Anda di halaman 1dari 6

Mekanisme Dan Cara Kerja Magnetic Levitation

Pada Kereta Api Super Cepat


Junrevol Wicaksana Putra1
1

Program Studi S1 Teknik Elektro


Fakultas Teknik Universitas Pancasila
Jakarta, Indonesia
Junrevolwp@gmail.com

AbstrakTeknologi saat ini merupakan hasil dari


pengembangan dari berbagai aspek ilmu pengetahuan.
Perpaduan ilmu pengetahuan tersebut menghasilkan berbagai
teknologi yang dapat diterapkan ke berbagai bidang dan
mempermudah kegiatan manusia. Ilmu fisika adalah salah satu
yang mempengaruhi perkembangan teknologi hingga saat ini,
sebagai contoh yaitu magnet. Magnet dibentuk oleh pergerakan
muatan listrik yang menghasilkan gaya muatan listrik yang
bergerak dan menimbulkan medan magnet. Pemanfaatan magnet
dapat digunakan dalam berbagai hal. Pengembangan gaya
magnet bersama bahan superkonduktor untuk menghasilkan
Electrodynamic Suspension maupun pemanfaatan gaya tolak dari
magnet yang menghasilkan Electromagnetic Suspension teknologi
dikenal sebagai Magnetic levitation atau maglev. Cara kerja
Maglev dapat diterapkan dalam bidang transportasi yang
daplikasikan pada kereta api.
Kata Kunci: Teknologi, Magnet, Electrodynamic Suspension,
Electromagnetic Suspension, Magnetic levitation, kereta api

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
perkembangan manusia semakin meluas, kepadatan
kegiatan yang dilakukan manusia dari perkembangan zaman
juga semakin banyak dari hal yang mudah dilakukan hingga
yang hampir tidak mungkin untuk dilakukan. Kesulitan dalam
melakukan dalam berbagai hal mendorong kita sebagai
makhluk yang memiliki kecerdasan untuk membuat terobosan
baru untuk memudahkan kegiatan sehari hari. Hingga saat ini
perkembangan teknologi berkembang pesat seiring dengan
banyaknya penemuan penemuan dalam berbagai bidang ilmu.
Ilmu fisika merupakan salah satu bidang keilmuan yang sangat
banyak mempengaruhi perkembangan teknologi saat ini,
sebagai contoh penemuan magnet. Magnet atau magnet adalah
suatu benda atau objek yang memiliki gaya dalam medan dalam
jarak tertentu untuk menarik benda yang terbuat dari meta,
medan ini disebut dengan medan magnet. Magnet berasal dari
bahasa yunani magnitis lithos yang memiliki arti batu
magnesian. Magnesia merupakan sebuah wilayah di yunani
kuno dimana banyak ditemukan batu magnet sejak zaman
dahulu [1].
Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh manusia,
dengan membuat medan magnet menggunakan arus listrik
sehingga menghasil medan magnet yang disebut
electromagnet.
Dengan
adanya
elektromagnet
ini

memungkinkan manusia untuk memanfaatkanya dalam


berbagai bidang. Bidang transportasi merupakan salah satu
penerapan teknologi elektromanget. Magnet yang diapudkan
dengan berbagai teknologi lain seperti supekonduktor maupun
elektromagnet mampu membuat suatu benda melayang,
fenomena ini disebut Magnetic Levitation atau maglev. Dengan
penggunaan maglev, memungkinkan terciptanya alat
transportasi yang memiliki gaya gesek yang rendah sehingga
pengurangan kecepatan gerak benda dapat dikurangi serta
penggunaan energi juga lebih sedikit, hal ini menjadikan alat
trasportasi menjadi lebih efisien dalam penggunaan energi serta
lebih cepat dalam bergerak. Sebagai contoh adalah penerapan
teknologi maglev pada kereta api super cepat di jepang. Dari
hal tersebut penerapan mekanisme serta cara kerja maglev
dapat diaplikasikan dalam alat transportasi kereta api super
cepat sehingga ramah lingkungan dan efisien dalam waktu
perjalanan.
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam paper ini Penerapan
mekanisme serta cara kerja maglev dapat diaplikasikan dalam
alat transportasi kereta api super cepat .
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari Penulisan Paper ini untuk mengetahui
penerapan mekanisme serta cara kerja dari maglev yang dapat
diaplikasikan dalam alat trasnportasi kereta api super cepat.
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan paper ini adalah
:
1. Mengetahui cara kerja magnetic levitation.
2. Mengetahui penerapan maglev pada kereta api super
cepat.
3. Mengetahui teknologi yang terdapat pada kereta
maglev.
II.

