Modul perancangan bangunan peredam bising (BPB) dengan bahan transparan ini disusun
berdasarkan beberapa hasil penelitian kebisingan dan bangunan peredam bising yang telah
dilakukan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan dengan adaptasi teknologi yang ada seperti
bangunan peredam bising dari bahan acrylic dan plexiglas. Modul ini diharapkan dapat
memberikan pencerahan serta dapat membantu bagi semua pihak yang terlibat dalam
penerapan teknologi bangunan peredam bising khususnya untuk bahan transparan.
Modul perancangan bangunan peredam bising ini disiapkan oleh tim studi kebisingan jalan
perkotaan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan dan Jembatan.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang............................................................................................. 2
1.2
Tujuan........................................................................................................... 2
1.3
Ruang Lingkup............................................................................................2
2.
2.1
2.2
2.3
2.4
Tahapan perancangan............................................................................................. 8
2.4.1 Persiapan................................................................................................................
2.4.4 Perancangan............................................................................................................. 9
2.4.5 Analisis................................................................................................................... 10
2.4.6 Evaluasi................................................................................................................... 10
ii
1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Kepadatan lalu lintas di perkotaan sangat terasa dengan ditandai meningkatnya
volume kendaraan pada beberapa ruas jalan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah
kebisingan, dimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan (KepMen LH No.48 Tahun 1996). Perlu suatu upaya dalam
menanggulanginya yaitu dengan meningkatkan penerapan teknologi Jalan dan Jembatan
untuk keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan khususnya akibat kebisingan lalu lintas
kendaraan, dimana salah satunya adalah dengan membangun Bangunan Peredam Bising
(BPB).
Terkait hal tersebut BPB dinilai efektif dalam mereduksi kebisingan yang dipengaruhi
beberapa aspek, seperti bahan yang digunakan, bentuk bangunan, nilai reduksi
kebisingannya yang dihasilkan serta beberapa faktor dalam perancangan. Kriteria
perancangan memuat keselamatan pengguna jalan yang berkaitan dengan jarak pandang
dan ketahanan konstruksi terhadap benturan, stabilitas konstruksi dan usia layan.
1.2
Tujuan
Modul ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai ketentuan dan prosedur
perancangan BPB
1.3
Ruang Lingkup
Modul
perancangan BPB dengan bahan transparan (tembus pandang), yang meliputi ketentuan
umum dan ketentuan teknis, dimensi dan bentuk, penempatan bangunan serta nilai reduksi
kebisingannya.
2. Perancangan BPB
2.1
a)
b)
c)
penempatan BPB, pada lokasi yang memiliki tingkat kebisingan di atas ambang batas
yang diizinkan, dapat juga merupakan permintaan masyarakat melalui kajian
sebelumnya. Penempatan tersebut harus memenuhi kriteria keselamatan lalu lintas
(tidak mengganggu jarak pandang, tidak menimbulkan silau), kelancaran serta tidak
mengganggu keserasian lingkungan tepi jalan.
d)
atenuasi total yang dihasilkan dinyatakan dalam besaran Insertion Loss (IL) atau Rugi
Sisipan yang didefinisikan sebagai perbedaan tingkat tekanan suara (Sound Pressure
Level, dBA) pada posisi penerima ketika ada dan tidak adanya BPB;
e)
f)
2.2
a)
b)
Bahan transparan mempunyai kemampuan menyerap kebisingan lalu lintas dengan nilai
STC di atas 20. Sedangkan batas minimum STC untuk suatu BPB adalah 20;
c)
Panjang BPB tanpa bukaan sekurang-kurangnya 4 kali jarak (secara tegak lurus) di
belakang penghalang, cara lain untuk menentukan jarak penerima dan panjang
bangunan, adalah dengan menghitung sudut yang terbentuk antara penerima dan ujung
bangunan terhadap sisi jalan. Sudut yang terbentuk seharusnya sekurang-kurangnya
80o dan dapat dilihat pada gambar 1.
