Semua Negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga negaranya.
Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga akan
melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang berseberangan dialami Indonesia sebagai
Negara agraris, segala regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan
kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakat kota yang mengalami
kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayah Indonesia potensial sebagai
lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung.
Ada apa dengan pemerintah?. Satu jawaban yang pasti seringkali dalam analisis kesehatan
pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health)
sehingga kebijakan yang dibuat cuma dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus
dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu
program untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga
motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan
paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat
akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi
hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam
menyukseskan program-program kesehatan.
2. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang
memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas
membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat
dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga
lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam
mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di
puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang
berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk
sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang
lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan
masalah kejiwaan.
3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu,
puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang
banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan
juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan
perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki
kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program
kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga
masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah,
malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke,
diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.
4. Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci dalam
mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi
mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka
mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah perkembangan
otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia
yang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung.
oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi
masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di
tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi
masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan, terutamanya
daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan
balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi
balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas
generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
B.
Tes
2.
Ad. 1. Tes
Tes adalah serntetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh indivudu atau kelompok.
Dalam membicarakan tes ini akan disampaikan sekaligus alat ukur lain yang
sifatnya terstandar (standarizide). Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan
dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain.
a.
Tes kepribadian atau personality tes, yaitu tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribaduan seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus dan sebgainya.
b.
Tes bakat atau eptitide tes, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur dan
mengetahui bakat seseorang
c.
Tes intelegensi atau intelligence tes, yaitu tes yang digunakan untuk
mengaaadakan estiamsi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur
inteligensinya.
d.
Tes sikap atau attitude tes, yang sering disebut dengan istilah sekala sikap,
yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai
sikap seseorang.
e.
f.
Tes minat atau measure of interest, adalah alat untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu
g.
Tes prestasi atau achievement tes, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda dengan yang lainlain sebelum ini, tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud
mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan. Untuk memahami lebih
dalam tentang tes prestasi dan bagaimana menyusun tes agar diperoleh alat tes
yang baik, dipersilahkan membaca buku-buku evaluasi.
Catatan:pembagain jenis ini sebenarnya bukan merupakan pembagian habis.
Anatara jenis yang satu dengan jens yang lain ada yang saling memotong dan
bahkan ada yang merupakan bagiandarinya.
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa
tes atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yang masingmasing mengukur satu jenis variable.
Ad. 2.
2.
b.
2.
c.
2.
3.
4.
Keuntungan Kuesioner
a.
b.
c.
Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masingmasing, dan menurut waktu senggang responden
d.
e.
Kelemahan Kuesioner
a.
b.
c.
Walaupun
dibuat
anonim,
kadang-kadang
responden
dengan
e.
Waktu pengembaliannya ridak bersama-sama, bahkan kadangkadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
Agar responden merasa dihargai, maka perlu memberikan surat pengantar. Halhal yang harus ada dalam surat pengantar adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
penyampaian hasil
9.
10.
tanda-tanda pengirim
11.
12.
tanggal pengiriman
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan angket atau kuesioner terutama (b)
dan (c), peneliti perlu menyilang jawaban responden dengan data yang diperoleh
melalui metode lain. Istilahnya, peneliti mengadakan cross-chek.
Contoh :
Peneliti mengadakan penelitian tentang kerajinan dan semangat kerja
karyawan X. Agar penelitian dapat meraih sejumlah besar responden,
peneliti
menggunakan
angket.
Namun
karena
angket
mengandung
Secara naluriah, setiap orang ingin tampak baik. Keinginan ini dicapai
dengan menutupi kejelekannya atau membesar-besarkan kebaikannya.
Waktu untuk menjawab angket sangat sempit, dan responden tidak takut
berbohong kepda peneliti karena hanya berjumpa saat mengisi angket.
Dalam berprilaku sehari-hari, respondek tidak dapat lagi berbohong.
Perilakunya dapat disaksikan oleh temannya, maka peneliti dapat bertanya
informal kepada teman sejawat untuk cross-chek tentang kerajinan dan
semangat kerja karyawan X.
menjawab
pertanyaan
sudah
makan
atau
belum?.
Sebagai
Jika
pertanyaanya
terlalu
sedikit,
enak
bagi
pengisi,
tetapi
tidak
indicator-indikator
variable
ynag
diteliti
secara
lengkap
dan
komprehensif.
Ada lagi kelaemahan pertanyaan yang terlalu banyak, yakni timbulnya
kejenuhan pengisi. Padahal kalau pengisi sudah jenuh, pengisiannya menjadi
sembarangan, dan data yang diberikan mungkin menjadi tidak sesuai dengan
seharusnya.
Kembali pada pertanyaan semula. Berapakah jumlah pertanyaan angket
menurut teori? Pertimbangannya adalah :
1.
Semua
indicator
telah
terwakili
dalam
pertanyaan,
sekurang-
kurangnya satu. Jika indicator yang diungkap tidak terlalu banyak setiap
indicator sebaiknya ditanyakan lebih dari satu kali. Yang penting adalah bahwa
Tidak menanyakan hal-hal yang kurang perlu dan tidak akan diolah.
Contoh :
Usahakan
untuk
mengatur
keseluruhan
angket
sedemikian rupa sehingga enak dipandang dan tidak tampak terlalu banyak.
2.
pisahkan
antara
identitas
pengisi,
pengantar,
dan
pertanyaan inti.
3.
4.
5.
Secara fisik interviu dapat dibedakan atas interviu terstruktur dan interviu
secara tidak terstrukrur. Pada umumnya interviu terstruktur di luar negeri telah
dibuat terstandar (standardized). Seperti halnya kuesioner, interviu terstruktur
terdiri dari serentetean pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan
tanda chek () pada pilihan jawaban yang telah disiapkan.
Interviu terstandar ini kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan
tetapi tidak pula diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yang
dipersilahkan membeikan tanda. Dalam keadaan yang terakhir, maka interviu ini
tidak ubahnya sebagai kuesioner saja.
Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a.
sepenuhny
abahwa
ia
sedang
diinterviu.
Dengan
demikian
teknik
ini
adalah
arah
pertanyaan
kadang-kadang
kurang
terkendali.
b.
pewawancaradenga
nmembawa
sederetan
pertanyaan
lengkap
dan
maka
sebelum
melaksanakan
interviu,
pewawancara
harus
dilatih
Ad. 4. Observasi
Seringkali orang mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit,
yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian
psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Jadi,
mengobservasi
dapat
dilakukan
melalui
pengelihatan,
ppenciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini adalah sebenarnya
adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitan observasi dapt dilakukan
dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Mengetes adalah mengadakan pengamatan terhadap aspek kejiwaan yang
diukur. Kuesioner diberikan kepada responden untuk mengetahui aspek-aspek yang
ingin diselidiki. Rekaman gambar dan rekaman suara sebenarnya hanyalah
menyimpan kejadian untuk penundaan observasi.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang digunakan untuk
menyebut jenis observasi, yaitu :
1.
2.
observasi
sistematis,
yang
dilakukan
oleh
pengamat
dengan
instrument, (f). prasangka, (g). halo effects, (h). kesalahan pengambilan rata-rata,
(i). kemurahan hati.
Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menentukan variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati
responden. Misalnya seorang guru ditanya tentang jam kehadiran dan kepulangan
kepala sekolah. Dia tidak akan dapat menjawab jika ia sendiri selalu dating siang
dan pulang awal.
Contoh skala bertingkat. (lihat skala kepemimpinan dan perhatian).
Ad. 6. Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula bahwa
sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita
memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan
kertas atau oran (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada
tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, dan sebagainya