Anda di halaman 1dari 7

REFLEKS

Pakar yang pertama kali diketahui menggunakan kata refleks


ialah Rene Decartes, pada tahun 1662. Ia melukiskan refleks
memejam (refleks ancam), pada refleks ini, suatu pukulan yang
diancamkan ke mata menyebabkan mata dipejamkan. Kata refleks
dibentuk dari: melihat objek yang mendekat memberikan refleksi di
otak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa refleks ialah
jawaban atas rangsang.
Refleks

neurologik

bergantung

pada

suatu

lengkungan

(lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetuskan


oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktivasi organ efektor,
serta hubungan antara kedua komponen ini. Misalnya, refleks
tendon lutut timbul karena adanya rangsang (ketokan), reseptor,
serabut aferen, ganglion spinal, neuron perantara, sel neuron
motorik, serabut aferen dan efekyor (otot). Hal ini dinamakan
lengkung refleks (reflex arc). (Gambar 1 dan 2). Bila lengkung ini
rusak makan reflex akan hilang.
A. Jenis Refleks
Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya,
misalnya

pemeriksaan

sensibilitas,

maka

pemeriksaan

refleks

kurang bergantung pada kooperasi pasien. Pemeriksaan refleks


dapat dilakukan pada orang yang menurun kesadarannya, bayi,
anak, orang yang rendah inteligensinya dan orang yang gelisah.
Itulah sebabnya pemeriksaan refleks penting nilainya, karena lebih
objektif dari pemeriksaan lainnya.
Dalam praktek sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam
refleks, yaitu refleks dalam dan refleks superfisial.
1. Refleks Dalam (refleks regang otot)
Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan
oleh rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi.

Refleks dalam juga dinamakan refleks regang otot (muscle stretch


reflex). Nama lain dari dari refleks dalam ini adalah refleks tendon,
refleks periostal, refleks miotatik, dan refleks fisiologis
Refleks dalam dapat dinamai menurut otot yang bereaksi atau
menurut tempay merangsang, yaitu tempat insersio otot. Misalnya
refleks kuadriseps femoris disebut juga refleks tendon lutut, atau
refleks patella. Telah dikemukakan di atas bahwa timbulnya refleks
ini ialah karena teregangnya otot oleh rangsang yang diberikan dan
sebagai

jawaban

otot

berkontraksi.

Rasa-regang

(ketok)

ini

ditangkap oleh alat penangkap (reseptor) rasa-proprioseptif, karena


itu refleks ini juga dinamai refleks propriosptif. Contoh dari refleks
dalam ialah refleks kuadriseps femoris glabela.
2. Refleks Superfisialis
Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa
yang mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya
atau di sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada
refleks dalam.
B. Tingkat Jawaban Refleks
Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat, yaitu :
- (negatif)

: tidak ada refleks sama sekali

: kurang jawaban, jawaban lemah

: jawaban normal

++

: jawaban berlebihan, refleks meningkat


Tidak ada batas yang tegas antara tingkat refleks yang

dikemukakan di atas, yaitu: tidak ada batas yang tegas antara


refleks lemah, refleks normal, dan refleks meningkat. Bila refleksnya
negatif, hal ini mudah dipastikan. Pada refleks yang meninggi,
daerah tempat memberikan rangsang basanya bertambah luas.
Misalnya refleks kuadriseps femoris, bila ia meninggi, maka tempat
merangsang tidak saja di tendon di patella, tetapi dapat meluas
sampai tulang tibia. Kontraksi otot pun bertambah hebat, sehingga

mengakibatkan

gerakan

yang

kuat

pada

persendiannya.

Jika

meningginya refleks hebat, kadang-kadang didapatkan klonus, yaitu


otot berkontraksi secara klonik. Pada refleks yang lemah, kita perlu
mempalpasi otot untuk mengetahui apakah ada kontraksi. Kadangkadang kita perlu pula melakukan sedikit upaya untuk memperjelas
refleks yang lemah. Hal ini misalnya dilakukan dengan membuat
otot yang diperiksa berada dalam kontraksi enteng sebelum
dirangsang. Misalnya bila kita hendak memeriksa refleks kuadriseps
femoris, kita suruh pasien mendorongkan tungkai bawahnya sedikit
ke deoab sambil kita menahannya, lalu kemudian kita beri rangsang
(ketok) pada tendon di patella (Gambar 3). Selain itu, juga perhatian
penderita perlu dialihkan, misalnya dengan menyuruhnya menarik
kedua tangannya yang saling bertautan (Gambar 4).
Refleks yang meninggi tidak selalu berarti adanya gangguan
patologis, tetapi bila refleks pada sisi kanan berbeda dari sisi kiri,
besar sekali kemungkinan bahwa hal ini disebabkan oleh keadaan
patologis. Simetri memang penting dalam penyakit saraf. Kita
mengetahui bahwa

