PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam menjalankan kehidupannya, manusia tidak terlepas dari agen
Pada saat sekarang ini, studi tentang mikroba lebih berfokus kepada
masalah resistensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah kasus bakteri patogen resisten antibiotik. Tahun 2005 lebih 19.000 kasus
kematian di Amerika dan Inggris disebabkan Methicillin resistant staphylococcus
aureus (MRSA) (Kennedy, dkk., 2009). Kasus kematian yang disebabkan MRSA
meningkat tajam dari 51 kasus pada tahun 1993 sampai 1652 tahun 2006 di
Inggris. Strain Aeromonas hydrophyla dan Aeromonas veronii yang diisolasi dari
air minum, pasien rumah sakit, dan daging menunjukkan resisten terhadap
ampisilin, amoksilin, sefasetril, klokasilin, linkomisin, spiramisin, dan penisilin G
(Orozova, dkk., 2008). Untuk itu, sangatlah dibutuhkan pencarian sumber bahan
obat baru sebagai antimikroba.
Garcinia cowa Roxb. (Guttiferae, Cluciaceae), secara umum dikenal
dengan nama kandis di Indonesia atau asam kandih (Sumatera Barat) dan cha
muang (Thailand). Tanaman asam kandis telah banyak digunakan oleh masyarakat
pada hampir seluruh bagiannya, seperti batang, kulit batang, daun, bunga, buah,
akar, dan getah. Di Indonesia, buah kering asam kandis umumnya digunakan
sebagai bumbu masak, sedangkan di Thailand air seduhan dari kulit batang asam
kandis telah digunakan untuk menurunkan panas (antipiretik) (Darwati, dkk.,
2009). Daun dan buah telah digunakan untuk memperlancar peredaran darah dan
pengencer dahak pada batuk pilek (Panthong, dkk., 2006).
Tumbuhan Garcinia ini kaya dengan metabolit sekunder, terutama
triterpenoid, flavonoid, xanton, dan florogusinol. Xanton dan florogusinol
merupakan penanda kemotaksonomi untuk genus ini. (Wahyuni, dkk., 2015).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa tanaman asam kandis
alam sangatlah banyak dan jarang digunakan bila dibandingkan bagian tumbuhan
lainnya sehingga perlu dieksplorasi lebih lanjut. Hasil peneltian sebelumnya, telah
dilaporkan beberapa senyawa potensial dari fraksi diklorometana dari daun G.
cowa,
yakni
garcinisidone-A;
methyl
dan
2.4.6-trihydroxy-3-(3-methylbut-2-enyl)benzoate;
3-(1-methyl-2-butenyl)-1,4-benzoquinone.
Senyawa-
senyawa ini memiliki aktivitas sebagai agen sitotoksik terhadap sel kanker
payudara (MCF-7) dan paru-paru (H-460) (Wahyuni, dkk., 2015). Namun, sejauh
ini belum ada penelitian tentang uji antioksidan dan antimikroba dari daun G.
cowa Roxb. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk menguji antioksidan dan
antimikroba sumber kandungan senyawa kimia aktif dari daun G. cowa namun
dari fraksi yang berbeda yaitu fraksi heksana. Hal ini dapat dilakukan karena
diklorometana dan heksana memiliki tingkat kepolaran yang berbeda.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini meliputi ekstraksi dengan
cara sokletasi menggunakan pelarut heksana. Alasan pemilihan ekstraksi dengan
cara sokletasi ialah agar tercapainya ekstraksi senyawa secara sempurna dengan
pelarut yang sesuai sehingga akan didapatkan lebih banyak ekstrak bila
dibandingkan dengan cara ekstraksi lainnya. Ekstrak dari fraksi heksana yang
diperoleh diuapkan secara in vacuo hingga didapatkan ekstrak kental fraksi
heksana.
Fraksi yang didapatkan diuji aktivitas antioksidan dan antimikrobanya.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode pengukuran serapan
radikal 1,1 difenil-2-pikrihidrazil (DPPH) (Elsyeida, 2005). Pengujan aktivitas
antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar melalui pengamatan terhadap
besar diameter daerah hambatan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
adalah :
1. Bagaimana aktivitas antioksidan dari fraksi heksana daun Garcinia
cowa Roxb.?
2. Bagaimana aktivitas antimikroba dari fraksi heksana daun Garcinia
cowa Roxb.?
1.3.
Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
adalah:
1. Mengetahui aktivitas antioksidan dari fraksi heksana daun Garcinia
cowa Roxb.
2. Mengetahui aktivitas antimikroba dari fraksi heksana daun Garcinia
cowa Roxb.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi ilmiah
tentang aktivitas antioksidan dan antimikroba dari fraksi heksana daun Garcinia
cowa Roxb. sebagai sumber bahan obat baru yang potensial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Klasifikasi
Tumbuhan Garcinia cowa Roxb. dikategorikan sebagai berikut
(Tjitrosoemo, 1993) :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Guttiferae
Genus
: Garcinia
Spesies
2.1.3
Morfologi Tumbuhan
Garcinia cowa Roxb. merupakan tumbuhan khas Asia yang banyak
tersebar di Asia Tenggara dan Cina Tenggara (Song, dkk., 2013). Tumbuhan ini
termasuk pohon kecil hingga menengah, bercabang, hijau, tinggi batang 8-20 m
dengan diameter 15-30 cm, dan kadang-kadang 90 cm. Kulit batang berwarna
gelap-coklat dengan getah berwarna kuning lemon. Daun sederhana berukuran 615 x 2,5-6,0 cm, hijau mengkilap, tebal, meruncing pada kedua ujung daun,
dengan 12-18 pasang tulang daun. Daun muda lembut dan berwarna kemerahan
hingga perunggu (Lim, 2012). Bunga uniseksual dan buah bulat berukuran 2,5-6,0
cm, hijau ketika muda, dan kusam, dan kuning ketika masak (Ritthiwigrom, dkk.,
2013). Morfologi tumbuhan G.cowa secara umum dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bagian tumbuhan Garcinia cowa: (a) dahan, (b) kulit kayu dan
getah, (c) susunan bunga ditangkai, (d) daun, (e) buah muda
(Laphookhieo, 2011)
2.2.
Kandungan Kimia
Garcinia cowa Roxb. (Guttiferae) di Sumatera Barat dikenal dengan
merupakan penanda kemotaksonomi untuk genus ini. Studi aktivitas biologis pada
spesies ini menunjukkan bahwa daun memiliki aktivitas antitumor sementara kulit
kering memiliki aktivitas antimalaria (Wahyuni, dkk., 2015).
Komposisi kimia dan aktivitas biologis dari berbagai bagian dari G.
cowa telah dilaporkan. Laporan sebelumnya pada daun segar, buah, dan kulit buah
kering dari G. cowa telah dilaporkan dan ditemukan bahwa (-)-hidroxycitric acid
dan konstituen laktonnya merupakan komponen utama (Jena, dkk., 2002).
Pada kulit batang terdapat [2E,6E,10E]-(+)4a-hydroxy-3-methyl-5a(3,7,11,15-tetramethyl-2,6,10,14-hexadecatetraenyl-2
cyclohexen-1-one;
2-(3-
1,3,6-trihidroxy-7-methoxy-4-
xanton
terpenilasi,
yaitu
1.6-dihydroxy-3,7-dimethoxy-2-(3,7-
10
enyl)benzoate
(1),
garcinisidone-A
(2),
dan
3-(1-methyl-2-butenyl)-1,4-
Pada kulit, getah, dan akar telah digunakan sebagai agen antipiretik
(Mahabusarakam, dkk., 2005; Pathong, dkk., 2009), sedangkan buah dan daundaun digunakan pada gangguan pencernaan, meningkatkan sirkulasi darah, dan
sebagai ekspektoran (Pathong, dkk., 2006). Beberapa senyawa farmakologis
seperti promosi antitumor (Murakami, dkk., 1995), penghambatan peroksidasi
Low Density Lipoprotein (LDL) manusia dan aktivitas antiplatelet telah
dilaporkan dari ekstrak mentah daun (Jantan, dkk., 2011).