Jalan Raya
NoiseBPB
Barrier
Keterangan :
D adalah jarak dari bahu luar ke penerima bising
d)
Panjang BPB dengan bukaan sebagaimana Gambar 2, dibangun dengan tujuan untuk
menyediakan akses jalan untuk pemeliharaan, keselamatan, dan pejalan kaki. Rasio
antara jarak tumpang tindih (overlap) dengan lebar celah harus sekurang-kurangnya 4 :
1, yaitu untuk meminimalkan degradasi kinerja bangunan. Jika rasio 4:1, tidak bisa
dipenuhi, pertimbangan lain yang harus diambil adalah dengan menggunakan material
absorpsi pada permukaan sisi bangunan di sepanjang celah atau bukaan antara BPB;
Jalan Raya
Keterangan :
D adalah jarak bukaan antara BPB
e)
Setiap menambahan
tinggi 1 m = 1,5 dB(A)
penambahan atenuasi
Sumber bising
Garis lurus
Penerima
mereduksi =
BPB
f)
Rugi transmisi suara (transmission loss ,TL), untuk setiap material dengan berat 20
kg/m2 (4 lbs/ft2) atau lebih akan mempunyai nilai TL minimal 20 dB(A) (lihat gambar 3);
g)
h)
Rugi sisipan (Insertion Loss) BPB berbentuk T memberikan tambahan IL lebih besar
hingga 2,5 dB(A) jika dibandingkan dengan bentuk tegak (I);
i)
Mengukur TL di lapangan memerlukan 2 (dua) buah SLM yang diletakkan masingmasing pada sisi sumber dan penerima. Jarak terdekat setiap titik ukur dan BPB adalah
1 m dengan ketinggian 1.2 m, sebagaimana Gambar 4
BPB
sisi sumber
SLMs
1.2 m
sisi penerima
SLMp
1.2 m
1m
1m
1m
1m
Keterangan :
SLMp adalah Sound Level Meter penerima
SLMs adalah Sound Level Meter sumber
4
j)
Besarnya atenuasi yang dihasilkan sebuah BPB mempunyai batas maksimum yang
disebut practical limit yang besarnya sekitar 20 dB(A);
k)
Asumsi yang digunakan dalam simulasi dengan menggunakan perangkat lunak, adalah
sebagai berikut:
Simulasi dilihat dari bagian atas pada ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah;
Sumber bising merupakan sumber garis yang terletak 4,0 m dari bangunan peredam
bising dengan nilai SPL berdasarkan hasil pengukuran;
Udara bersifat homogen di setiap tempat dengan properti udara pada temperatur
20oC ;
l)
Penempatan BPB diutamakan untuk jalan Arteri dan jalan Tol, minimum 5 m dari tepi
dalam saluran samping atau 10 m dari tepi luar bahu yang diperkeras.
2.3
Mulai
Lokasi
Persiapan
1. Kondisi Lingkungan
2. Pengaduan Masyarakat
Karakteristik Bising
Pengukuran Bising
Data kebisingan
Data Lalu Lintas
A
Perancangan BPB
1. Dimensi
2. Bentuk
Reduksi Bising
Insitu
B
Simulasi menggunakan
perangkat lunak
Evaluasi
Sosialisasi
Ok
Tidak
selesai
2.4
Tahapan perancangan
2.4.1
Persiapan
Lingkungan,
lakukan
pengukuran
untuk
memperoleh
data
kondisi
Karakteristik bising
2.4.3
Reduksi bising
2.4.4
Perancangan
a a
a a
b
Bentuk Tegak
Bentuk
Silinder
Bentuk-T
Bentuk Elips
Bentuk-Y
Bentuk-A
Bentuk
melengkun
g (Kurva)
Bentuk tak
beraturan (tampak
depan)
2.4.5
Analisis
a) Lakukan tahapan analisis, melalui perhitungan nilai rata-rata Leq dan hasil simulasi
tingkat kebisingan. Lakukan juga perhitungan penurunan tingkat kebisingan dan
perbandingan terhadap baku mutu;
b) Lakukan analisis respons frekuensi Tingkat Kebisingan, Tahapan analisis dilakukan
melalui perhitungan nilai Lp pada respons frekuensi 1/1 oktaf yang menghasilkan
Insertion Loss (IL) rata-rata pada setiap frekuensi. Selanjutnya, lakukan juga
perhitungan korelasi atau trendline antara tingkat kebisingan dengan LHR dan volume
lalu lintas, serta perbandingan hasil pengukuran dengan simulasi pada masing-masing
frekuensi.
c) Analisis hasil konsultasi masyarakat, lakukan analisis hasil dari konsultasi/sosialisasi
dari masyarakat
2.4.6
Evaluasi