TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Umum
Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu
Gambar 2.1 Peralihan Gaya pada Pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam
2.2
organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas
relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida
yang mengendap di antara partikel-partikel. Ruang diantara partikel-partikel dapat
berisi air, udara, ataupun keduanya. Partikel-partikel dapat berbentuk bulat,
bergerigi maupun bentuk-bentuk diantaranya. Istilah pasir, lempung, lanau, atau
lumpur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada batas yang
ditentukan (Hardiyatmo : 1992).
Untuk menstransfer beban dari bangunan atas ke lapisan tanah, dalam
kenyataan di lapangan daya dukung tanah juga dipengaruhi oleh nilai kuat geser
tanah dimana hal ini dipengaruhi oleh nilai kohesi dan sudut geser tanah.
Sehingga dapat disajikan dalam persamaan (Irsyam Masyhur : Catatan Kuliah SI3221) sebagai berikut:
c tan 2 .............................................(2.1)
dimana : = Kuat Geser tanah (kg/cm2)
c = Kohesi tanah (kg/cm2)
= Tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm2)
= Sudut geser tanah (derajat atau0)
Dari persamaan di atas nilai kohesi (c) diperoleh dari besarnya gaya tarik
menarik antara butiran tanah, sedangkan daya tahan terhadap pergeseran antar
partikel tanah disebut sudut geser tanah ( ).
2.2.1 Tanah Kohesif
Tanah kohesif adalah tanah yang memiliki daya tarik menarik antara butiran
tanah sehingga memiliki daya kohesi atau nilai c 0, dimana hal ini umumnya
ditemui pada tanah lempung. Kohesi ini terjadi dari akibat daya tarik menarik
antar butiran lempung atau gaya lekat tanah dengan sifat-sifat dari air yang
diserap pada permukaan partikel, sehingga kekuatan geser tanah dipengaruhi oleh
jenis dan kondisinya, termasuk kadar air tanah.
2.2.2 Tanah Non Kohesif
Tanah non-kohesif adalah tanah yang memiliki daya tarik menarik antara
partikel, sehingga sering diasumsikan nilai c = 0, dan hal ini umumnya dijumpai
pada pasir.
Daya dukung ultimit (ultimate bearing capacity) dan diberi notasi ( qu )
didefenisikan sebagai beban maksimum persatuan luas dimana tanah masih dapat
mendukung beban dengan tanpa mengalami keruntuhan, maka dapat dinyatakan
dengan persamaan (Aratua. L : 2004):
qu
pu
.....(2.2)
A
2.3
Macam-Macam Pondasi
Klasifikasi pondasi dibagi 2 (dua) yaitu (Hardiyatmo : 2002):
1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung
dengan kedalaman Df/B seperti:
a. Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung
kolom.
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke
tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan dengan kedalaman
Df/B, seperti:
a. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan
peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah
dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana
pondasi sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4
sedangkan pondasi dangkal Df/B 1.
2.4
dahulu, baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya, dipakai
pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk
lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi
dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu
pengocoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat
dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung tiang (Prisilia Girsang : 2009).
pasif (Kp) sementara pada pondasi tiang bor yang bekerja adalah tekanan tanah
aktif (Ka). Fungsi pondasi pada umumnya dipengaruhi oleh besar dan fungsi
bangunan yang hendak didukung dan jenis tanah sebagai pendukung konstruksi
seperti:
1. Transfer beban dari konstruksi bangunan atas (upper structure) ke dalam tanah
melalui selimut tiang dan perlawanan ujung tiang;
2. Menahan daya desak ke atas (up live) maupun guling yang terjadi akibat
kombinasi beban struktur yang terjadi;
3. Memampatkan tanah, terutama pada lapisan tanah yang lepas (non cohesive);
4. Mengontrol penurunan yang terjadi pada bangunan terutama pada bangunan
yang berada pada tanah yang mempunyai penurunan yang besar.
2.5
Jarak Tiang-Tiang
Umumnya, tiang-tiang jarang dipasang pada kedudukan yang benar-benar
lurus dan tepat pada titik lokasi yang telah ditentukan. Meskipun tiang dipasang
pada titik yang benar-benar tepat, kadang-kadang masih terdapat momen lentur
kolom yang harus ditahan oleh kepala tiang. Karena itu, disarankan agar paling
sedikit menggunakan tiga tiang untuk pondasi kolom utama dan dua tiang untuk
pondasi dinding memanjang (Hardiyatmo : 2003).
