Mediko Legal2001 bs2
Mediko Legal2001 bs2
MEDIKO-LEGAL
Budi Sampurna
PROFESI KEDOKTERAN
SUMPAH HIPOKRATES :
LARANGAN-LARANGAN
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
(Hindari perbuatan amoral / non standar)
UTAMAKAN
KEBEBASAN PROFESI
RAHASIA KEDOKTERAN
ETIKA KEDOKTERAN
BENEFICENCE :
mengutamakan kepentingan pasien
AUTONOMY :
menghormati hak pasien dalam memutuskan
NON MALEFICENCE :
tidak memperburuk keadaan pasien
JUSTICE :
tidak mendiskriminasikan pasien, apapun
dasarnya
PIDANA
vs
Individu vs Publik
Publik diwakili
Penyidik, Penuntut
Umum
Pembuktian : P.U.
Penengah : Hakim,
sistem Juri
UU : KUHP, KUHAP, dll
Kebenaran materiel
Kepastian : beyond
reasonable doubt
Sanksi : Mati, SH,
Penjara, Sita, Denda
PERDATA
Individu vs Individu
Dapat diwakili
pengacara
Pembuktian :
penggugat
Penengah : hakim
UU : KUHPer, KUHD,
UU PT, dll
Kebenaran formil
Kepastian :
preponde-rance of
evidences
Sanksi : Ganti rugi,
Prosedur mediko-legal
Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau
prosedur penatalaksanaan dan berbagai
aspek yang berkaitan pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum.
Secara garis besar prosedur mediko-legal
mengacu kepada peraturan
perundangundangan yang berlaku di
Indonesia, dan pada beberapa bidang juga
mengacu kepada sumpah dokter dan etika
kedokteran
LINGKUP
PROSEDUR MEDIKO-LEGAL
DASAR PENGADAAN
VISUM ET REPERTUM
(masa penyidikan)
WEWENANG PENYIDIK
TERTULIS (RESMI)
TERHADAP KORBAN, BUKAN TERSANGKA
ADA DUGAAN AKIBAT PERISTIWA PIDANA
BILA MAYAT :
IDENTITAS PADA LABEL
JENIS PEMERIKSAAN YANG DIMINTA
DITUJUKAN KEPADA :
AHLI
KEDOKTERAN FORENSIK
DOKTER DI RUMAH SAKIT
PEMERIKSAAN MAYAT
UNTUK PERADILAN
PASAL 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan,
diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah
PERMINTAAN SEBAGAI
SAKSI AHLI (masa persidangan)
PASAL 179 (1) KUHAP :
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan
PASAL 224 KUHP :
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau
juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan
undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam : dalam perkara pidana, dengan
penjara paling lama sembilan bulan.
PEMERIKSAAN TERSANGKA
PASAL 66 KUHAP
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani
kewajiban pembuktian
PASAL 37 KUHAP
(2) Pada waktu menangkap tersangka atau dalam
hal tersangka sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang
menggeledah pakaian dan atau menggeledah
badan tersangka.
PASAL 53 UU KESEHATAN
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan
pembuktian, dapat melakukan tindakan medis
terhadap seseorang dengan memperhatikan
kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan
KETERANGAN AHLI
KETERANGAN AHLI
DIBERIKAN SECARA LISAN
PASAL 186
Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan.
PENJELASAN PASAL 186
Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan
pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau
penuntut umum yang dituangkan dalam suatu
bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu menerima jabatan atau
pekerjaan (BAP saksi ahli).
ALAT BUKTI SAH KETERANGAN AHLI
KETERANGAN AHLI
DIBERIKAN SECARA TERTULIS
PASAL 187 KUHAP
Surat sebagaimana tesebut pada pasal 184 ayat
(1) huruf c , dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah :
(c) surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
yang diminta secara resmi dari padanya;
ALAT BUKTI SAH SURAT
PEJABAT YG BERWENANG
MEMINTA VISUM ET REPERTUM
PASAL 11 KUHAP :
PENYIDIK PEMBANTU MEMPUNYAI WEWENANG
SEPERTI TERSEBUT DALAM PASAL 7 (1),
KECUALI MENGENAI PENAHANAN YANG WAJIB
DIBERIKAN DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG
DARI PENYIDIK.
MENDATANGKAN AHLI ATAU MEMINTA VISUM
ET REPERTUM BOLEH DILAKUKAN PENYIDIK
PEMBANTU.
PP NO 27 TAHUN 1983
PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik adalah :
a.Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat
PembantuLetnanDua polisi (Ajun Inspektur Dua)
PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik pembantu adalah :
a.Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurangkurangnya berpangkat Sersan Dua polisi;
b.Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya
berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau
yang disamakan dengan itu.
ARTINYA :
TIDAK SEMUA POLISI BERPANGKAT PELDA KE
ATAS ADALAH PENYIDIK
TIDAK SEMUA POLISI BERPANGKAT SERSAN
ADALAH PENYIDIK PEMBANTU
SETIAP KAPOLSEK PASTI PENYIDIK
JENDERAL
KOMISARIS JENDERAL
INSPEKTUR JENDERAL
BRIGADIR JENDERAL
KOMISARIS BESAR
AJUN KOMISARIS BESAR
KOMISARIS
AJUN KOMISARIS
INSPEKTUR SATU
INSPEKTUR DUA
DALAM PRAKTEK :
KETENTUAN LAIN
VER KORBAN HIDUP
AUTOPSI
TERDAPAT 3 JENIS AUTOPSI :
AUTOPSI ANATOMIS :
UNTUK PENDIDIKAN MAHASISWA KEDOKTERAN.
DASAR : UU KESEHATAN
AUTOPSI KLINIS :
UNTUK KEPENTINGAN DIAGNOSIS AKHIR
CARA KEMATIAN : NATURAL (SAKIT)
DASAR : KESEPAKATAN (HK. PERDATA)
AUTOPSI FORENSIK :
UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN
CARA & SEBAB KEMATIAN : BELUM DIKETAHUI
DASAR : KUHAP (HK. PIDANA)
AUTOPSI FORENSIK
PASAL 134 KUHAP
(1)Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk
keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
(2)Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib
menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud
dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tsb.
(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada
tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
BAGAIMANA DENGAN
PEMERIKSAAN FORENSIK BAGI
KORBAN HIDUP?
RAHASIA KEDOKTERAN
dokter
b. dokter gigi
c. apoteker
d. sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan
TERIMA KASIH
DAN INGATLAH SELALU :