DASAR TEORI

A. MAGNET
Magnet atau magnet adalah suatu benda atau objek yang
memiliki gaya dalam medan dalam jarak tertentu untuk menarik

benda yang terbuat dari logam, medan ini disebut dengan


medan magnet. Magnet berasal dari bahasa yunani magnitis
lithos yang memiliki arti batu magnesian. Magnesia merupakan
sebuah wilayah di yunani kuno dimana banyak ditemukan batu
magnet sejak zaman dahulu. Pada saat ini magnet merupakan
suatau materi yang memiliki medan magnet, materi tersebut
dapat berwujud magnet tetap maupun tidak tetap. Magnet
memiliki dua kutub yaitu kutub utara (north/N) dan kutub
selatan (south/S) [1].
B. MEDAN MAGNET

Gambar 1. Garis gaya magnetik.


Pola garis-garis lengkung yang terbentuk diatas merupakan
pola medan magnetik yang disebut garis gaya magnetik. Ruang
di sekitar magnet yang mengalami gaya magnetik dinamakan
medan magnetik. Medan magnet adalah daerah di sekitar
magnet yang menyebabkan sebuah muatan yang bergerak di
sekitarnya mengalami suatu gaya. Pada sebuah percobaan
magnet buatan menggunakan kawat, medan magnetik di sekitar
kawat yang dialiri arus listrik dapat memengaruhi kedudukan
jarum kompas. Ketika arah arus listrik diubah dengan
mengubah kedudukan kutub baterai, maka arah penyimpangan
jarum kompas pun turut berubah karena arah garis gaya
magnetik tergantung pada arah arus listrik yang mengalir pada
kawat penghantar.

Gambar 2. Kaidah tangan kanan Oersted.


Arah medan magnetik sebuah kawat yang dialiri arus listrik
dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan
Oersted. Arah arus listrik ditunjukkan dengan ibu jari dan garis
gaya magnetik ditunjukkan dengan keempat jari tangan. Untuk
menghasilkan medan magnetik yang cukup kuat dapat
digunakan kumparan berarus listrik. Kumparan bersifat sebagai
magnet yang kuat disebut elektromagnet. Elektromagnet
memiliki sifat kemagnetan sementara. Jika arus listrik
diputuskan, sifat kemagnetannya segera hilang.Kumparan
berarus listrik dapat menghasilkan medan magnetik yang kuat
karena setiap lilitan pada kumparan menghasilkan medan

magnetik yang akan diperkuat oleh lilitan lainnya. Semakin


banyak lilitan suatu kumparan, medan magnetik yang
dihasilkannya semakin besar [2].
C. HUKUM LENZ
Berdasarkan hukum Faraday, perubahan fluks magnetik
akan menyebabkan timbulnya beda potensial antara ujung
kumparan. Apabila kedua ujung kumparan itu dihubungkan
dengan suatu penghantar yang memiliki hambatan tertentu akan
mengalir arus yang disebut arus induksi dan beda potensial
yang terjadi disebut GGL induksi.Arah arus induksi yang
terjadi baru dapat dijelaskan oleh Friederich Lenz pada tahun
1834 yang lebih dikenal dengan hukum Lenz.

Gambar 3. Arah arus induksi berdasarkan hukum Lenz (a)