Jika sebuah tiang (tiang dukung ujung) dibebani dengan beban Q, tanah di
bawah dasar tiang menjadi tertekan. Kalau jumlah tiang tidak hanya satu dan
disusun pada jarak tertentu, maka zone tanah tertekan dalam tumpang tindih. Pada
kondisi ini, tekanan total pada titik tertentu akan sama dengan jumlah tekan yang
disebabkan masing-masing tiang, yang besarnya dapat beberapa kali lebih besar
dari tekanan akibat tiang tunggal.
Kondisi demikian dapat pula terdapat pada kelompok pada tipe gesek.
Kecuali, jika tiang-tiang dipancang pada jarak besar. Namun jarak tiang yang
terlalu besar menyebabkan biaya pembuatan pelat penutup tiang (pile cap)
menjadi tidak ekonomis. Tabel di bawah memberikan jarak tiang minimum yang
dibutuhkan untuk menekan biaya pembuatan pelat penutup tiang.
Tabel 2.1 Jarak Tiang Minimum (Teng : 1992)
Fungsi Tiang
2 2,5d atau 75 cm
2d atau 60 cm
3 5d atau 75 cm
Sumber : Hardiyatmo, H. C, 2003, Teknik Pondasi II, Penerbit PT. Beta Offset,
Yogyakarta.
2.6
permukaan (interface) dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis atau
jalur dengan tanah dasar (Niken Silmi Surjandari : 2007).
Pondasi rakit merupakan salah satu jenis dari pondasi dangkal, berupa
pondasi telapak sebar (spread foating) atau pondasi rakit (raft foundation) yang
berfungsi untuk menyebarkan beban dari struktur ke tanah di bawahnya yang
terdiri dari pelat tunggal yang meluas, yang mendukung beban struktur di atasnya
(Aratua. L : 2004).
Sebuah pondasi rakit boleh digunakan di mana tanah dasar mempunyai daya
dukung yang rendah atau beban yang begitu besar, sehingga lebih dari 50 persen
dari luas, ditutupi oleh pondasi telapak secara konvensional. Pondasi rakit boleh
ditopang oleh tiang-pancang, di dalam situasi ini (keadaan) seperti air tanah yang
tinggi (untuk mengontrol gaya apung) atau di mana tanah dasar mudah
terpengaruh oleh penurunan yang besar.
Pondasi rakit terbagi dalam beberapa jenis yang lazim atau sering
digunakan (Bowles : 1988).
a. Pelat rata;
b. Pelat yang ditebalkan di bawah kolom;
c. Balok dan pelat;
d. Pelat dengan kaki tiang;
e. Dinding ruangan bawah tanah sebagai bagian pondasi telapak.
Perancangan rakit yang paling lazim terdiri dari sebuah pelat beton rata
dengan tebal 0,75 - 2 m, dan dengan alas serta dengan penulangan dua arah atas
dan bawah yang menerus.
Menurut Poulus (2000), kondisi tanah yang sesuai untuk pemakaian sistem
pondasi tiang-rakit adalah sebagai berikut:
1. Lapisan tanah yang terdiri dari lempung keras (kaku);
2. Lapisan tanah yang terdiri dari pasir padat;
3. Tanah berlapis di mana di bawah tanah pendukung pondasi tiang tidak ada
lapisan tanah lunak.
2.8
geser tanah lempung yang serius. Selain itu, pengecoran beton juga menambah
ladar air lempung sehingga mengurangi kuat geser lempung. Tahanan ujung tiang
bor (Qb) dapat dinyatakan oleh persamaan (Hardiyatmo : 2003):
Qb . Ab . N c . cb .................(2.3)
Qb . Ab . N c . cb + 0, 45 . cu . As ..............(2.6)
qb
q ca base
Fb
...(2.8)
dimana : qca base = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang,
1,5D dibawah ujung tiang
Fb = Faktor empirik yang tergantung pada tipe tanah
Tabel 2.2 Faktor Empirik Fb
Fb
3,5
Baja
1,75
Beton pratekan
1,75
dimana : Qult
qc
Ap
JHL
K
Q ijin
q c x Ac JHL x K 11
...(2.10)
3
5
dimana : Qijin
qc
Ap
JHL
K
Menurut metode Reese dan Wright (1997) gesekan selimut tiang per satuan
luas dipengeruhi oleh jenis tanah dan parameter kuat geser tanah dimana pada
tanah kohesif:
fs = . cu ..........................................................................................(2.14)
dimana : = faktor adhesi
cu = kohesi tanah (ton/m2)
Sementara pada tanah non-kohesif, nilai fs dapat diperoleh dari kolerasi
langsung dengan NSPT. Berdasarkan penelitian Reese, faktor adhesi ( ) dapat
bernilai 0,55.