Di Indonesia, buah kering asam kandis umumnya digunakan sebagai
bumbu masak. Di Thailand, air seduhan dari kulit batang asam kandis telah
digunakan untuk menurunkan panas. Tanaman asam kandis ini telah digunakan
oleh masyarakat baik berupa kulit batang, batang, buah daun, getah, bunga, dan
akar dalam berbagai bidang. Buahnya dapat dimakan sebagai manisan atau
penyedap masakan atau rempah-rempah. Daun dan buah juga telah digunakan
untuk memperlancar perederan darah dan pengencer dahak pada batuk pilek.
Berdasarkan penelurusan literatur, ekstrak tumbuhan G. cowa Roxb.
memiliki banyak khasiat baik pada kulit batang, batang, buah, akar, daun, bunga,
dan getah. Kulit batang diketahui memiliki beberapa aktivitas farmakologis
seperti antipiretik (Darwati, dkk., 2009), antioksidan (Rullah, dkk.), antimalaria
(Likhitwitayawuid, dkk., 1998), dan antikanker terhadap sel kanker payudara
(T47D dan MCF-7) dan sel kanker paru-paru (H-460) (Darwati, dkk., 2009;
Wahyuni, dkk., 2015). Getah tumbuhan ini memiliki aktivitas sebagai antimalaria
11
(Likhitwitayawuid, dkk., 1998), sitotoksik terhadap sel kanker HL-60, SMMC7721, A-549, MCF-7, dan SW480 (Na, dkk., 2013).
Bunga G. cowa Roxb. aktif menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus (SA) dan Methicillin resistant staphylococcus aureus
(MRSA) (Trisuwan, 2012). Buah segar tumbuhan ini memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dsn MRSA SK1
(Panthong, dkk., 2006). Kulit buah G. cowa Roxb. memiliki efek sitotoksik
terhadap sel kanker payudara T47D, menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif, seperti Bacillus cereus, Bacillus coagulans, Bacillus subtilis, dan
Staphylococcus aureus, dan bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli (Negi,
dkk., 2008) dan dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus flavus ATCC
46283 (Joseph, dkk., 2005).
2.4
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
12
13
14
2.4.2.4 Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur 96-98OC
selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI, 2000). Metode ini digunakan
untuk menyari kandungan aktif dari simplisia yang larut dalam air panas.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil, mudah tercemar
oleh bakteri dan jamur sehingga sari yang diperoleh harus segera diproses
sebelum 24 jam. Biasanya cara ini banyak digunakan oleh perusahaan obat
tradisional (BPOM, 2013).
2.4.2.5 Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (suhu lebih dari 30 OC)
dan temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000). Dekok adalah sediaan
cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90OC
selama 30 menit (BPOM, 2008).
2.5.
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan seperti hidroksil dan superoksida. Sifat dari
molekul ini sangat reaktif dalam mecari pasangan elektron sehingga radikal bebas
sulit untuk dideteksi (Fessenden, 1997), sedangkan radikal bebas dapat memicu
kerusakan sel karena ia mampu menarik elektron dari sel lain, dan akibatnya akan
menimbulkan radikal baru pada molekul elektron yang diambil dan dapat
15
menimbulkan senyawa yang tidak normal serta dapat merusak sel-sel penting
dalam tubuh (Supari, 1994).
Radikal bebas dibentuk melalui dua cara, yaitu (Setiati, 2003; Santoso,
2001):
1. Secara endogen sebagai respon normal dari rantai peristiwa kimia
dalam tubuh berupa hasil sampingan dari proses metabolisme tubuh.
2. Secara eksogen radikal bebas didapat dari polusi udara, asap rokok,
16
merangsang
pembentukan
tromboksan
di
platelet.
17
Proses oksidasi lipid pada endotelial arteri koronaria dan selsel miokardia merupakan penyebab utama timbulnya penyakit jantung
koroner.
3. Radikal bebas dapat menyebabkan aterosklerosis (Niwa, 1997)
Radikal bebas akan mengoksidasi LDL kolesterol darah
sehingga menimbulkan plak yang akan menyumbat dinding bagian dalam
pembuluh darah dan akan menimbulkan aterosklerosis.
18
19
2.6.
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah atau memperlambat
20
21
22
Sistem ini mempunyai keuntungan karena lebih mendekati proses yang terjadi
secara in vivo namun kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan pada senyawasenyawa yang dapat masuk ke dalam sel.
