Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEKNOLOGI PENYIARAN

Disusun oleh :
Agung Irawan (01514143630)
Zahara Dianti Harahap (01514143607)
Ardhyan Nurswadana (01514143611)
Khulafa Pinta Winastya (01514143620)
Inza Maliana (01514143596)

Manarita B

SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA MMTC


YOGYAKARTA
2016

Kata Pengantar

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat tiada tara kepada
hamba-hambanya serta nikmat jasmani dan ruhani sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar serta tidak menemui hal-hal yang dapat menghambat
penyelesaian makalah ini. Sebagai salah satu syarat mata kuliah Teknologi
Penyiaran. Makalah ini di buat dengan tujuan sebagai bahan pembelajaran serta
bahan kajian pada mata kuliah Teknologi Penyiaran. Terimakasih sebesar-besarnya
penulis ucapkan kepada Bapak dosen pengampu Pak Herry Abdul Hakim yang telah
memberikan tugas serta telah memberi berbagai pengetahuan baru sehingga
wawasan serta pengetahuan penulis dapat bertambah luas serta dapat terasa
manfaat adanya mata kuliah Teknologi Penyiaran. Akhirnya saya berterima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga atas kontribusinya makalah
ini dapat terselesaikan.

Yogyakarta, 17 Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

iii

BAB I

BAB II
BAB III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan.....................................................................................

1
1
2

PEMBAHASAN............................................................................

PENUTUPAN
A. Simpulan...................................................................................
B. Saran.........................................................................................

11
11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah perkembangan Penyiaran di Indonesia baik Penyiaran Radio ataupun
Televisi yang bermula dari penjajah Bangsa Indonesia dan berkembang dari masa
ke masa dengan berbagai kemajuannya. Akan tetapi kedua penyiaran ini tetap
terpengaruhi oleh keadan sosial dan politik keadaan Bangsa Indonesia.
perkembangan dari masa ke masa yang bermula dari kesederhanaan hingga apa
adanya saat ini. Perkembangan dari tahun pertahun yang berpegang dari
keputusan-keputusan dari pemerintah, menyebabkan perkembangan Penyiaran
Radio maupun Televisi dari siaran yang awalnya hanya dikuasai Pemerintah hingga
bermunculan media siaran swasta.
Sistem Penyiaran Radio yang diliputi oleh tiga unsur yaitu studio, transmitter,
dan pesawat penerima. Ketiga unsur ini kemudian disebut sebagai trilogi penyiaran.
Sedangkan Sistem Penyiaran Televisi yang meliputi kelima unsur yang telah
dipaparkan di atas, yaitu : Pertama, Undang-undang penyiaran yang akhirnya lahir
pada 2002 memuat pasal-pasal yang mendorong terjadinya demokratisasi
penyiaran. Pertama-tama, UU memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah
Lembaga Pengatur Penyiaran Independen. Kedua, sistem penyiaran televisi tidak
lagi berpusat di Jakarta. UU penyiaran mengusung gagasan desentralisasi
penyiaran televisi, di mana tidak lagi dikenal adanya stasiun televisi nasional yang
mampu menjangkau penonton di seluruh Indonesia secara langsung dari Jakarta.
Ketiga, izin penyiaran diberikan melalui proses terbuka dan melibatkan publik. Bila
dimasa. Keempat, TVRI dan RRI yang semula adalah lembaga penyiaran
pemerintah diubah statusnya menjadi lembaga penyiaran publik. Kelima, UU
penyiaran memperkenalkan kehadiran lembaga penyiaran komunitas (LPK).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Perkembangan Televisi Digital ?
2. Seperti apa Perbedaan Televisi Analog Dengan Televisi Digital ?
3. Bagaimana Transisi TV analog ke TV digital ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Televisi Digital

2. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan TV Digital


3. Mengetahui dampak yang timbul akibat adanya sistem siaran televisi digital di
indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Televisi Digital


Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) atau penyiaran digital
adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk
menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. TV Digital bukan berarti
pesawat televisinya yang digital, namun lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah
sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital
Broadcasting). Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu:
standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3)
dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV digital memiliki resolusi yang jauh lebih
tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warnawarna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki
jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan.

2.2 Perbedaan Televisi Analog Dengan Televisi Digital


Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan
digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog,
semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan
gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran
gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat
diterima lagi. Perbedaan TV Digital dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim
tranmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia, masih menggunakan sistim
analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier,
Sedangkan pada Pada sistim digital, data gambar atau suara dikodekan dalam
mode digital (diskret) baru di pancarkan.
Orang awam pun dapat membedakan dengan mudah, jika TV analog
signalnya lemah (semisal problem pada antena) maka gambar yang diterima akan
banyak semut tetapi jika TV Digital yang terjadi adalah bukan semut melainkan
gambar yang lengket seperti kalau kita menonton VCD yang rusak. Kualitas Digital
jadi lebih bagus, karena dengan Format digital banyak hal dipermudah. Siaran TV
Satelit Dulu memakai Analog. Sekarang sudah banyak yang digital. Tidak semua TV
satelit memakai sistim Digital. Di beberapa satelit Arab banyak yang memakai mode
analog.

Sebenarnya untuk menerima siaran digital untuk TV yang analog tidaklah terlalu
mahal. Receiver ini hanya tinggal pasang antena dan kemudian AV nya colokkan ke
TV. Untuk siaran TV satelit namanya DVB-S (Digital Video Broadcasting Satelite).
Sedangkan untuk di daratan namanya DVB-T(Digital Video Broadcasting
Terresterial) Jika anda melihat Indosiar atau Metro TV atau RCTI melalui satelit anda

bisa melihat siaran TV Digital. Tidak Harus plasma, Tidak harus HD, karena stasiun
TV Nasional masih memakai SDTV meskipun mereka memancarkan secara digital
lewat satelit Dengan memakai TV 14 inchi yang paling murahpun anda bisa
menonton TV digital. Sedangkan jika anda membeli TV LCD, hampir semua bisa
menerima signal Digital tanpa alat tambahan karena sudah dilengkapi dengan
receiver digital.
2.3 Transisi TV analog ke TV digital
Transisi dari pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi digital membutuhkan
penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran televisi. Agar dapat
menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV digital.
Namun, jika ingin tetap menggunakan pesawat penerima televisi analog, penyiaran
digital dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut rangkaian konverter (Set
Top Box). Sinyal siaran digital diubah oleh rangkaian konverter menjadi sinyal
analog, dengan demikian pengguna pesawat penerima televisi analog tetap bisa
menikmati siaran televisi digital. Dengan cara ini secara perlahan-lahan akan beralih
ke teknologi siaran TV digital tanpa terputus layanan siaran yang digunakan selama
ini.
Proses transisi yang berjalan secara perlahan dapat meminimalkan risiko kerugian
terutama yang dihadapi oleh operator televisi dan masyarakat. Resiko tersebut
antara lain berupa informasi mengenai program siaran dan perangkat tambahan
yang harus dipasang tersebut. Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi
analognya menjadi televisi digital, masyarakat menerima siaran analog
dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi
operator
televisi,
risiko
kerugian
berasal
dari
biaya
membangun infrastruktur televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal
dibandingkan dengan membangun infrastruktur televisi analog. Operator televisi
dapat memanfaatkan infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini
seperti studio, bangunan, sumber daya manusia dan lain sebagainya.
Apabila operator televisi dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara
TV digital. Penerapan pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada akhirnya
menyebabkan operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Di
kemudian hari, penyelenggara penyiaran televisi digital dapat dibedakan ke dalam
dua posisi yaitu menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi.
Televisi set dengan hanya tuner analog tidak bisa decode transmisi digital. Ketika
penyiaran analog melalui udara berhenti, pengguna set dengan analog-hanya tuner
dapat menggunakan sumber pemrograman (misalnya kabel, perekam) atau dapat
membeli set-top box konverter untuk mendengarkan sinyal digital. Di Amerika
Serikat, kupon yang disponsori pemerintah yang tersedia untuk meringankan biaya

sebuah kotak konverter eksternal. Switch off-analog (penuh daya stasiun)


berlangsung pada tanggal 12 Juni 2009 di Amerika Serikat, 24 Juli 2011 di Jepang,
31 Agustus 2011 di Kanada, 13 Februari 2012 di Negara-negara Arab, dan
dijadwalkan untuk 24 Oktober 2012 di Inggris dan Irlandia, pada tahun 2013 di
Australia, pada tahun 2015 di Filipina dan Uruguay, pada 2017 di Kosta Rika dan
pada 2018 di Indonesia.

Industri televisi Indonesia sudah


dimulai
sejak
tahun 1962 dimulai
dengan
pengiriman teleks dari Presiden Soekarno yang berada di Wina kepada Menteri
Penerangan Maladipada 23 Oktober 1961. Presiden Soekarno memerintah Maladi
untuk segera mempersiapkan proyek televisi. TVRI adalah stasiun televisi pertama
yang berdiri di Indonesia.
TVRI melakukan siaran percobaan pada 17 Agustus 1962 dengan pemancar
cadangan berkekuatan 100 watt. TVRI mengudara untuk pertama kali tanggal 24
Agustus 1962 dalam acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV
dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sejak saat itu dirintis pembangunan stasiun
televisi daerah pada akhir tahun 1964. Kemudian dibentuk stasiun-stasiun produksi
keliling (SPK) tahun 1977 sebagai bagian produksi dan merekam paket acara untuk
dikirim dan disiarkan melalui stasiun pusat TVRI Jakarta di beberapa ibu
kota provinsi. Konsep SPK diadopsi oleh beberapa stasiun televisi swasta
berjaringan tahun 1990-an. Televisi swasta menggunakan kanal frekuensi ultra tinggi
(UHF) dengan lebar pita untuk satu program siaran sebesar 8 MHz.
Migrasi dari sistem penyiaran analog ke digital menjadi tuntutan teknologi secara
internasional. Aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran televisi mulai
dikembangkan di pertengahan tahun 1990-an. Uji coba penyiaran televisi digital
dilakukan pada tahun 2000 dengan pengoperasian sistem digital dilakukan
bersamaan dengan siaran analog sebagai masa transisi.

Tahun 2006, beberapa pelaku bisnis pertelevisian Indonesia melakukan uji coba
siaran televisi digital. PT Super Save Elektronik melakukan uji coba siaran digital
bulan April-Mei 2006 di saluran 27 UHF dengan format DMB-T (Cina)
sementara TVRI/RCTI melakukan uji coba siaran digital bulan Juli-Oktober 2006 di
saluran 34 UHF dengan format DVB-T. Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor:07/P/M.KOMINFO/3/2007
tanggal 21
Maret 2007 tentang
Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia
menetapkan DVB-T ditetapkan sebagai standar penyiaran televisi digital teresterial
tidak bergerak.
Stasiun-stasiun televisi swasta memanfaatkan teknologi digital pada sistem
penyiaran terutama pada sistem perangkat studio untuk memproduksi, mengedit,

merekam, dan menyimpan program. Sementara itu penyelenggara televisi digital


memanfaatkan spektrum dalam jumlah besar, di mana menggunakan lebih dari satu
kanal transmisi. Penyelenggara berperan sebagai operator jaringan dengan
mentransmisikan program stasiun televisi lain secara terestrial menjadi satu paket
layanan. Pengiriman sinyal gambar, suara, dan data oleh penyelenggara televisi
digital memakai sistem transmisi digital dengan satelit atau yang biasa disebut
sebagai siaran TV berlangganan.
TVRI telah melakukan peluncuran siaran televisi digital pertama kali di Indonesia
pada 13 Agustus 2008. Pelaksanaan dalam skala yang lebih luas dan melibatkan
televisi swasta dapat dilakukan di bulan Maret 2009 dan dipancarkan dari salah satu
menara pemancar televisi di Joglo, Jakarta Barat. Sistem penyiaran digital di
Indonesia mengadopsi sistem penyiaran video digital standar internasional (DVB)
yang dikompresi memakai MPEG-2 dan dipancarkan secara terestrial (DVB-T) pada
kanal UHF (di Jakarta di kanal 40, 42, 44 dan 46 UHF) serta berkonsep gratis untuk
mengudara. Penerimaan sinyal digital mengharuskan pengguna di rumah untuk
menambah kotak konverter hingga pada nantinya berlangsung produksi massal TV
digital yang bisa menangkap siaran DVB-T tanpa perlu tambahan kotak konverter.
Selain siaran DVB-T untuk pengguna rumah, dilakukan uji coba siaran video digital
berperangkat genggam (DVB-H). Siaran DVB-H menggunakan kanal 24 dan 26 UHF
dan dapat diterima oleh perangkat genggam berupa telepon seluler khusus.
Keutamaan DVB-H adalah sifat siaran yang kompatibel dengan layar telepon seluler,
berteknologi khusus untuk menghemat baterai, dan tahan terhadap gangguan
selama perangkat sedang bergerak. Jaringan DVB-H di Indonesia dipercayakan
kepada jaringan Nokia-Siemens.
Departemen Komunikasi dan Informasi merencakan untuk mengeluarkan lisensi
penyiaran digital pada akhir tahun 2009 bersamaan dengan penghentian pemberian
izin untuk siaran televisi analog secara bertahap. Pemerintah telah menetapkan
peserta yang mendapat izin frekuensi sementara untuk menyelenggarakan uji coba
DVB-T dan DVB-H di Jakarta yaitu :

Untuk DVB-T

Lembaga Penyiaran Publik TVRI


Konsorsium
TV
Digital
(KTDI): SCTV, ANTV, TransTV, Trans7, TV One, Metro TV
Untuk DVB-H

Telkom Tbk (Telkomsel dan TELKOMVision)

Indonesia

STC

Mobily (didukung oleh TV grup Emtek: SCTV, Indosiar, O Channel)

Mobile-8
Telecom Tbk
RCTI, Global, TPI)

(didukung

oleh

TV

grup MNC:

Perangkat penerima yang akan mendukung uji coba siaran digital di Indonesia
adalah Polytron dengan produk TV digital dan kotak konverter. Polytron akan
mengeluarkan TV digital berukuran 21 inchi dan 29 inchi dengan harga yang dapat
dijangkau masyarakat.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan TV Digital


a. Kelebihan TV Digital
Siaran menggunakan sistem digital memiliki ketahanan terhadap gangguan dan
mudah untuk diperbaiki kode digitalnya melalui kode koreksi error. Akibatnya adalah
kualitas gambar dan suara yang jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi dibandingkan
siaran televisi analog. Selain itu siaran televisi digital dapat menggunakan daya yang
rendah.
Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien sehingga
saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM yang
bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi dari teknologi analog menuju
teknologi digital memiliki konsekuensi berupa tersedianya saluran siaran televisi
yang lebih banyak. Siaran berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya
keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru. Penyelenggara
televisi

digital

berperan

sebagaioperator penyelenggara jaringan televisi

digital

sementara program siaran disediakan oleh operator lain. Bentuk penyelenggaraan


sistem

penyiaran

televisi

pemanfaatan kanal ataupun

digital
teknologi

mengalami
jasa

perubahan

pelayanannya.

dari

Terjadi

segi

efisiensi

penggunaan kanal frekuensi berupa pemakaian satu kanal frekuensi untuk 4 hingga
6 program.
Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi analog
dan sistem penerimaan televisi bergerak. TV Digital memiliki fungsi interaktif di mana
pengguna dapat menggunakannya seperti internet. Sistem siaran televisi digital DVB
mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan jalur kembali antara IRD dan operator

melalui

modul

Sistem

Manajemen

memerlukan modem,jaringan telepon atau

Subscriber.
jalur

Jalur

kembali televisi

tersebut
kabel,

maupun satelit untuk mengirimkan sinyal balik kepada pengguna seperti pada
aplikasi penghitungan suara melalui televisi. Ada beberapa spesifikasi yang telah
dikembangkan, antara lain melalui jaringan telepon tetap (PSTN) dan jaringan
berlayanan digital terintegrasi (ISDN). Selain itu juga dikembangkan solusi
komprehensif

untuk interaksi melalui

jaringan CATV, HFC,

sistem terestrial,

SMATV, LDMS, VSAT, DECT, dan GSM.

b. Kekurangan TV Digital
Tentu saja, seperti apa pun TV digital memiliki beberapa kekurangan jika
dibandingkan dengan TV analog. Kerugian terbesar adalah TV analog dapat
memberikan sinyal yang lebih kohesif melalui jarak yang lebih besar daripada sinyal
digital yang setara. Dengan kata lain, ketika Anda mendapatkan lebih jauh dari
sumber transmisi sinyal TV analog, gambar dan suara mendapatkan fuzzier tapi
masih dapat dimengerti. Ketika Anda mendapatkan lebih jauh dari sumber sinyal
digital transmisi masih memudar, tetapi Anda tidak akan melihat adanya penurunan
kualitas gambar sampai tiba-tiba menjadi lemah dan menghilang untuk bersamasama. Hal ini berarti bahwa banyak orang yang tahan dengan fuzzy melalui udara
TV analog mungkin tidak akan dapat menerima sinyal digital siaran dari lokasi yang
sama dan pada kekuatan yang sama. Ini saja bisa membuat antena atap yang besar
dari pertengahan abad kedua puluh jauh lebih populer lagi.
Masalah besar lainnya adalah TV digital TV tuner digital diperlukan untuk menonton
dan perangkat keras ini tidak terpadu dengan TV yang lebih tua (atau banyak baru
yang baik, dalam hal ini!). Ini berarti bahwa untuk menonton TV melalui udara
setelah 19 Februari 2009, siapapun dengan hanya analog televisi baik harus
membeli TV baru atau mendapatkan set top box khusus yang berisi digital tuner dan
dapat mengubah sinyal digital menjadi sebuah sinyal analog TV yang dapat
mengerti.
Dan di sanalah politik dan keuntungan dan kerugian ekonomi ikut bermain! TV
berdiri pabrik elektronik untuk membuat banyak uang karena konversi ini semua lagi
karena mereka terus hanya menjual TV analog bahkan setelah mereka tahu
konversi sudah dekat.