magnet mendekati kumparan, (b) magnet menjauhi kumparan.
Pernyataan hukum Lenz menyebutkan, jika GGL induksi
timbul pada suatu rangkaian, maka arah arus induksi yang
dihasilkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan medan
magnetik induksi yang menentang perubahan medan magnetik
(arus induksi berusaha mempertahankan fluks magnetik
totalnya konstan) [3].
D. BAHAN MAGNETIK
Magnetic materials atau bahan magnetik merupakan bahan
yang memiliki sifat kemagnetan dalam bahan penyusunnya.
Bahan magnetik dibedakan menjadi berdasarkan perilaku
molekulnya di dalam medan magnetik luar yaitu diamagnetik ,
paramagnetik dan feromagnetik [4].
1. Diamagnetik
Diamagnetik adalah bahan yang sedikit menolak garis
gaya magnetik seperti natrium, perak, bismut, raksa, dan
intan. Ketika tidak ada pengaruh medan magnet luar,
momen magnetik akibat gerak orbital dan spin elektron
saling meniadakan. Saat ada pengaruh medan magnet luar,
maka akan timbul medan magnet dalam tetapi masih lebih
kecil.
2. Paramagnetik
Paramagnetik adalah bahan yang sedikit menarik garis
gaya magnetik seperti aluminium, magnesium, titanium,
platina, dan fungston. Jika tidak ada pengaruh medan
magnetik luar, bahan ini tidak memperlihatkan efek
magnetlk karena momen magnetik total akibat gerak orbital
dan elektron relatif kecil. Tetapi jika diberikan pengaruh
dari medan magnet luar, maka akan timbul momen yang
cenderung menyejajarkan medan magnetik dalam dengan
medan magnetik luar.

3. Feromagnetik
Feromagnetik adalah bahan yang sangat kuat menarik
garis gaya magnetik seperti besi, nikel, kobalt, dan
gadolinium jika dikenai medan maqnetik tersebut.
Walaupun medan luar dihilangkan, sifat kemagnetan bahan
masih tetap ada. Sifat kemagnetan bahan feromagnetik akan
hilang jika dipukul-pukul ataupun dipanaskan.
E. SUPERKONDUKTIVITAS
Superkonduktivias adalah sebuah fenomena yang terjadi
dalam beberapa material pada suhu rendah, dicirikan dengan
ketiadaan hambatan listrik dan "dampin" dari medan magnetik
interior (efek Meissner). Superkonduktivitas adalah sebuah
fenomena mekanika-kuantum yang berbeda dari konduktivitas
sempurna [5]. Superkonduktor memiliki dua tipe yaitu
superkonduktor tipe 1 dan superkonduktor tipe 2. Pembagian
tipe ini berdasarkan titik kritis yang dimiliki oleh
superkonduktor itu sendiri. Pada superkonduktor tipe 1 hanya
memiliki satu titik kritis sehingga medan magnet eksternal
dapat menembus superkonduktor.
Teori BCS hanya berlaku pada superkonduktor tipe 1.
Karena berlaku toeri BCS, maka berlaku pula Efek. Pada tipe 1
ini juga berlaku pasangan Cooper. Pada tipe 2, superkonduktor
memiliki dua titik kritis. Tidak berlaku teori BCS sehingga
tidak berlaku pula efek Meissner [6].

1800-an beberapa ahli mesin uap berhasil memodifikasi mesin


uap rancangan Watt, dengan merancang ruang bertekanan
tinggi non-kondensasi yang memungkinkan mesin untuk
mengkonversi lebih banyak energi uap menjadi energi mekanik
[7].
Saat ini ada beberapa kereta api yang dikenal oleh
masyarakat yaitu kereta api rel konvensional (kereta yang
umum dijumpai dengan dua batang besi sebagai rel yang
diletakkan di bantalan), kereta api monorel(terdiri dari satu
batang besi sebagai rel), kereta api permukaan atau sufcace
(yang berjalan di atas permukaan tanah), kereta api layang atau
elevated (berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang) kereta api
bawah tanah (subway), dan akhir-akhir ini dikembangkan
teknologi kereta api terbaru yaitu kereta api Magnetically
levitation yang dapat menempuh kecepatan hingga 500 km/jam
(311 mph).
B. Magnetiv Levitation Train
Magnetic levitation merupakan metode untuk membuat
sebuah objek melayang di udara tanpa bantuan selain medan
magnet. Medan ini digunakan untuk menolak atau meniadakan
gaya tarik gravitasi. Magnetic levitation train atau yang sering
disebut dengan Maglev train adalah kereta api super cepat tanpa
roda yang memanfaatkan gaya magnet untuk melayang,
menggerakkannya dan mengontrol jalannya kereta.