2.7.
Mikroba
Mikroba atau mikroorgsnisme adalah organisme yang berukuran sangat
kecil, yang dapat diamati menggunakan mikroskop. Mikroba terdiri atas bakteri,
virus, dan jamur (Suhartono, 1989).
2.7.1. Pertumbuhan Mikroba
Pada umumnya mikroba hanya mengenal satu macam pertumbuhan yaitu
secara aseksual atau vegetatif. Pertumbuhan ini berlangsung cepat dengan adanya
faktor-faktor
luar
yang
Dwidjoseputro, 1982) :
menguntungkan,
antara
lain
(Pelezar,
1985;
23
2.7.1.1 Nutrisi
Kebutuhan nutrisi mikroba meliputi bahan makanan secara umum,
seperti air, garam organik, ion logam, karbondioksida, dan asam amino.
2.7.1.2 Suhu
Berdasarkan aktivitas terhadap suhu, mikroba dibedakan atas: mikroba
psikrofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-30 OC dan optimum
pada suhu 15OC; mikroba mesofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada suhu
15-55OC dan optimum pada suhu 37OC; sedangkan mikroba termofilik, yaitu
mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 40-75OC dan optimum pada suhu 55OC;
serta mikroba yang dapat tumbuh pada suhu ekstrem stenotermal yaitu pada suhu
80-110OC.
2.7.1.3 pH Medium
Berdasarkan pH yang dibutuhkan oleh mikroba untuk pertumbuhannya,
maka dibagi atas: mikroba asidofilik, yaitu mikroba yang tumbuh pada pH antara
1,0-5,5; mikroba neutrofilik, yaitu mikroba yang tumbuh pH antara 5,5-8,0; dan
mikroba alkalifilik, yaitu mikroba yang tumbuh pada pH 8,5-11,5.
2.7.1.4 Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, mikroba dibedakan atas mikroba aerob,
yang tumbuh dengan adanya oksigen, dan mikroba anaerob, yang dapat tumbuh
tanpa oksigen. Selain itu, juga ada mikroba anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang
dapat tumbuh pada kondisi ada atau tanpa oksigen, sedangkan mikroba anaerob
obligat, yaitu mikroba yang hanya tumbuh tanpa adanya oksigen (jika ada
oksigen, maka mikroba tersebut mati).
24
2.7.3 Bakteri
25
Bakteri adalah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil, terdiri dari
suatu sel, berkembang biak dengan membelah diri atau aseksual, dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop (Hadiutomo, 1990).
Berdasarkan
bentuk
morfologinya,
bakteri
dapat
dibagi
atas
26
2.7.4 Jamur
Jamur adalah organisme yang tidak mengandung pigmen fotosintesis dan
bersifat heterotrof. Jamur tumbuh pada kondisi aerob dan memperoleh energi
dengan mengoksidasi bahan organik. Jamur mempunyai ukuran yang beragam
dengan lebar antara 1-5 mikron dan panjang 5-30 mikron. Kebanyakan jamur
berbentuk bulat telur tetapi beberapa spesies ada yang memanjang atau berbentuk
bulat bola dan biasanya setiap spesies mempunyai bentuk yang khas (Pelezar,
1985; Dwidjoseputro, 1982; Hadiutomo, 1990).
Tubuh jamur mempunyai filamen panjang dan bercabang. Tiap filamen
dinamakan hifa. Hifa dapat memiliki dinding transfersal atau septa. Apabila hifa
terus tumbuh dan berkembang akan membentuk miselium. Miselium terbagi atas
dua bagian yaitu miselium vegetatif dan miselium generatif. Miselium generatif
(reproduktif) yaitu miselium yang menghasilkan spora dan tumbuh meluas ke
udara (Pelezar, 1985; Hadiutomo, 1990).
Jamur dapat menyebabkan beberapa penyakit infeksi. Secara klinis,
jamur terbagi atas beberapa kelompok, yaitu (Pelezar, 1985; Dwidjoseputro, 1982)
:
1. Jamur pada sistemik
Mikosis sistemik biasanya disebabkan oleh jamur tanah. Jamur
ini kelihatannya menyebabkan penyakit pada orang-orang tertentu,
dimana penyakit ini dapat menyebar. Contoh jamur yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah Coccidioides immitis dan Histoplasma
capsolanum.
