Anda di halaman 1dari 1

BAB 1

PENDAHULUAN
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau
< 80 mg/dl dengan gejala klinis. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari
diabetes, selain ketoasidosis diabetikum, dan koma hiperosmolar hiperglikemik
non ketotik. Hipoglikemia pada diabetes melitus dapat terjadi karena kelebihan
obat/dosis obat (terutama insulin atau obat hipoglikemik oral), kebutuhan tubuh
akan insulin relatif yang menurun (gagal ginjal kronik, paska persalinan), asupan
makanan yang tidak adekuat dimana jumlah kalori atau waktu makan yang tidak
tepat, dan kegiatan jasmani yang berlebihan.
Hipoglikemia biasanya ditemukan pada pasien diabetes melitus. Sekitar
90% dari semua pasien yang menerima insulin mengalami episode hipoglikemia.
Kejadian hipoglikemia sangat bervariasi, namun pada umumnya penderita
diabetes mellitus tipe 1 memiliki rata-rata episode hipoglikemia simtomatik per
minggu dan per tahun. Diperkirakan 2-4% dari mortalitas akibat diabetes melitus
dikaitkan dengan hipoglikemia (Shafiee, 2012).
Hipoglikemia dapat terjadi ketika kadar insulin dalam tubuh berlebihan.
Terkadang kondisi berlebih ini merupakan sebuah kondisi yang terjadi setelah
melakukan terapi diabetes mellitus. Selain itu, hipoglikemia juga dapat
disebabkan antibodi pengikat insulin, yang dapat mengakibatkan tertundanya
pelepasan insulin dari tubuh. Selain itu, hipoglikemia dapat terjadi karena
malproduksi insulin dari pankreas ketika terdapat tumor pankreas. Setelah
hipoglikemia terjadi, efek yang paling banyak terjadi adalah naiknya nafsu makan
dan stimulasi masif dari saraf simpatik yang menyebabkan takikardi, berkeringat,
dan tremor (Silbernagl dan Lang, 2010).
Tingginya angka kematian pasien hipoglikemia akibat kurangnya
pemahaman mengenai prinsip penatalaksanaan hipoglikemia, menjadikan prinsip
penatalaksanaan hipoglikemia menjadi hal yang penting dalam menuntun
terhadap prognosis yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai