diakses Februari 6, 2015, dari http://www.aktual.co/energi/freeport-ngaku-telah-ikutiperaturan-perundang-undangan
Nashrillah, Faiz. (2015). Divestasi Freeport, Kata BPKM Soal Antam. Diakses February 7,
2015, darihttp://www.tempo.co/read/news/2015/02/03/090639454/Divestasi-Freeport-KataBKPM-Soal-Antam
Pratama, Adiatmaputra Fajar. (2015). Papua Siap Akuisisi 10% Saham Freeport. Diakses
Februari 6, 2015, dari http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/02/06/papua-siap-akuisisi-10persen-saham-freeport
Sugianto, Danang. 2015. Pemerintah Tambah Poin Syarat Renegoisasi Kontrak Freeport.
Diakses Februari 2, 2015,
dari http://economy.okezone.com/read/2015/01/25/19/1096944/pemerintah-tambah-poinsyarat-renegoisasi-kontrak-freeport
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/01/27/63105/inilah-alasan-pemerintahanjokowi-jk-perpanjang-kontrak-freeport/#ixzz3xK65Zwyg
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook