Anda di halaman 1dari 13

INTERAKSI MESIN DENGAN BAHAN PERTANIAN

Metode Baru Untuk Menduga Kondisi Kayu Menggunakan Pengujian Ultrasonik

Oleh:
Muhammad Achirul Nanda

[F151150241]

TEKNIK MESIN PERTANIAN DAN PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

Metode Baru Untuk Menduga Kondisi Kayu Menggunakan Pengujian Ultrasonik


Abstrak:
Penelitian ini menyajikan mengenai metode baru berdasarkan teoritis, numerik, dan
eksperimen untuk menduga kondisi kayu menggunakan gelombang ultrasonik. Metode
pengujian dengan menggunakan ultrasonik secara konvensional pada dasarnya hanya
menggunakan parameter pengukuran kecepatan gelombang. Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan metode pengukuran baru untuk menduga kondisi kayu meliputi kuantitas
statistik dan indeks dissimilarity yang dihitung dari pengukuran ultrasonik. Pengukuran ini
termasuk juga menghitung compressional wave velocity, transmission factor, dan modulus
elastisitas secara radial dan tagensial. Nilai indeks dissimilarity dihitung dengan
membandingkan pengukuran bagian parameter batang pohon dengan nilai yang diduga dan
standart deviasi. Pada penelitian ini menggunakan empat buah transmiter ultrasonik dengan
frekuensi 50 kHz, setiap transmiter akan menuju pada lima receiver yang disusun dengan
sudut tertentu yang diletakkan pada sekeliling dari batang pohon. Sehingga, akan didapatkan
14 jalur dari pergerakan gelombang transmiter ke receiver. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa area yang rusak pada kayu adalah sebesar 30%, kecepatan gelombang ultrasonik dan
transmission factor adalah sebesar 51% dan 96%. Sedangkan nilai rata rata modulus
elastisitas radial dan tangensial secara berurutan adalah 80% dan 43% lebih kecil daripada
nilai yang diduga pada batang pohon pinus standart sebagai acuan pengukuran. Oleh karena
itu metode baru ini sangat baik untuk menduga kondisi pada kayu.
1. Pendahuluan
Sejak dimulai elektrifikasi di amerika utara, kayu sudah digunakan untuk distribusi listrik.
Pada umumnya, kayu lebih diminati dibandingkan besi dan beton karena harga dan
pemasangannya yang lebih murah, mudah dikendalikan, elektrikal kondutifiti yang rendah,
ramah lingkungan, dan tersedia di amerika utara.
Kondisi kayu sangat tergantung pada lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan,
serangan serangga, dan kerusakan karena iklim. Rata rata umur kayu tersebut adalah sekitar
35 sampai 50 tahun tergantung jenis kayu, bahan pengawet, kondisi, dan pemeliharaan.
Propinsi ontario memiliki lebih dari 2 juta kayu, dan mencapai 50% diantaranya memiliki
umur lebih dari 35 tahun. Untuk menjamin bahwa tingkat realibilitas dari distribusi jaringan
listrik menggunakan kayu, maka diperlukan inspeksi untuk mengetahui kondisi kayu dari
tahun ke tahun.
Pemeriksaan kayu merupakan salah satu cara pemeliharaan untuk mendeteksi tingkat
kerusakan kayu dan deteksi dini pada kerusakan. Pemeriksaan secara visual merupakan salah
satu metode pemeriksaan yang murah dan mudah. Biasanya pemeriksaan tersebut
menggunakan palu (mengetahui suara) dan mengukur tanahan penetrasi (metode resistograp).
Meskipun pemeriksaan dengan metode visual dan suara adalah subjektif dan memiliki
kesalahan yang besar; Selain itu metode adalah dengan merusak objek, dan metode tersebut
tidak dapat mendeteksi dini kerusakan pada kayu. Oleh karena itu sangat diperlukan metode
untuk menduga kondisi kayu.
Ultrasonik merupakan metode tanpa merusak objek (nondestructive testing) yang
digunakan sebagai pemeriksaan kayu. Selain itu, pendugaan kondisi kayu didasarkan dari
Vp
pengukuran kecepatan gelombang (
) yang diperoleh dari pengukuran pada kayu.
Metode sederhana ini tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan awal pada kayu
Vp
karena variasi yang tinggi pada nilai
. Untuk memahami perambatan kecepatan
gelombang pada sebuah medium diperlukan sifat mekanik dari kayu.

Metode baru untuk menduga kondisi kayu menggunakan gelombang ultrasonik


merupakan metode baru tanpa merusak objek. Metode tersebut didasarkan atas rambatan
gelombang ultrasonik didalam medium berbentuk silinder seperti kayu. Faktor kadar air dan
suhu sangat berpengaruh pada modulus elastisitas kayu.
Pada penelitian ini menggunakan kayu pinus merah sebagai objek penelitian, sifat
mekanik dari kayu pinus merah dilakukan sebelum pendugaan kondisi kayu. Proses
pendugaan kondisi pinus merah meliputi beberapa tahap yakni metodologi, susunan
eksperimen, pembahasan hasil dan analisa, dan penarikan kesimpulan.
2. Sifat Mekanik Kayu Pinus Merah
Air merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada sifat mekanis suatu kayu. Air
terbagi menjadi dua yakni air yang terikat dan air bebas. Air terikat terdapat di antara
dinding sel dan akan berpengaruh terhadap perubahan nilai kadar air atau moisture
content (MC). Sedangkan air bebas terdapat pada rongga sel. Nilai Fiber Saturation Point
(FSP) merupakan nilai dari kadar air ketika tidak ada air bebas di dalam kayu, namun di
dalam dinding sel masih terdapat kandungan air sebesar 100%. Nilai FSP bergantung
pada jenis kayu; rata rata nilai FSP = 28%.
Kondisi kayu pada udara kering berhubungan dengan nilai yakni sebesar MC = 12%
sedangkan pada kondisi kayu basah dapat mengakibatkan nilai MC FSP. Apabila nilai
MC lebih besar dibandingkan nilai FSP maka tidak akan ada pengaruh terhadap sifat
mekanik pada kayu. Nilai spesifik gravitasi untuk kondisi kayu kering (S n) dan kondisi
kayu basah (Sb) dihitung dengan menggunakan oven hingga kering. Nilai MC < FSP,
bahwa volume kayu akna bertambah ketika nilai MC bertambah dan sebaliknya; S b < Sn.
Nilai massa jenis (densitas) adalah fungsi dari nilai MC yang dapat ditentukan dengan
persamaan :
................................................................................................(1)
Nilai modulus elastisitas pada kondisi longitudinal didalam kayu tergantung pada
tingkat stress (kompresi, El, atau pembengkokan, MOE) dan tipe muatan ( statis atau
dinamis). Pada umumnya nilai El adalah 10 20% lebih besar dibandingkan nilai MOE;
dan nilai modulus elastisitas diukur dengan metode dynamic test adalah sebesar 5 15 %
lebih besar dibandingkan dengan metode static test. Selain itu, nilai El lebih besar
dibandingkan nilai modulus elastisitas pada posisi radial (Er) dan tangensial (Et), Er > Et;
selanjutnya E > MOE > E > E (rata rata E / E 12 dan E / E 1.4) . Nilai
l

