Punya penyakit memang tidak enak, apalagi jika penyakit itu tidak bisa sembuh seperti
hipertensi. 90% kasus hipertensi memang merupakan hipertensi primer, yaitu jenis hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya. Karena itu, kebanyakan kasus hipertensi tidak bisa
disembuhkan, hanya bisa dikendalikan melalui gaya hidup sehat dan obat-obatan.
Masalahnya, gaya hidup sehat sepertinya cuma ada di awang-awang. Kesibukan, malas, dan
ingin tetap makan enak, membuat orang memilih untuk minum obat saja. Walhasil, penderita
tekanan darah tinggi terpaksa harus meminum obat setiap hari seumur hidup.
Eits, tunggu dulu. Ternyata solusi praktis seperti ini pun masih sulit dijalani. Terbukti dari hasil
studi yang menyatakan bahwa penderita hipertensi dan penyakit jantung tetap malas meminum
obat. Dikatakan bahwa lansia yang mendapat obat hipertensi hanya meminum 49% obatnya
dalam setahun. Semakin banyak penyakit yang menemani, seperti penyakit jantung atau diabetes,
makin baik kepatuhan minum obat.
Alasan Mogok Minum Obat
Obat-obat hipertensi adalah obat yang dapat membantu menurunkan tekanan darah. Obat
hipertensi ada berbagai macam, di antaranya ACE inhibitor, penyekat kanal kalsium, diuretik
tiazid, penyekat beta, dan penyekat reseptor angiotensin. Apa pun obat yang sedang diminum,
sangatlah tidak dianjurkan untuk menghentikan obat-obat ini tanpa anjuran dari dokter.
Meski demikian, tidak sedikit pasien yang mengabaikan anjuran ini dengan berbagai alasan. Ada
yang merasa dirinya sudah sembuh, karena tidak ada lagi gejala atau karena saat diperiksa di
dokter tekanan darah dinyatakan normal dan baik. Ada juga yang merasa harga obat yang
diminum terlalu mahal, sehingga menghentikan salah satu atau dua obat. Ada lagi yang tidak
puas dengan pengobatan dokter, karena merasa tekanan darahnya tidak kunjung turun meski
sudah meminum obat.
Pasien-pasien yang lari ke pengobatan alternatif juga tidak jarang diminta untuk menghentikan
obat dokter. Pasien juga mungkin berhenti minum obat karena efek samping seperti pusing,
hidung tersumbat, dan gangguan seksual. Selain itu, pasien mungkin merasa takut dengan
bacaan-bacaan yang mengatakan bahwa terlalu lama dan banyak meminum obat dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Semua alasan di atas, sebenarnya disebabkan karena ketidaktahuan pasien dan dapat
dimentahkan dengan komunikasi dan edukasi yang baik mengenai hipertensi dan penyakit
jantung, risiko terhadap kesehatan, efek samping obat, biaya pengobatan, serta pentingnya
meminum obat. Menurut dr. Nani Hersunarti, SpJP(K), dari Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskuler FKUI/RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, pasien yang
merasa sembuh dan tekanan darahnya sudah normal, harus diingatkan bahwa itu adalah efek
sementara obat dan harus dijaga seperti itu untuk mencegah timbulnya komplikasi di kemudian
hari. Jika setelah dikorek-korek dokter mendapati pasiennya enggan minum obat karena
harganya yang mahal, berikan obat generik atau pilihan obat lain yang harganya lebih terjangkau.
Bagi pasien yang belum mendapat manfaat obat, perlu dijelaskan bahwa dokter sedang berusaha
untuk menyesuaikan dosis dan jenis obat untuk memperoleh kombinasi yang paling tepat
baginya. Pasien yang enggan minum obat karena efek samping dapat dihindari jika dokter
mengingatkan ada kemungkinan ini, dan sebaiknya membicarakan dengan dokter jika obat ingin
diganti atau dihentikan.
Dan bagi pasien yang takut ginjalnya menjadi rusak, perlu dijelaskan bahwa efek samping
stroke dan serangan jantung akan lebih berbahaya dan terjadi sangat cepat, jauh sebelum ginjal
terganggu fungsinya, jika pasien memutuskan untuk menghentikan pengobatan, tambahnya.
Dampak Malas Minum Obat
Ada dua kelompok pasien yang malas minum obat. Yang pertama, pasien yang berhenti minum
obat sama sekali karena merasa dirinya baik-baik saja. Yang kedua, pasien yang malas minum
obat, tapi minum obat sesekali, entah karena sedang merasa bersalah makan makanan yang
dilarang, atau karena sudah merasa leher pegal-pegal, atau lagi sedang ingin minum obat.
Kelakuan semacam ini bisa membahayakan diri sendiri. Andakah salah satunya? Ayo, cari tahu
mengapa kebiasaan buruk itu tidak boleh dipelihara.
Minum obat hipertensi dan jantung sesuka hati dapat berbahaya. Saat kita meminum obat setiap
hari, maka tubuh perlahan-lahan akan berubah. Seiring waktu, tubuh akan mulai beradaptasi
dengan manfaat baik obat. Sebaliknya, saat obat tidak lagi berada di dalam tubuh, tubuh juga
akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Pada kasus hipertensi, tiba-tiba berhenti minum
obat dapat menyebabkan tekanan darah naik lagi dan denyut jantung menjadi tidak teratur.
Studi menunjukkan bahwa dalam dua hari setelah berhenti minum obat hipertensi, tekanan darah
dan frekuensi denyut jantung dapat tiba-tiba naik lagi. Akibatnya, komplikasi hipertensi dapat
bermunculan, mulai dari serangan jantung, gangguan ginjal, hingga stroke.
Tak lain ubahnya dengan obat-obatan untuk penyakit jantung. Pasien jantung yang malas minum
obat memiliki risiko serangan dan gangguan jantung lebih tinggi. Bagi pasien yang enggan
minum obat karena ingin berhemat, tentu hal ini tidak cocok karena akhirnya Anda harus keluar
uang lebih banyak lagi untuk perawatan di rumah sakit.
Kalau Sudah Terlanjur
Kondisi tubuh dan penyakit dapat terus berubah seiring waktu. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan
untuk kontrol ke dokter setidaknya sebulan sekali. Hal ini juga berlaku bagi Anda yang sudah
terlanjur menghentikan obat, dan berencana untuk bertobat. Dengan kunjungan rutin, dokter
dapat
memantau
kondisi
Anda
dari
waktu
ke
waktu
dan
menyesuaikannya dengan obat-obatan yang diberikan.
Jangan heran jika pada awal berobat kembali, dokter akan meminta Anda untuk lebih sering
datang, karena saat itu tekanan darah masih liar dan dokter perlu mencari obat yang untuk
menjinakkannya. Tidak semua penderita hipertensi cocok dengan obat-obatan yang sama. Karena
itu, juga tidak dianjurkan untuk meminum obat yang sama dengan yang diminum orang lain
tanpa konsultasi dengan dokter Anda, jelasnya.
Patuhi Sebelum Terlambat!
Minum obat memang tidak menyenangkan. Namun demi kebaikan Anda, kikis keengganan Anda
dengan melakukan tips berikut ini.
Pasang alarm untuk jadwal minum obat, atau minum obat pada waktu yang sama setiap hari
(misalnya setiap pagi atau setiap malam sebelum tidur) untuk menghindari lupa.
Jalin hubungan baik dengan dokter dan jangan malu bertanya.
Minta obat yang terjangkau di dompet dan jika mungkin minta obat yang hanya perlu diminum
satu kali setiap hari.
Banyak membaca mengenai hipertensi dan penyakit jantung, dan risikonya jika Anda tidak patuh
minum obat.
Konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa tidak cocok dengan obat tertentu dan jika ingin
menghentikan atau mengganti obat.