F. MEISSNER EFFECT
Efek Meissner adalah fenomena medan magnet tertolak
pada suhu kritis karena keadaannya yang diamagnetis
sempurna. Superkonduktor menghasilkan medan magnet dalam
bahan yang arahnya berlawanan dengan medan magnet
eksternal, dengan berlakunya Efek Meissner, medan magnet
tertolak dan menyebabkan magnet dapat melayang [6].
Gambar 5. Kereta Maglev.
Kereta maglev ini melayang sekitar 10 cm -15 cm di atas
relnya. Hal ini menyebabkan tidak adanya gaya gesek antara rel
dengan kereta yang dapat menghambat pergerakan kereta
sehingga kereta dapat melaju dengan cepat mencapai 500
km/jam (310 mph).
Gambar 4. Efek meissner.
III.

PEMBAHASAN

A. Kereta api
Kereta digunakan secara massal sejak 200 tahun lalu.
Namun, penemuannya terjadi jauh sebelum itu semua. Kereta
sederhana sebagai alat transportasi sudah mulai digunakan
sekitar 2000 tahun yang lalu oleh masyarakat di peradaban
Mesir kuno, Babylonia dan Yunani. Pada abad ke-18, setiap
tambang di Inggris memiliki jaringan kereta api sederhana
sendiri, dengan kuda sebagai tenaga penarik gerobak dari
tambang ke pabrik. Perubahan kembali datang pada tahun 1774
setelah James Watt memperkenalkan penemuan mesin uap
stasioner pertamanya ke seluruh dunia. Kemuadian pada tahung

C. Mekanisme dan Cara Kerja Kereta Maglev


System kerja Magnetic Levitation Train memanfaatkan 2
prinsip magnet yaitu gaya tarik magnet dan gaya tolak magnet.
Ada dua buah system kerja dari maglev train ini sehingga ia
dapat mengambang atau melayang di atas rel nya yaitu
Electromagnetic Suspension (EMS) yang dikembangkan di
Negara Jerman dan Electrodinamic Suspension (EDS) yang
dikembangkankan di Negara Jepang. Pada saat sekarang ini ada
sebuah system baru yang sedang dikembangkan yaitu system
Inductrack, yaitu menggunakan magnet tetap, namun cara ini
belum diterapkan.
1. Electromagnetic Suspension (EMS)
System kerja dari Electromagnetic Suspension (EMS)
memanfaatkan gaya tarik magnet. Dimana bagian-bagian

pada rel kereta yaitu beam (balok rel) dan levitations rails
yang merupakan bagian rel penuntun. Bagian-bagian pada
gerbong kereta yaitu support magnet (magnet pendukung),
guidance magnets (magnet penuntun),dan vehicle ( gerbonh
kereta). Antara rel dengan gerbong terdapat air gap vertical
dan air gap horizontal [8].

Gambar 6. Schematic diagram of EMS Maglev system


Pada Electromagnetic suspension (EMS) magnet berada
pada badan kereta. Electromagnet pada badan kereta
berintekasi dan menarik levitation rails pada guideway
(jalur pemandu), hal ini mempertahankan posisi kereta
secara horizontal. Electromagnet pada bagian bawah kereta
dipasang mengarah langsung ke jalur pemandu, yang
mengambangkan kereta sekitar 1 cm di atas jalur pemandu
dan menjaga kereta agar tetap mengambang bahkan di saat
kereta tidak bergerak. Saat bergerak dorongan kedepan
didapatkan melalui interaksi antara rel magnetic dengan
mesin induksi. Namun cara ini kurang stabil sehingga jarak
antara rel dengan gerbong harus selalu di kontrol kerena
ketika daya magnet berkurang gerbong dapat turun dan
menabrak rel.

sedangkan magnet terdapat pada relnya. Sistem EDS ini


menggunakan nitrogen cair yang digunakan untuk
mendinginkan bahan superkonduktor sehingga bahan
superkonduktor mencapai suhu di bawah suhu kritis (Tc).
Pada saat suhu bahan superkonduktor berada dibawah suhu
kritisnya, maka bahan superkonduktor akan memiliki
resistansi nol (0) dan akan menolak medan magnet
disekitarnya

Gambar 8. Electrodinamic Suspension System


Pada gerbong kereta bagian bawah terdapa Levitation
Magnets yang berhadapan dengan magnet yang terdapat
pada rel, magnet ini saling tolak-menolak sehingga
membuat kereta melayang di atas relnya. Pada bagian rel
kereta terdapat beam sebagai dinding pemandu, levitation
and guidance coil (kumparan penuntun kereta), propulsion
coil (kumparan penggerak kereta) dan wheel support path
(bagian rel pendukung).