spesifik grafity adalah (Sn , Sb). dan nilai modulus elastisitas pembengkokan (MOE) untuk
kondisi kayu kering dan kayu basah pada pinus merah adalah sebesar Sn= 0.46, MOE =
11.2 Gpa dan Sb = 0.41, MOE = 8.8 Gpa. Walaupun nilai eksperimen untuk nilai modulus
elastisitas tidak didapatkan di dalam literatur pada komoditi kayu, untuk mementukan
nilai modulus elastisitas didapatkan dari fungsi El. Untuk kayu pinus merah pada kondisi
kering adalah Er/ El 0.088 dan Et/ El 0.044 , dan Er/ Et = 2.
Bahan isotropis digolongkan pada nilai rasio poisson; meskipun rasio poisson
membutuhkan 6 rasio. Namun hanya tiga rasio yang digunakan sebagai pengukuran
kekerasan (stiffness). Rata rata nilai rasio poisson pada kayu pinus adalah vlr = 0.347 vlt
= 0.315 dan vrt= 0.408; bahwa nilai vlr adalah nilai rasio dari tegangan radial (r) ke
tegangan longitudinal (l), vlt adalah nilai rasio dari tegangan tangensial (t) ke tegangan
longtudinal (l), dan vrt adalah nilai rasio dari tegangan tangensial (t) ke tegangan radial (r).
Persamaan modulus elastisitas untuk MC <FSP dapat dihitung dengan persamaan:

.................................................................................................(2)
dimana nilai En dan Eb adalah modulus elastisitas pada kondisi kayu kering dan basah.
Nilai apparent fiber saturation point (MP) ditentukan oleh kurva intersep dari variasi nilai
modulus elastisitas dengan MC dan nilai FSP; nilai MP = 25%.
Suhu merupak faktor yang berpengaru terhadap nilai modulus elastisitas pada kayu.
Modulus elastisitas akan turun apabila suhu naik dan sebaliknya. Kadar air juga
berhubungan dengan suhu dan modulus elastisitas. Untuk MC = 0%, hubungan antara
suhu dan modulus elastisitas adalah linier. Linieritas akan berubah apabila MC naik.
Hubungan pengaruh suhu pada modulus elastisitas antara suhu 20 65 0C.
.................................................................................................(3)
Dimana nilai E(t2) dan E(t1) adalah modulus elastisitas pada suhu T = t 2 dan T = t1; m
adalah koefisien variasi MC, m = 0.0004 untuk MC = 0% dan m = 0.0035 untuk MC =
24%.
Simulasi analisa numerik (finite elements numerical) dari rambatan gelombang pada
kayu pinus merah digynakan untuk menghitung kecepatan gelombang (Vp) pada
perbedaan suhu dan kadar air. Nilai modulus elastisitas dari suhu dan kadar air diperoleh
melalui persamaan (2) dan (3). Persamaan nilai modulus elastisitas adalah
Rvp (MC,T) = Vp (MC,T) / Vp (12, 20), dimana Vp (12, 20) merupakan nilai kecepatan
gelombang pada Vp untuk MC = 12% dan T = 200C. Faktor kadar air dan suhu terhadap
kecepatan gelombang diperoleh persamaan sebagai berikut:
................................................................(4)
Variasi Rvp (MC,T) diantara 1.09 dan 0.81 untuk perubahan MC dari 5% ke 28%
(T=200C), dan 1.02 dan 0.98 untuk perubahan suhu dari 00C ke 400C (MC=12%).
3. Metodologi
3.1 Lokasi tranduser ultrasonik
Lokasi tranduser gelombang ultrasonik pada kayu dipasang melintang yang ditunjukkan
pada gambar 1. Transmitter diletakkan pada empat posisi pada bagian permukaan kayu
(titik A, B, C, dan D gambar 1). Masing masing posisi transmitter, lima receiver
r
r
r
r
diletakkan pada sudut
= 90,
= 135,
=180. Sudut receiver
merupakan sudut diantara transmitter dan receiver. Susunan lima receiver dan posisi
transmitter ditentukan untuk mengkur kecepatan gelombang pada penampang melintang
kayu pinus merah.
3.2 Parameter ultrasonik
Pendugaan konsisi kayu didasarkan pada empat parameter yakni kecepatan gelombang,
transmission faktor (timbal balik dari atenuasi gelombang), dan modulus elastisitas pada
radial dan tangensial. Parameter tersebut diperoleh pada kondisi MC = 12% dan suhu =
22 0C.
3.3 Kecepatan gelombang (wave velocity)
Fungsi probabilitas densitas dari kecepatan gelombang Vp pada perbedaan masing
masing letak receiver dihitung dengan menggunakan metode simplified dari rambatan
gelombang di dalam kayu. Metode simplified divalidasi menggunakan rambatan
gelombang dari 62 simulasi finite elemen. Nilai maksimum perbedaan antara
menggunakan metode simplified dengan simulasi finite elemen lebih kecil dari 3%.

Gambar 1. Letak tranduser gelombang ultrasonik untuk analisa numerik dan eksperimen
dan susunan jalur dengan 4 buah transmitter (A, B, C, dan D) dan 5 receiver ( B,b,D,d,
dan C untuk transmitter di A)

Gambar 2. Kecepatan gelombang Vp ( pinus merah, MC = 20%, T= 200C)


3.4 Modulus Elastisitas
Model simplified dari rambatan gelombang didalam kayu yang dikembangkan oleh
Tallavo digunakan untuk menentuan nilai modulus elastisitas Er dan Et dari pengujian
gelombang ultrasonik. Modulus elastisitas ditentukan oleh penyelesaian masalah dari

rambatan gelombang pada lokasi tiga receiver ( r = 90, r = 135, r =180).


3.5 Transmission Factor
Sistem faktor transmisi merupakan proses transmitter-receiver dan transmitter-woodreceiver. Oleh karena itu Frequensi Response function (FRF) dari kayu dapat ditentukan
dari

Gambar 3. FRF dari transmitter-receiver dan transmitter-wood-receiver

Gambar 4. Pengujian ultrasonik dengan menggunakan pinus merah baru (RP-N,


=31.6 cm : (a) susunan ultrasonik (b) lokasi transmitter dan receiver (c) pengukuran
kecepatan gelombang Vp
Pengujian ultrasonik :

.............................................................................................(5)
Dimana H(UTA/wood/UTB) merupakan pengukuran FRF pada masing masing lokasi termasuk
pengaruh dari tranduser (transmitter dan receiver), dan HUTAB merupakan pengukuran FRF
dari sistem transmitter ke receiver. Gambar 3. Menunjukkan FRF dari transmitter-receiver
r
dan transmitter-wood-receiver dengan frekuensi 20 70 kHz untuk
=180. Penjelasan
lebih lanjut mengenai jenis jenis tranduser ultrasonik dijelaskan oleh oleh Tallavo et al.
Transmission factor antara receiver dan transmitter dijelaskan sebagai parameter
tambahan yang membutuhkan analisa bentuk gelombang. Transmission factor (Af) merupakan
perbandingan dari faktor atenuasi. Nilai Transmission factor dapat diperoleh menggunakan
persamaan:
.............................................................................................(6)

Dimana a dan b didefinisikan sebagai jarak frekuensi untuk perhitungan Af.


Transmission factor dihitung dengan menggunakan simulasi numerik dan pengukuran
ultrasonik. Mengenai proses simulasi model dengan finite elemen, kalibrasi, dan prosedur
perhitungan Transmission factor dijelaskan pada penelitian Tallavo et al. Hasil numerik
selanjutnya divalidasi dengan pengukuran secara eksperimen.
3.6 Dissimilarity Indices (indeks perbedaan)
Pada penelitian ini metode pengukuran didasarkan atas dissimilarity index; metode
dengan dissimilarity index merupakan metode yang digunakan pada literatur karena dapat

dipercaya dan akurat. Nilai dissimilarity index untuk kecepatan gelombang (DIV r )
diperoleh dengan:
.............................................................................................(7)
Dimana Vp merupakan pengukuran kecepatan gelombang pada receiver yang terletak
v dan v
r
pada
, sedangkan vp dan
merupakan nilai penduga dan standart deviasi
p

dari kecepatan gelombang pada kayu acuan (sound pole). Nilai dissimilarity index
menunjukkan hasil dari standart deviasi yang diukur dari perbedaan kecepatan gelombang
Vp dari salah satu kayu acuan (sound pole). Indeks ini sangat berguna untuk menduga kondisi
dari kayu karena indeks tersebut dengan mempertimbangkan variabel statistik dari kecepatan

gelombang Vp . Nilai dissimilarity indices dari transmission factor (DIA r ) dan nilai
modulus elastisitas Er dan Et (DIEr dan DIEt) dihitung demikian juga untuk kecepatan
gelombang Vp.

Gambar 5. Hasil pengukuran ultrasonik pada pinus merah baru RP-N : FRFs (Persamaan

5) pada receiver di r = 90 (a), r = 135 (b), r =180 (c) ; nilai transmisiion


factor pada receiver di

= 90 (d),

= 135 (e),

=180 (f)

3.7 Pendugaan Kondisi Kayu (Condition Assessment)


Keseluruhan nilai dissimilarity indices pada masing masing receiver dihitung dari
nilai dissimilarity indices dari kecepatan gelombang dan transmission factor adalah sebagai
berikut:
........................................................................(8)
Dimana persamaan berat W adalah sebagai berikut:

............................................................................................................(9)
CVv dan CVA merupakan koefisien dari variasi kecepatan gelombang Vp dan transmission
factor Af . Pendugaan kayu didasarkan baik pada seluruh dissimilarity indices serta pada
dissimilarity indices dari Er dan Et.

4. Susunan Eksperimen (Experimental Setup)


Pengujian ultrasonik dilakukan pada dua pinus merah (pinus baru, RP-N dan pinus tua,
RP-A). Kondisi kayu pinus tua tidak diketahui kondisi di dalamnya. Bahan dan alat yang
digunakan adalah: dau tranduser ultrasonik 50 kHz (CNSFarnel UTR50kHz), dua corong
alumunium, vacuum grease, pembangkit sinyal (physical acoustic ARB1410), amplifier,
sistem akuasi bentuk gelombang dengan 1 MHz (wavebook 516E), UT-Pole device, dan
software untuk analisis sinyal (WPNDToolbox).
5. Hasil dan pembahasan
Metode pendugaan kondisi kayu terdiri atas pinus merah baru (sound pole) dan pinus
merah tua (aged pole). Waktu yang dibutuhkan dari kompresi rambatan gelombang ultrasonik
melewati penampang melintang kayu digunakan untuk menghitung kecepatan gelombang Vp.
Kecepatan gelombang berhubungan terhadap kecepatan dari kompresi gelombang.
5.1 Pinus Merah Baru (Sound Pole)
Diameter pinus merah baru adalah 31.6 cm dan tranducer diletakkan pada ketinggia 50
cm dari bawah. Penelitian dilakukan pada musim panas bulan juni dengan transmitter
diletakkan pada titik A. Suhu dan kelembaban di dalam laboratorium dicatat selama berbulan
bulan (agustus). Hasil suhu pada ruangan hampir konstan pada 200C; Namun terjadi
perubahan pada kondisi kelembaban antara 40% dan 69%. Hasil kadar air ditentukan dari
suhu dan kelembaban adalah pada 8% dan 13%.
Pengujian ultrasonik dilakukan pada musim dingin (november), bahwa telah terjadi
keretakan baru bagian radial kayu dari musim panas. Pengukuran kecepatan gelombang pada
musim dingin semakin meningkat, hal ini dikarenakan turunnya kadar air. Peningkatan

maksimum dari kecepatan gelombang Vp adalah 10% ( r = 1350).