Tabel 2.3 Faktor Adhesi (Reese and Oneil : 1983)
Undrained Shear
Strength Su (tsf)
<2
23
34
45
56
67
78
89
>9
Value of
0,55
0,49
0,42
0,38
0,35
0,33
0,32
0,31
Treat as Rock
Gambar 2.13 Perbandingan Zona Tertekan pada Tiang Tunggal dan Kelompok
Tiang. (a)Tiang Tunggal, (b) Kelompok Tiang
Dalam hitungan kapasitas kelompok tiang maka dipilih dari hal-hal berikut:
1. Jika kapasitas kelompok tiang Qg lebih kecil daripada kapasitas tiang
tunggal kali jumlah tiang nQu , maka kapasitas dukung pondasi tiang
yang dipakai adalah kapasitas kelompoknya;
2. Sebaliknya, bila dari hitungan kapasitas kelompok tiang Qg lebih besar,
maka dipakai kapasitas tiang tunggal kali jumlahnya nQu .
Qg
nQu
....(2.16)
'
1 m m 1 n '
.(2.17)
90 mn '
Eg 1
D
m n ' 1 n ' m 1 2 m 1 n ' 1 ....(2.18)
s.m.n
m
n'
s
D
Atau
Tabel 2.4 Faktorfaktor Bentuk, Kedalaman, Kemiringan, Tanah dan Alas untuk
Dipakai Baik pada Persamaan Daya Dukung Hansen (1970) atau Vesic
(1973).
Nc
N q N (H )
N (M )
N (V )
N q / N c 2 tan (1 sin )2
0
5,14
1,0
0,0
0,0
0,0
0,195
0,000
5
6,49
1,6
0,1
0,1
0,4
0,242
0,146
10
8,34
2,5
0,4
0,4
1,2
0,296
0,241
15
10,97
3,9
1,2
1,1
2,6
0,359
0,294
20
14,83
6,4
2,9
2,9
5,4
0,431
0,315
25
20,71
10,7
6,8
6,8
10,9
0,514
0,311
26
22,25
11,8
7,9
8,0
12,5
0,533
0,308
28
25,79
14,7
10,9
11,2
16,7
0,570
0,299
30
30,13
18,4
15,1
15,7
22,4
0,610
0,289
32
35,47
23,2
20,8
22,0
30,2
0,653
0,276
34
42,14
29,4
28,7
31,1
41,0
0,698
0,262
36
50,55
37,7
40,0
44,4
56,2
0,746
0,247
38
61,31
48,9
56,1
64,0
77,9
0,797
0,231
40
75,25
64,1
79,4
93,6
109,3 0,852
0,214
45
133,73 134,7 200,5 262,3
271,3 1,007
0,172
50
266,50 318,5 567,4 871,7
761,3 1,195
0,131
Sumber : Bowles, Joseph E, 1988, Analisis Dan Desain Pondasi, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
SF
Pekerjaan tanah
Bendung, Urugan
Dan lain Sebagainya
Geser
1,2 -1,6
Konstruksi Penahan
Dinding
Dinding papan turap,
Bendungan elak
Galian yang ditopang (branced)
(sementara)
Pondasi telapak
Pondasi setempat
Rakit
Tarikan ke atas
Geser
Geser
1,5-2,0
1,2-1,6
1,2-1,5
2-3
1,7-2,5
1,7-2,5
Rembesan
qa
N 55
. K d ......................(2.22)
F2
1. Pada gambar (a), dapat diperhatikan jika tepi bangunan turun lebih besar dari
bagian tengahnya, bangunan diperkirakan akan retak-retak pada bagian
tengahnya.
2. Pada gambar (b), jika bagian tengah bangunan turun lebih besar, bagian atas
bangunan dalam kondisi tertekan dan bagian bawah tertarik. Bila deformasi
yang terjadi sangat besar, tegangan tarik yang berkembang di bawah bangunan
dapat mengakibatkan retakan-retakan.
3. Pada gambar (c), penurunan satu tepi/sisi dapat berakibat keretakan pada
bagian c.
4. Pada gambar (d), penurunan terjadi berangsur-angsur dari salah satu tepi
bangunan, yang berakibat miringnya bangunan tanpa terjadi keretakan pada
bagian bangunan.
Selain dari kegagalan kuat dukung (bearing capacity failure) tanah, pada
setiap proses penggalian selalu dihubungkan dengan perubahan keadaan tegangan
di dalam tanah. Perubahan tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk,
pada umumnya hal ini yang menyebabkan penurunan pada pondasi.