Gambar 9. Schematic diagram of EDS Maglev system

Gambar 7. Cara kereta EMS beroperasi.


2. Electrodinamic Suspension (EDS)
EDS (2electrodinamic suspension) memanfaatkan gaya
tolak magnet. System ini menggunakan magnet
superkonduktor. Superkonduktor memiliki sifat yang
menarik yaitu sifat Efek Meissner, yaitu efek pada bahan
superkonduktor yang berada dibawah suhu kritisnya(Tc).
Bahan superkonduktor menjadi bagian pada badan kereta

Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas


rel melainkan diam berdiri di atas rel nya. Saat akan
bergerak magnet superkonduktor dinyalakan, kemudian
kereta mulai mengambang sekitar 100 mm di atas rel.
Magnet superkonduktor mengatur posisi kereta agar tepat
berada di tengah jalur guideway kemudian computer pada
sisitem control mengunci posisi kereta dan mengstabilkan
magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak berubah.
Kemudian daya listrik diberikan ke kumparan dalam
dinding-dinding jalur pemandu yang menciptakan medan
magnet yang dapat menarik dan mendorong kereta
sepanjang jalur pemandu.
Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding
jalur pemandu secara berganti-ganti mengubah polaritas
kumparan magnet. Perubahan polaritas ini menyebabkan
medan magnetik di depan kereta menarik kereta ke depan,

sementara medan magnet di belakang kereta menambahkan


gaya dorong ke depan [8].

depan kereta ini dirancang seperti mulut lumba-lumba yang


ramping untuk mengurangi hambatan udara (drag udara),
sehingga maglev train dapat meluncur seperti peluru.
IV.

Gambar 10. Sistem control EDS system.


Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya
megnet yang saling tarik menarik dan saling tolak menolak,
seperti pada gambar A di atas interaksi antara magnet pada
rel dengan kereta menghasilkan gaya tarik oleh magnet
tidak sejenis di bagian depan terhadap gerbong yang
menarik kereta ka arah depan (ditunjukkan oleh garis hijau)
dan magnet di bagian belakang menghasilkan gaya tolak
terhadap magnet sejenis pada gerbong yang menjadi gaya
dorong dalam pergerakan kereta (ditunjukkan oleh garis
biru). Pada gambar B ditunjukkan system yang membuat
kereta tetap melayang di atas rel nya dengan gaya tolak yang
dihasikan oleh magnet superkonduktor dari bagian badan
kereta terhadap guideway nya, magnet pada sisi jalur
pemandu menjaga agar kereta tetap melayang, apabila
posisi kereta turun maka magnet berlawan pada sisi dinding
pemadu bagian atas dengan magnet pada sisi gerbong akan
menarik gerbong ke atas (ditunjukkan oleh garis hijau) dan
magnet bagian bawah dinding pemandu yang sejenis
dengan magnet pada sisi gerbong akan menolaknya
(ditunjukkan oleh garis biru) sehingga posisi gerbong akan
tetap terangkat atau melayang di atas rel nya. Selain itu
dinding jalur pemandu ini juga berfungsi mempertahankan
posisi kereta di jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri
maka dinding pemandu sebelah kiri akan memiliki sifat
magnet yang akan menolak kereta dan sifat magnet pada
dinding sebelah kanan akan menarik kereta, sehingga posisi
kereta selalu dipertahankan. System ini lebih stabil karena
daya angkat pada system tidak hanya dihasilkan dari rel atau
guideway nya saja tetapi juga dihasilkan dari gerbong kereta
itu sendiri [9].
Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga
akhir memiliki kecepatan yang bervariasi. Variasi
kecepatan ini diatur dengan mengatur frekuensi dari arus
bolak-balikyang melalui kumparan.
Cara penghentian dari kedua system kereta maglev ini
sama seperti dengan cara ia bergerak yaitu menggunakan
induksi magnetic pada kumparan dengan memberikan
tolakan antara kutub yang sama. Pada saat akan berhenti
medan magnet dari kumparan ini dirubah atau dibalik,
sehingga akan menimbulkan efek pengereman dan kereta
akan berhenti. Maglev train memiliki system control
(control room) yang terhubung dengan control pusat
melalui system transmisi radio yang berfungsi menjaga
keselamatan kereta, mengatur perpindahan jalur rel. Kereta
maglev ini memiliki system rem dinamis, dengan bantalan
rem untuk berhenti, untuk kebutuhan darurat setiap gerbong
dilengkapi dengan empat cakram per sebagai rodanya, dan
bantalan rem cadangan. Struktur atau bentuk dari bagian