27
rambut,
dan
Deuteromycetes,
kulit,
seperti
dan
termasuk
Trichophyton
ke
dalam
mentagrophytes
kelas
dan
Microsporum canis.
3. Jamur di bawah kulit
Jamur ini biasanya menyebabkan mikosis subkutan. Tumbuh
dalam tanah atau pada tanaman yang membusuk, seperti Sporothrix
schenckii dan Clasdosporium carrionii.
4. Jamur opportunistik
Jamur golongan ini biasanya tidak menimbulkan penyakit,
tetapi dapat menyebabkan penyakit pada orang yang mekanisme
pertahanan tubuhnya terganggu, seperti Candida albicans dan
Cryptococcus neoformans.
28
29
2.7.5.3 Bioautografi
Bioautografi
adalah
metode
untuk
mengetahui
lokasi
aktivitas
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pengerjaan ekstraksi-fraksinasi dan
pemeriksaan kandungan kimia adalah mesin penggiling (grinder), peralatan
sokhlet, peralatan rotary evaporator, erlenmeyer berbagai ukuran, gelas ukur
berbagai ukuran,
timbangan, vial, botol 100 ml, aluminium foil, gelas ukur, piket ukur, gelas beker,
pipet tetes, plat tetes, batang pengaduk kaca, pinset, spatula, corong, kertas saring,
tabung reaksi, dan kapas.
Alat-alat yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan adalah
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah corong, gelas ukur, labu
ukur (Pyrex), bola hisap, pipet ukur, erlenmeyer (Pyrex ), vortex (Heidolph),
spektrofotometer uv-vis (Shimadzu), kuvet, dan alat gelas lainnya.
Alat-alat yang digunakan untuk pengujian aktivitas antimikroba adalah
pinset, pipet mikro, timbangan analitik, cawan petri, jarum ose, kertas cakram,
kertas perkamen, kapas, kain kasa, lampu spiritus, otoklaf, inkubator, lemari
32
aseptis, Laminar Air Flow, erlenmeyer, tabung reaksi, vorteks, magnetik stirer,
hotplate, jangka sorong, plat titer mikro, cutton buds, spektronik 21, dan shaker.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan
yang
digunakan
untuk
pengerjaan
ekstraksi
dan
3.3
Cara Kerja
3.3.1 Pengambilan Sampel
Sampel daun G. cowa Roxb. diambil di Batu Busuk-Limau Manih, Pauh,
Padang, Sumatera Barat.
3.3.2. Identifikasi Tumbuhan
Sampel G. cowa Roxb. diidentifikasi di Herbarium Universitas Andalas
(ANDA) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3.3.3. Pemeriksaan Kandungan Kimia
33
34
Lapisan klorofom disaring melalui norit. Hasil saringan dipipet 2-3 tetes
dan dibiarkan mengering pada plat tetes. Setelah kering, ditambahkan 2 tetes asam
asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya warna merah berarti
positif adanya terpenoid dan warna biru atau hijau berarti positif adanya steroid.
35
36
% inhibisi =
X 100%
Selanjutnya ditentukan nilai IC50 yaitu konsentrasi larutan uji yang memberikan
peredaman DPPH sebesar 50% dengan menggunakan persamaan regresi.
37
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam (SF-2) Edisi Revisi. Bandung: Penerbit
ITB.
Badan Litbangkes Depkes RI. (2007). Laporan Riset Kesehatan Dasar. Jakarta;
2008: 275-8.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (2008). Acuan Sediaan Herbal Volume
4 Edisi 1. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (2013). Pedoman Teknologi Formulasi
Sediaan Berbasis Ekstrak Volume 2. Jakarta: Badan Pengawasan Obat
dan Makanan.
Belleville-Nabet, F. (1994). Zat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal
Pangan Senyawa Radikal dalam Sistem Biologis, Prosiding Seminar:
Senyawa Radikal dan Sistem Pangan; Reaksi Biomolekuler, Dampak
terhadap Kesehaatan, dan Penangkalan. Bogor.