simetri sempurna

tidak

ada

pada

tubuh

manusia. Walaupun demikian, banyak pemeriksaan neurologis


didasarkan atas anggapan bahwa bagian tubuh adalah sama atau
simetris (secara kasar). Tiap refleks dalam dapat meninggi secara
bilateral, namun hal ini tidak selalu berarti adanya lesi piramidal.
Lain halnya kalau peninggian refleks bersifat asimetris. Karenanya
perlu diingat bahwa : Pada pemeriksaan refleks jangan lupa
membandingkan bagian-bagian yang simetris (kiri dan kanan).
Asimetri dapat menunjukkan adanya proses patologis.
C. Pemeriksaan Refleks
Sebetulnya banyak refleks yang dapat dibangkitkan, tiap otot
bila diketok pada insersinya akan berkontraksi dan merupakan
suatu refleks. Berikut adalah refleks yang lazim diperiksa pada
pemeriksaan rutin:
1. Refleks glabela

Pukulan

singkat

supraorbitalis

pada

mengakibatkan

glabela
kontraksi

atau

sekitar

singkat

daerah

kedua

otot

orbikularis okuli. Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini


berkurang atau negatif, sedangkan pada sindrom Parkinson refleks
ini sering meninggi. Pusat refleks ini terletak di pons. (Gambar 5)
2. Refleks rahang bawah (jaw reflex)
Penderita disuruh membuka mulutnya sedikit dan telunjuk
pemeriksa ditempatkan melintang di dagu. Setelah itu, telunjuk
diketok dengan ketok-refleks (hammer reflex) yang mengakibatkan
berkontraksinya otot maseter sehingga mulut merapat. Pusat refleks
ini terletak di pons. (Gambar 6)
3.Refleks biseps
Kita pegang lengan pasien yang disemifleksikan sambil
menempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps. Ibu jari kemudian
diketok; hal ini mengakibatkan gerakan fleksi lengan bawah
(Gambar 7). Pusat refleks ini terletak di C5-C6.
4. Refleks triseps
Kita pegang lengan bawah pasien yang difleksikan setengah
(semifleksi). Setelah itu, diketok pada tendon insersi m.triseps, yang
berada sedikit di atas olecranon. Sebagai jawaban, lengan bawah
mengadakan gerakan ekstensi (Gambar 8). Lengkung refleks ini
melaluinervus radialis yang pusatnya terletak di C6-C8.
5. Refleks brakhioradialis (refleks radius)
Lengan

bawah

difleksikan

serta

dipronasikan

sedikit.

Kemudian diketok pada prosesus stiloideus radius. Sebagai jawaban,


lengan bawah akan berfleksi dan bersupinasi (Gambar 9). Lengkung
refleks melalui nervus radialis, yang pusatnya terletak di C5-C6/
6. Refleks ulna
Lengan bawah di semifleksi dan semipronasi. Kemudian
diketok pada prosesus stiloideus dan ulna. Hal ini mengakibatkan
gerakan pronasi pada lengan bawah dan kadang-kadang juga
gerakan aduksi pada pergelangan tangan. Lengkung refleks melalui
nervus medianus yang pusatnya terletak di C5-Th1

7. Refleks fleksor jari-jari


Tangan pasien yang ditumpukan pada dasar yang agak keras
disupinasikan dan jari-jari difleksikan sedikit. Telunjuk pemeriksa
ditempatkan menyilang pada permukaan volar falang jari-jari.
Kemudian telunjuk pemeriksa diketok. Pada keadaan normal, jari-jari
pasien akan berfleksi enteng demikian juga falang akhir ibu jari.
Pada lesi piramidal, fleksi jari-jari lebih kuat. Nilai patologiknya lebih
penting jika terdapat asimetri antara jari kanan dan kiri. Lengkung
refleks ini melalui nervus medianus dan nervus ulnaris, yang
pusatnya terletak di C6-Th1.
8. Refleks-dalam dinding perut
Dinding perut pasien, yang disuruh berbaring, ditekan sedikit
dengan jari telunjuk atau dengan penggaris, kemudian diketok. Otot
dinding perut akan berkontraksi. Terlihat pusar akan bergerak ke
arah otot yang berkontraksi. Lengkung refleks ini melalui Th6-Th12.
Pada orang normal, kontraksi dinding perut sedang saja; pada orang
yang penggeli reaksi ini dapat kuat. Reaksi dinding perut ini
mempunyai nilai yang penting bila ditinjau bersama-sama dengan
refleks superfisialis dinding perut. Bila refleks-dalam dinding perut
meninggi, sedang refleks superfisialisnya negatif, maka hal ini dapat
menandakan adanya lesi piramidal pada tempat yang lebih atas dari
Th6.
9. Refleks kuadriseps femoris (refleks tendon lutut, refleks patella)
Kata KPR masing sering digunakan untuk refleks ini, yaitu
singkatan dari bahasa Belanda, Kniepeesreflex, yaag berarti refleks
tendon lutus. Pada pemeriksaan refleks ini, tungkai difleksikan dan
digantungkan, misalnya pada tepi tempat tidur. Kemudian diketok
pada tendon muskulus kuadriseps femoris, di bawah atau di atas
patella, (biasanya di bawah patella). Kuadriseps femoris akan
berkontraksi dan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah
(Gambar 10). Lengkung refleks ini melalui L2, L3, L4.
10. Refleks triseps sure (refleks tendon Achilles)

Dalam bahasa Belanda refleks ini disebut Achillespeesreflex,


disingkat APR. Singkatan APR ini masih seing digunakan di
Indonesia. Tungkai bawah difleksikan sedikit, kemudian kita pegang
kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan
pada

kaki.

Setelah

itu,

tendon

Achilles

diketok.

Hal

ini

mengakibatkan berkontraksinya m. triseps sure dan memberikan


plantar fleksi pada kaki (Gambar 11). Lengkung refleks ini melalui
S1, S2.
11. Refleks kornea
Kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya
dibuat

runcing.

Hal

ini

mengakibatkan

dipejamkannya

mata

(m.orbikularis okuli). Pada pemeriksaan ini harus dijaga agar


datangnya kapas ke mata tidak dilihat oleh pasien, misalnya dengan
menyuruhnya melirik ke arah yang berlawanan dengan arah
datangnya kapas (Gambar 12). Pada gangguan nervus V sensorik,
refleks ini negatif atau berkurang. Sensibilitas kornea diatur oleh
nervus V sensorik cabang oftalmik. Refleks kornea juga menghilang
atau berkurang bila terdapat kelumpuhan m.orbikularis okuli, yang
disarafi oleh nervus VII (fasialis).
12. Refleks dinding perut superfisialis.
Pada lengkung refleks ini, rangkaian neuron suprasegmental
juga dilibatkan, sehingga bila terdapat kerusakan suprasegmental,
refleks dinding perut ini menjadi negatif (Gambar 13).
Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggoreskan dinding
perut dengan benda yang agak runcing, misalnya kayu geretan atau
kunci.

Bila

positif,

maka

otot

(m.rectus

abdominalis)

akan

berkontraksi. Refleks ini dilakukan pada berbagai lapangan dinding


perut, yaitu di epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh
Th6, Th7), perut bagian atas (Th7, Th9), perut bagian tengah (Th9,
Th11), perut bagian bawah (Th11, Th12 dan lumbal atas). Pada
kontraksi

otot,

berkontraksi.

terlihat

pusar

bergerak

ke

arah

otot

yang

Refleks superfisialis dinding perut sering negatif pada wanita


normal yang banyak anak (sering hamil), yang dinding perutnya
lembek, demikian juga pada orang gemuk dan orang lanjut usia,
juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun. Pada orang muda
yang otot-otot dinding perutnya berkembang baik, bila refleks ini
negatif, hal ini mempunyai nilai patologis. Bila refleks dinding perut
superfisialis negatif disertai refleks-dalam dinding perut yang
meninggi, hal ini menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis di
tempat yang lebh atas dari Th6.
Refleks dinding perut superfisialis biasanya lekas lelah, Ia
akan menghilang setelah beberapa kali dilakukan.
13. Refleks kremaster
Refleks
menyentuh

ini

dibangkitkan

bagian

medial

dengan

pangkal

jalan
paha.

menggores
Terlihat

atau

skrotum

berkontraksi (Gambar 14). Pada lesi traktus piramidalis, refleks ini


negatif. Refleks ini dapat negatif pada orang lanjut usia, penderita
hidrokel, varikokel, orkhitis atau epididimitis. Lengkung refleks ini
melalui L1, L2.
14. Refleks anus superfisialis
Bila kulit di sekitar anus dirangsang; misalnya dengan tusukan
ringan atau goresan, hal ini mengakibatkan otot sfingter eksternus
berkontraksi. Lengkung refleks ini melalui S2-S4, S5.
15. Refleks telapak kaki, refleks plantar (plantar reflex)
Kaki dilemaskan, kemudian telapak kaki digores dengan
benda yang agak runcing. Pada orang normal terlihat jawaban
berupa kaki melakukan gerakan plantarfleksi. Pada orang yang
penggeli gerakan ini disertai gerakan menarik kaki, Pada orang
dengan lesi di traktus piramidalis, didapatkan gerakan atau jawaban
yang lain, yaitu dorsofleksi ibu jari kaki serta gerakan mekar
(fanning) jari-jari lainnya.

Anda mungkin juga menyukai