Tegangan di dalam tanah yang timbul akibat adanya beban di permukaan
dinyatakan dalam istilah tambahan tegangan (stress increment), karena sebelum
tanah dibebani tanah sudah mengalami tekanan akibat beratnya sendiri yang
disebut dengan tekanan overburden. Analisis tegangan di dalam tanah di dasarkan
pada anggapan bahwa tanah bersifat elastis, homogen, isotropis, dan terdapat
hubungan linier antara tegangan dan regangan. (Hardiyatmo : 2002).
qB
1 2 l p ....................................................................(2.24)
R
sudut luasan beban terbagi rata empat persegi panjang fleksibel yang terletak
dipermukaan, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang
diusulkan Steinbrenner (1934):
Si
qB
l p ................................................................................(2.25)
E
dimana:
i p 1 1 2 2 F2 ...................................................(2.26)
Gambar 2.18 Penurunan Segera pada Sudut Luasan Beban Terbagi Rata
Fleksibel di Permukan (Steinbrenner : 1943)
q
I PI I P 2 . B2 I P3 . B3 I P 4 . B4 ..........................(2.27)
E
Lempung jenuh
Lempung tak jenuh
Lempung berpasir
Lanau
Pasir padat
Pasir kasar (angka pori, e = 0,4 0,7)
Pasir halus (angka pori, e = 0,4 0,7)
Batu (agak tergantung dari macamnya)
Loess
0,4 0,5
0,1 0,3
0,2 0,3
0,3 0,35
0,2 0,4
0,25
0,25
0,1 0,4
0,1 0,3
E (kN/m2)
Lempung
Sangat lunak
Lunak
Sedang
Keras
Berpasir
300 3000
2000 4000
4500 9000
7000 20000
30000 42500
Pasir
Berlanau
Tidak padat
Padat
5000 20000
10000 25000
50000 100000
80000 200000
50000 140000
2000 20000
15000 60000
140000 1400000
diestimasi dengan
40
untuk B 1,2 m ...(2.29)
N
60
Si
N
dimana : q
B
Si
N
Sc
Cc
dimana :
Cc x h
1 e0
e1 e2
P'
log 2'
P1
log
P0 P
.............................................................(2.31)
P0
...............................................................................(2.32)
Cc = Indeks kemampatan
Po = Tekanan overbuden efektif rata-rata atau tegangan efektif
sebelum penerapan beban
p = Tambahan tegangan vertikal ditengah lapisan yang ditinjau
terhadap tekanan pondasi
e0 = Angka pori
Tv . H t2
(2.33)
Cv
Gambar 2.19 Variasi Kondisi Kelebihan Tekanan Air pada Pori Awal
a) Kondisi Drainasi Dobel
b) Kondisi Drainasi Tunggal
Nilai-nilai faktor wakru (Tv) untuk persen penurunan konsolidasi (U) ratarata yang didasarkan pada teori konsolidasi satu dimensi Terzaghi, ditunjukkan
dalam (Table 2.9) Nilai-nilai dalam tabel tersebut dipakai untuk kondisi drainasi
dobel dan drainasi tunggal.
Tabel 2.9 Hubungan Faktor (Tv) dan Derajat Konsolidasi (U)
U%
Tv
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
0,008
0,031
0,071
0,126
0,197
0,287
0,403
0,567
0,848
dimana : K
Ep
Es
Eb
Hubungan penurunan antara tiang tunggal dan kelompok tiang sebagai berikut:
Sg
S
4 B 32 ................................................................................(2.38)
B 4 2
Qa
Qu
...................(2.39)
2,5
Qa
Qu
......................(2.40)
2
air biasanya terjadi pada struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan
tanah, seperti dinding penahan tanah, terowongan atau ruang bawah tanah
(basement). Struktur tersebut perlu dirancang untuk menahan tekanan tanah
lateral. Jika struktur-struktur ini tenggelam sebagian atau seluruhnya di dalam air,
maka perlu juga diperhitungkan tekanan hidrostatis dari air pada struktur.
Poulus (2000) berdasarkan Horokoshi dan Randolph (1996) mengajukan
sebuah usulan desain yang ekonomis pada pondasi tiangrakit, dimana tiang harus
didistribusikan pada daerah tengah rakit dengan persentase area sebesar 16-25%
dari luas permukaan rakit. Disamping itu, tiang harus didesain agar dapat
menahan 40-70% dari beban rencana. Dengan demikian beban yang bekerja pada
pondasi harus bisa ditahan oleh daya dukung ijin salah satu sistem dari sistem
gabungan pondasi pile-raft tersebut, baik oleh pondasi pile atau pondasi raft
(Natasya. Bianca : 2011).
Tabel 2.11 Beban Pondasi
Beban
Meliputi