Dachriyanus, Dianita, R., dan Jubahar, J. (2003). Uji Aktivitas Senyawa
Antimikroba dan Antioksidan Senyawa Hasil Isolasi dari Kulit Batang
Tumbuhan Garcinia cowa Roxb. Jurnal Natur Indonesia, 11(2), 109-114.
Dachriyanus, Putri A., dan Rustini. (2004). Isolasi senyawa antimikroba dari kulit
batang Garcinia griffithii T. Anders. Jurnal Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, 13(2), 114-118.
Darwati, Bahti, H.H., Dachriyanus, Supriyatna. (2009). Santon Terpenilasi Aktif
Antioksidan dari Kulit Batang Garcinia cowa Roxb. Jurnal Bionatura,
11(2), 129-136.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dwidjoseputro, D. (1982). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Elsyeida, (2005). Isolasi Senyawa Antikanker dari Kulit Batang Garcinia griffithii
T. Anders dan Uji Aktivitasnya dengan Metode Brine Shrimps Lethality
Assay. Skripsi S1. Universitas Andalas. Padang.
Fessenden dan Fessenden. (1997). Kimia Organik Edisi III Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Hadioutomo, R.S.. (1990). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT.
Gramedia.
40
41
MHA, Erik Tapan. Dr. (2005). Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer.
Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.
Murakami, A., Jiwajiinda, S., Koshimizu, K., dan Ohigashi, H. (1995). Screening
for In vitro Antitumor Promoting Activities of Edible Plants from
Thailand. Cancer Lett, 95, 137-146.
Na Patallung, P., Thongtheeraparp, W., Wiriyachitra, P., dan Taylor, W.C. (1994).
Xanthone of Garcinia cowa. Planta Med, 60(4), 365-368.
Na, Z., Song Q.S., dan Hu H.B. (2013). A New Prenylated Xanthone from Latex
of Garcinia cowa Roxb. Records Nat Prod, 7, 220-224.
Negi, P.S., Jayaprakasha, G.K., dan Jena, B.S. (2008). Antibacterial Activity of
The Extracts from The Fruit Rinds of Garcinia cowa and Garcinia
pedunculata against Food Borne Pathogens and Spoilage Bacteria. LWTFood Sci. Technol, 41, 1857-1861.
Niwa, Y. (1997). Radikal Bebas Mengundang Kematian. Jepang: NTV.
Panthong, K., Pongcharoen, S., Phongpaichit, Taylor, W.C. (2006).
Tetraoxygenated Xanthones from The Fruits of Garcinia cowa.
Phytochemistry, 67, 999-1004.
Parkash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E. ( 2001). Activity Antioxidant.
Medallion Laboratories.
Pelezar Jr., M.J., dan R.D. Reid. (1985). Microbiology 2 nd Ed. London: McGrawHill Book Company.
Ritthiwigrom, T., Laphookieo, S., Pyne, G. (2013). Chemical Constituents and
Biological Activities of Garcinia cowa Roxb. Maejo International
Journal of Sciences and Technology, 7(2), 212-231.
Rullah, K., Dewi, R., Sia, S., Fadli, R., Fatria, D., Teruna, H.Y., Novita, G.,
Wahyuni, F.S., dan Dachriyanus. Potensi Kandis (Garcinia cowa Roxb)
Sebagai Herbal Antioksidan Alami.
Santoso, A. (2001). Isolasi Senyawa Bioaktif Berpotensi Antioksidan dari Daun
Benalu Teh Scurnilla atropurpurea (BL.), Danser. Skripsi S1. Jurusan
Kimia FMIPA. IPB.
Setiati, S. (2003). Radikal Bebas, Antioksidan, dan Proses Menua. Medika,
XXIX(6), 366.
Shen, J. dan Yang, J.H. (2006). Two New Xanthones from The Stems of Garcinia
cowa. Chem.Pharm.Bull, 54(1), 126-128.
Shen, J., Tian, Z., Yang, J.H. (2007). The Constituents from The Stems of
Garcinia cowa Roxb. and Their Cytotoxic Activities. Pharmazie, 62,
549-551.
42
43
Ekstraksi (sokletasi)
menggunakan heksana
Pengujian Aktivitas
Antioksidan
Antimikroba
Metode Penangkapan
DPPH
Metode
Difusi Agar
Microplate
reader
Cara Tuang