KESIMPULAN

Magnetically levitation atau maglev ini bekerja dengan


prinsip hukum lenz, efek meissner, medan magnetik serta
induksi magnetik. Pada kereta maglev, terdapat dua teknologi
yang banyak digunakan dalam pengaplikasiannya dalam
industri yaitu elektromagnetic suspension (EMS), serta
Electrodynamic Suspension (EDS). Cara kerja dari kereta
maglev yang menggunakan EMS adalah dengan memanfaatkan
gaya tarik magnet, sedangkan pada kerta maglev EDS
memanfaatkan gaya tolak magnet.
Dengan memanfaatkan gaya tarik dan gaya tolak magnet,
kereta maglev dapat melayang atau mengambang sekitar 10cm
dari rel sehingga tidak ada gaya gesek. Dengan begitu
kecepatan kereta maglev dapat sangat cepat karena tidak ada
penurunan percepatan akibat gaya gesek yang bisa ditimbulkan
pada kereta konvensional. Kecepatan yang dihasilkan dari
teknologi maglev ini dapat membawa kereta maglev melaju
hingga 500 km/jam, dengan kecepatan tersebut maka
perjalanan jauh seperti dari jakarta ke bandung dapat ditempuh
hanya dalam waktu 30 menit. Selain itu, penggunaan tenaga
listrik dalam kereta maglev juga membuat kereta ini tidak
menimbulkan polusi serta dapat menghemat biaya perawatan
rel karena tidak menyentuh jajur rel. Kelemahan maglev adalah
biaya investasi yang besar dalam membangun kereta serta
jaringan rel , serta kebisingan yang dihasilkan kereta ini sama
seperti kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat jet.
REFERENSI

[1] Wikipedia, Magnet - Wikipedia bahasa indonesia, 3


Januari 2016. [Online]. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Magnet.
[2] C. L. Consolidation, Pengertian Medan Magnet dan
Karakteristik Medan Magnet, fisikazone.com, 23
September 2014. [Online]. Available:
http://fisikazone.com/medan-magnet/. [Diakses 19
Januari 2016].
[3] C. L. Consolidation, Hukum Lenz dan Penjelasan
Pernyataan hukum Lenz, fisikazone.com, 27 September
2014. [Online]. Available: http://fisikazone.com/hukumlenz/. [Diakses 19 Januari 2016].
[4] www.pengertianahli.com, Pengertian Diamagnetik,
Paramagnetik, Feromagnetik, www.pengertianahli.com,
2 Desember 2013. [Online]. Available:
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertiandiamagnetik-paramagnetik.html. [Diakses 19 Januari
2016].

[5] Wikipedia, Superkonduktivitas - Wikipedia Bahasa


Indonesia, id.wikipedia.org, 6 Maret 2015. [Online].
Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Superkonduktivitas.
[Diakses 19 Januari 2016].
[6] Wikipedia, Teori BCS - Wikipedia bahasa indonesia,
id.wikipedia.org, 11 Juni 2013. [Online]. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_BCS. [Diakses 19
Januari 2016].
[7] kereta-api.info, Sejarah Asal usul Kereta Api Dunia,
kereta-api.info, 5 Januari 2015. [Online]. Available:
http://kereta-api.info/sejarah-asal-usul-kereta-api-didunia-3633.htm. [Diakses 19 Januari 2016].
[8] H. Yaghoubi, Practical Applications of Magnetic
Levitation Technology, Iran Maglev Technology (IMT),
Iran, 2012.
[9] D. P. Tejonugroho, Prinsip dalam kereta : kereta
maglev, http://prinsipkereta.webatu.com/, 1 Januari
2010. [Online]. Available:
http://prinsipkereta.webatu.com/keretamagnet.html.
[Diakses 19 Januari 2016].

Anda mungkin juga menyukai