Lap Minyak Jelantah
Lap Minyak Jelantah
Disusun Oleh :
1. Arian Epani
2. Fitri Ramayanti
3. Gala ng Setyoko
5. Haynurnissa Yusparani
7. M. Isnanto Wisnu
8. Rizki aprilianya
9. Trisman Saputra
KELOMPOK 1
Dosen Pembimbing : Ir. Aida Syarif, M,T
TUJUAN
-
II.
Spatula
Hot plate
1 buah
1 buah
Pipet ukur 25 ml
1 buah
Kaca Arloji
1 buah
Termometer
1 buah
Magnetic stirrer
1 buah
Erlenmeyer
1 buah
Arang/karbon aktif
KOH
Tymol blue
Aquades
1 buah
III.
DASAR TEORI
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bias berasal dari jenis-jenis goreng
seperti minyak kelapa sawit, miyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak
jelantah merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga. Dan jika
ditinjau dari komposisi kimianya , minyak jelantah mengandung senyawa
karsiogenik yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi pemakaian minyak
jelantah yang berkelanjutan dapat merusak jesehatan manusia menimbulkan
penyakit kanker dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kesehatan generasi
berikutnya.
Asam lemak bebas merupakan pengotor yang tidak boleh ada dalam reaksi
transesterifikasi. Asam lemak bebas bereaksi dengan basa membentuk sabun dan
air. Penentuan ALB pada minyak jelantah menggunakan metode titrasi asam-basa
dengan menggunakan titran larutan KOH dengan indicator thymol Blue.
Adsorpsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah
suatu proses yang terjadi ketika fluida terikatpada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaann padatan tersebut. Berbeda
dengan adsopsi dimanafluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu
larutan.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa. Dimana molekul dan suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorps.
Advorpsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu adsorpsi fisika yang di sebabkan
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadnya kendensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorben dan adsorpsi kimia yang terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu.
Faktor yang mempengaruhi adsorpsi:
1. Kecepatan pengadukan
Berpengaruh pada kecepatan proses adsorpsi dan kualitas bahan yang
dihasilakan, jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan lambat
pula, namun bial pengadukan terlalu cepat aka nada kemungkinan struktur
adsorban mengalami kerusakan
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak zat yang bisa
teradsorpsi
3. Temperatur
Naik turunnya tingkat adsorpsi dipengaruhi oleh temperatur. Pemanasan
adsorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka dan menyebabkan
daya serapnya meningkat. Tetapi pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat
membuat struktur adsorben rusak.
4. pH
Tingkat keasaman juga berpengaruh, adsorbat yang bersifat asam atau
asam organic lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs basa
organic efektif pada pH tinggi.
5. Jenis dan Karakteristik adsorban
Jenis adsorban yang digunakan umumnya dalah karbon aktif. Karbon
aktif adalah suatu bahan pada berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan
yang mengandung karbon dan dilakukan aktivitas dengan menggunakan gas
CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan
demikian daya adsorpsinya lebih tinggi.
Karbon Aktif dan Pembuatannya
Karbon aktif berbentuk Kristal berukuran mikro, karbon non grafit yang poriporinya telah mengalami pengembangan sehingga kemampuan menyerap fluida
yang dimiliknya meningkat. Karbon aktif dapat di buat dari semua bahan yang
mengandung karbon dengan syarat bahan tersebut mempunyai struktur berpori.
Bahan-bahan tersebut antara lain, kayu, batubara muda, tulang, termpurung kelapa,
tandan kelapa sawit, kulit buah kopi, sabut buah coklat, sekam padi dan lainnya,
pembuatan meliputi proses karbonisasi pada suhu tinggi dan proses aktivasi yang
dapat meningkatkan porositas karbon aktif.
IV.
PROSEDUR KERJA
b.
Menambahkan 50 alkohol
Menambahkan 6 ml H2SO4
2. Penentuan ALB
- Sebanyak1 gr minyak goreng bekas ditempatkan pada Erlenmeyer
- Tymol blue ditambahkan sebanyak 3 tetes
- Dilakukan titrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna menjadi
putih kebiru-biruan
- Dilakukan perhitungan penentuan kadar ALB
V.
DATA PENGAMATAN
a. Penjernihana minyak jelantah secara fisik
Sample
Kondisi Sanmpel
Sesudah Proses
Warna : kuning
kehitaman dengan
sedikit kental
Sample
Suhu
Minyak
jelantah 400C
150 ml + methanol
50 ml + 6 ml 500C
H2SO4
\
Kondisi sampel
Sebelumproses
Hitam pekat
Hitam pekat
Sesudah
proses
Sedikit
menguning
Lebih hitam
Sample
Bahan baku
2,5
2,7
VI.
PERHITUNGAN
a.
Pembuatan Larutan
1.
= 56, 11 gr / mol
= 0,1 mol / L
= 250 ml
Gr
= M x V x BM
=
= 1,40275 gr
2. Larutan H2SO4 1 M 6 ml
H2SO4
= 1,87
BM H2SO4
= 98 gr / mol
% H2SO4
= 98 %
M1 x V1 = M2 x V2
.x=
= 2,67 ml
b.
= 256 gr / mol. ek
= x Vsampel
=
= 0,98 gr
% ALB
% ALB
% ALB
= 0,0966
ALB
= 9,66 %
= 256 gr / mol. ek
= x Vsampel
=
x 100
= 0,98 gr
x 100
% ALB
% ALB
% ALB
= 0,0522
ALB
= 5,22 %
Pemanasan T = 400C
BE = 256 gr/mol. Ek
VKOH = 2,5 ml
NKOH = 0,1 mol. Ek / L
M = 0,98 gr
% ALB = VKOH x NKOH x 256
Gr CPO x 1000
=
= 0,0653
= 6,53%
-
Pemanasan T = 500C
BE = 256 gr/mol. Ek
VKOH = 2,7 ml
NKOH = 0,1 mol. Ek / L
M = 0,98 gr
% ALB = VKOH x NKOH x 256
Gr CPO x 1000
=
= 0,0705
= 7,05%
c.
% Penyisihan =
=
= 45, 96 %
2. Secara kimia
a. Pemanasan T = 400C
% Penyisihan =
=
= 32,4 %
b. Pemanasan T = 500C
% Penyisihan =
=
= 27,02 %
C sebesar 7,05 %. Dari data dapat dianalisa bahwa penjernihan secara fisik lebih
banyak atau efektif atau cepat yaitu sebesar 45,96 %. Sedangkan secara kimia
lebih kecil yaitu suhu 40 oC hanya 32,4 % dan suhu 50 oC hanya 27,02 %. Hal ini
terjadi karena factor pemanasan, suhu mempengaruhi proses penjernihan semakin
tinggi suhu proses penjernihan semakin kecil.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa
1.
2.
3.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Magnetic Stirrer
Kertas Saring
Pipet Tetes
Beaker gelas
pH paper
Labu Ukur
Pipet Ukur
Spatula
Gelas Ukur
Hot plate
Erlenmeyer
Kaca Arloji