2.4 Dampak Yang Timbul Akibat Adanya Sistem Siaran Televisi Digital Di
Indonesia

Saat ini populasi pesawat televisi tidak kurang dari 40 juta unit, dengan
pemirsa lebih dari 200 juta orang, jauh lebih banyak dibandingkan dengan komputer,
misalnya, yang hanya sekitar 5,9 juta unit. Terlihat bahwa penggemar televisi begitu
banyak di Indonesia .Kemunculan televisi digital di indonesia harus dipikirkan
dampak dan konsekuensinya karena selama ini masih banyak masyarakat yang
menggunakan dan terbiasa dengan televisi telivisi analog. Sedikit ketidaknyamanan
yang mau tidak mau harus diterima dengan peralihan ke TV digital ini adalah :
Perlunya pesawat TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang
harganya bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang
besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia masih
menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi digital ini
dapat mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah ada. Karenanya hal ini
mewajibkan Pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci kepada masyarakat.
Mahalnya perangkat transmisi dan operasional broadcast berbasis tehnologi digital
merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia.
Bagaimanapun untuk bisa menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar
memang harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi
frekuensi secara digital. Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja dengan
tingkat persaingan antar sesama radio dan televisi swasta nasional saja sudah
sangat berat, apalagi untuk harus mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan
untuk digunakan bagi digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi, stasiun televisi
harus siaran multicast atau operasional di dua saluran secara paralel: analog dan
digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat
membeli televisi digital.
Sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital, karena diperlukan tambahan
proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di
penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan
TV Analog. Ketika TV analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV Digital
masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
Bagaimana soal akses pada jaringan media serta kondisi sistem akses itu sendiri.
Persoalan seperti pengaturan decoder TV digital maupun content media menjadi
layak kaji dalam hal ini. Dan akses pada spektrum frekuensi
Bagaimanapun pada era penyiaran digital telah terjadi konvergensi antarteknologi
penyiaran (broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT).
Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu
media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun
menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka
Terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital, yang
memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka
peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan

dapat memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam
industri penyiaran ini.
Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di
bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia,
industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk
menghidupkan ekonomi masyarakat.
Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk
mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam penyiarannya
memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya.
Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan
berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada pada anak anak. Sistem
penyiaran TV Digital penggunaan apliksi teknologi digital pada sistem penyiaran TV
yang dikembangkan di pertengahan tahun 90an dan diujicobakan pada tahun 2000.
Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara
bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem
tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling
ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.
Dampak Positif dan Negatif Siaran Televisi Digital :
a. Dampak Positif
Banyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV
digital antara lain:
Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
Pengurangan terhadap efek noise,
Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya
di mobil, bus, maupun kereta api).
Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket,
dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.
b. Dampak Negatif
Disamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi
dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi
yang akan digunakan,

Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun


kontennya.
Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru,
selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri
infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting
seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah
menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah
habis.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Simpulan
Tidak dipungkiri bahwa sekilas tampak pemerintahlah yang paling banyak
memperoleh digital deviden dari migrasi ini, yaitu semakin banyaknya alokasi
frekuensi yang dapat dijual kepada para pelaku bisnis penyiaran TV. Sementara
para pelaku bisnis dari kalangan swasta seolah harus puas menghadapi digital
consequent nya, tanpa bisa berbuat banyak demi menjaga kesempatan untuk tetap
berbisnis di bidang ini. Namun bila lebih jauh dipelajari, sebenarnya proses migrasi
ini dapat memberikan deviden bagi seluruh stakeholder. Hal ini sangat tergantung
dari kesiapan masing-masing pihak dalam menyikapinya. Selain pemerintah,
beberapa pihak telah melakukan persiapan menghadapi migrasi ini. Para pelaku
industri penyiaran, dalam hal ini industri radio dan televisilah yang paling banyak
terlihat melakukan persiapan. Industri penyiaran TV telah melakukan ujicoba siaran
digital melalui pembentukan konsorsium TV digital yang khusus disiapkan untuk
menyesuaikan diri dengan model bisnis TV digital. Ini juga mengawali satu era
dimana Diversity of Ownership telah dapat mulai diposisikan kembali secara
proposional, walau belum optimal.
3.2 Saran
Bagaimanapun pada era penyiaran digital telah terjadi konvergensi antarteknologi
penyiaran (broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT).
Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu
media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun
menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka. Mengingat karakter
masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan dengan tingkat pendidikan yang

sangat beragam, diperlukan tuntunan kepada masyarakat bagaimana memilih


program yang benar. Untuk itu, diperlukan broadcaster yang bertanggung jawab dan
adanya lembaga pengawas konten yang berwibawa.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tvdigitaljogja.tv/2013/04/digital-video-broadcast-dvb-t-dan-dvb-t2.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_digital
http://arifputranto.blogspot.co.id/2012/04/televisi-analog-dan-televisi-digital.html

Anda mungkin juga menyukai