Pada gambar 4. Menunjukkan tipe konfigurasi dari sistem transmitter menuju receiver
selama pengujian ultrasonik pada kayu pinus merah baru (RP-N); proses pengukuran
kecepatan gelombang Vp ditunjukkan pada gambar 4(c). Kecepatan gelombang dihitung
selama receiver diletakkan pada sudut yang positif (gambar 1). Demikian juga pada bagian
kanan digunakan untuk pengukuran kecepatan gelombang yang dihitung dari sudut negatif
r
= 1800. Pengukuran kecepatan gelombang Vp adalah untuk menduga kondisi kayu
(perbedaan 5%). Hasil nilai minimal dissimilarity index untuk kecepatan gelombang Vp
adalah DIV(-90) = - 0.27.
Rasio modulus elastisitas adalah Er/Et = 1.7, dan nilai dissimilarity index (DIEr = 0.50 ,
DIEt = 1.40) mengindikasikan kondisi yang lebih baik. Nilai FRFs (persamaan 5)

menunjukkan distribusi energi yang konsisten pada frekuensi pada lebar kayu (gambar 5).
Empat puncak frekuensi terjadi pada 28.4 kHz, 51 Khz, 52.3 kHzm dan 65.6 kHz. Panjang
min .
maks .
gelombang minimum dan maksimum pada adalah
= 2.2 cm dan
= 6.8 cm.
Nilai transmission factor diantara nilai positif dan negatif dengan standart deviasi (gambar
5(d)-(f)).
Pengujian evaluasi ultrasonik pada transmitter di titik B, C, dan D dilakukan (gambar 1).
Pada dasarnya, rata rata rasio Er/Et didapatkan hasil lebih kecil yakni 15% dibandingkan
dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Er/Et = 2). 50% Nilai ODI dibawah rata
rata minimum yakni sebesar -0.38. Nilai maksimum ODI adalah sebesar 0.71. Sehingga,
untuk dapat menduga kondisi kayu pinus merah lain yang belum diketahui kondisinya
digunakan kayu pinus merah baru atau sound pole sebagai acuan (standart condition).
5.2 Kayu Pinus Tua atau Aged Pole (Blind Test)
Pada pengujian ultrasonik digunakan kayu pinus tua (RP-A) dengan tidak diketahui
kondisi kayu sebelumnya. Kayu yang digunakan memiliki diameter 25.8 cm dan panjang
kayu 100 cm. Pengujian ultrasonik ditunjukkan pada gambar 6. Kondisi keretakan pada kayu
pinus tua tidak diketahui pada bagian permukaan.

Gambar 6. Pengujian ultrasonik pada kayu pinus tua merah (RP-N, =22.1 cm : (a)
susunan ultrasonik (b) lokasi transmitter dan receiver (c) pengukuran kecepatan gelombang
Vp

Kecepatan gelombang Vp menuju pada titik

= 1350 dan

= 1800 adalah 50% lebih

kecil dibandingkan nilai yang diduga pada kondisi kayu acuan (sound pole) (gambar 6(c)).

Kecepatan belokan gelombang menunjukkan hubungan dimana Vp ( r = 900) > Vp ( r =


1350) > Vp (

= 1800). Nilai Er>Et pada kayu menunjukkan bahwa (Vp (


r

= 1350) <Vp (

= -1350) adalah 18% dan 22% lebih kecil dibandigkan pada bagian kanan.

= 1800). Kecepatan gelombang Vp pada bagian kiri (

= 900) <Vp (
= - 900 dan

Nilai rata rata modulus elastisitas pada pengukuran ultrasonik ketika transmitter
diletakkan pada titik A adalah Er = 0.33 GPa dan Et =0.46 GPa. Nilai indeks dissimilarity
DIEr = -3.14 dan DIEt = -1.34. Nilai modulus elastisitas Er mencapai 24% dari nilai yang
diduga apabila dibandingkan dengan kayu standar/ acuan (RP-N), nilai rasio elastisitas Er/Et
lebih kecil dibangkan RP-N (Er/Et =0.72)
Nilai FRFs pada gambar 7(a) menunjukkan puncak frekuensi pada 57.4 kHz.
r
Frekuensi ini terjadi attenuasi yang besar pada receiver sudut
= 900. Faktor
transmission ditunjukkan pada gambar 7(d)-(f). Nilai faktor transmission terendah tejadi pada
r
r
= 1350; dan tertinggi pada
= -900. Nilai tersebut selanjutnya digunakan sebagai
pengukuran kecepatan gelombang Vp . Hubungan dari minimum dan maksimum dari indeks
dissimilarity adalah DIAmin = -4.63 dan DIAmaks = -1.69.
Evaluasi pengukuran ultrasonik dilakukan dengan memasang transmitter pada titik
B,C, dan D. Pada gambar 8(a) menunjukkan bagian yang retak pada kayu (RP-A). Hal
tersebut dapat ditentukan dengan nilai indeks dissimilarity (gambar 8(b)). Bahwa 10 jalur
(raypath) menunjukkan nilai dibawah /-2. Pada jalur ke 9 menunjukkan nilai -3.8 (lokasi B
receiver antara D dan C) . Rata rata nilai modulus elastisitas pada posisi radial dan rasio
elastisitas dari semua pengukuran ultrasonik adalah Er = 0.32 0.78 Gpa dan Er/Et = 0.51
1.44.

Gambar 7. Hasil pengukuran ultrasonik pada pinus tua RP-A : FRFs (Persamaan 5) pada

receiver di r = 90 (a), r = 135 (b), r =180 (c) ; nilai transmisiion factor


pada receiver di

= 90 (d),

= 135 (e),

=180 (f)

Setelah pengujian ultrasonik dianalisa, kayu dipotong melintang horisontal untuk


melihat dan membandingkan hasil pengukuran dengan metode ultrasonik. Gambar 8(c)
menunjukkan bahwa ada kerusakan (retak) pada 2 area. Salah satu area kerusakan terletak
pada bagian titik A dan B dengan lebih dekat ke titik B. Pada area ini kerusakan mencapai
10%. Selanjutnya area ke 2 kerusakan adalah sebesar 20% (lokasi diantara titik B,D, dan C).
Sedangkan pada titik A dan C tidak terdapat kerusakan. Penetrasi pengawet pada kayu terlihat

sebesar 1.5 cm dari bagian luar, dan empulur kayu memiliki eccentricity sebesar 4% dari
diameter kayu secara keseluruhan. Sehingga dari hasil tersebut dengan menggunakan metode
ultrasonik ini sudah dapat menduga kondisi di dalam kayu.

Gambar 8. Pendugaan kondisi kayu pinus tua RP-A; (a) dugaan area kerusakan dengan
pengujian ultrasonik, (b) indeks dissimilarity pada masing masing jalur, dan (c)
pemotongan melintang horisontal setelah pengujian dengan ultrasonik.
6. Kesimpulan
Pada penelitian ini menunjukkan metode baru untuk menduga kondisi kayu menggunakan
ultrasonik. Metode ini menggunakan rambatan gelombang untuk menduga kondisi pada
kayu, signal processing, simulasi numerik, analisis statistik, dan karakteristik tranduser
ultrasonik. Pendugaan kondisi kayu didasarkan oelh perhitungan indeks dissimilarity pada
14 jalur (raypath) dan kecepatam gelombang ultrasonik, modulus elastisitas, dan
transmission factor. Nilai keseluruhan indeks dissimilarity (the overall) mempunyai arti
statistik dan menggunakan faktor pembobotan yang berbanding terbalik dengan koefisien
variasi.
Nilai transmisiion factor dihitung dari pengukuran respon frekuensi daro masing
masing jalur. Frekuensi diantara 28 kHz dan 66 kHz dirambatkan melalui kayu secara

melintang dengan panjang gelombang . = 2.2 cm dan = 6.8 cm.


Area kerusakan pada kayu adalah sebesar 30%, kecepatan gelombang Vp dan
transmission factor menurun sebesar 51% dan 96%. Sehingga dari hasil tersebut dengan
menggunakan metode ultrasonik ini sudah dapat menduga kondisi di dalam kayu.

Anda mungkin juga menyukai