REPRO2013 Skillslab
REPRO2013 Skillslab
Penyusun
Adril Arsyad Hakim
Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
M. Rusda
M. Fidel Ganis Siregar
Cut Aria Arina
Iqbal Pahlevi Nasution
Hidayat S
Almaycano Ginting
Halomoan Hutagalung
Yoan Carolina P
Deri Edianto
Cut Adeya Adella
Riza Rivanni
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
II. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Reproductive System ini,
mahasiswa dapat terampil melakukan History taking obstetri dan ginekologi,
Pemeriksaan obstetrik, Pemeriksaan ginekologis, History taking kelainan payudara
persalinan normal, Pemeriksaan paps smear dan pemeriksaan apusan vagina,dan
Pemeriksaan fisik payudara.
2. TUJUAN KHUSUS
2.1. Mahasiswa mampu melakukan Anamnesis Obstetri dan ginekologi
2.2. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Obstetrik
2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Ginekologi
2.4 Mahasiswa mampu melakukan history taking kelainan Payudara
2.5. Mahasiswa mampu melakukan Persalinan Normal Kala I s.d IV
2.6 Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Paps mear dan pemeriksaan apusan
vagina
2.7. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan fisik payudara
SL.III. RS .1
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN (HISTORY TAKING) OBSTETRI
& GINEKOLOGI
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Adella, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
PENGERTIAN
Dengan berkomunikasi yang terampil, riwayat pasien yang lengkap sudah harus
didapatkan pada kunjungan pertama pasien. Bersamaan dengan hasil pemeriksaan fisik
komunikasi untuk mendapatkan informasi yang optimal akan memberikan landasan pada
seorang dokter untuk merencanakan pertanyaan prenatal lebih lanjut secara individual
selama kehamilan pada kasus obstetri dan penanganan selanjutnya pada kasus
ginekologis.
Pasien dengan komplikasi kehamilan dan persalinan atau kelainan ginekologis
biasanya juga mengalami gangguan psikis atau ketegangan jiwa, sehingga sulit untuk
berkomunikasi. Pada keadaan seperti ini harus di upayakan untuk segera menciptakan
hubungan atau komunikasi yang positif untuk mengurangi kecemasan pasien sehingga
pasien merasa sangat diperhatikan.
Terkadang pasien akan kesulitan (terutama bila ada unsur kesenjangan) untuk
menjawab atau menjelaskan faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab suatu
komplikasi. Dalam hal ini seorang dokter perlu menjelaskan secara rinci tentang kaitan
informasi yang diinginkan dengan rencana tentang kaitan informasi yang diinginkan
dengan rencana penerangan selanjutnya.
Membina hubungan komunikasi yang baik antara pasien-dokter dengan dilandasi
rasa saling percaya di antara kedua belah pihak akan sangat membantu dalam
mendapatkan informasi yang diharapkan dalam upaya menegakkan diagnosa untuk
merencanakan penatalaksanaan selanjutnya terhadap pasien.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM :
Setelah selesai melakukan latihan ini mahasiswa diharapkan mampu menggali
dan bertukar informasi (verbal / non-verbal) dengan pasien / keluarga pasien,
kolega dan profesi lain.
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui kerangka history taking keadaan obstetri dan ginekologi baik
fisiologis maupun patologisnya.
2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya.
3. Menguraikan perjalanan penyakit (telaah) secara deskriptif dan kronologis.
4. Mendapatkan riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan keluhan.
5. Menelusuri adanya kelainan obstetri dan ginekologi
6. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan
sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter- pasien dan keluarganya.
III. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC, Wenstrom
KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw Hill; 2005.
3. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and infertility, 7th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
4. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2005.
5. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku acuan
nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI;
2001.
6. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2002.
7. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed. St. Louis;
1995.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
-
Meja 1 buah
Kursi 3 buah
Alat tulis
Pasien simulasi yang diperankan oleh mahasiswa
Naskah Skenario (diminta)
V. TEKNIK PELAKSANAAN
A. HISTORY TAKING OBSTETRI
I.
Perkenalan
1.
2.
3.
II.
Mengevaluasi Keluhan Utama
- Apakah keluhan ibu saat ini ? (sudah berapa lama ?)
Apakah saat ini ibu mengalami :
Mual-mual
Muntah
Pusing
Sering Meludah (hipersalivasi)
Apakah ibu ada masalah tentang :
Nafsu makan
Tidur
Miksi
Defekasi
Trauma Abdomen
- Riwayat Hamil Muda
Apakah ibu saat hamil muda mengalami :
Mual-mual
Muntah
Pusing
Sering meludah (hipersalivasi)
4. Riwayat Haid
Apakah sudah pernah haid? Jika ya :
Menarche pada umur berapa?
Siklus haid teratur atau tidak ?
Banyaknya darah yang keluar sewaktu haid, berapa kali ganti doek, apakah ada
gumpalan darah ? (normal: 60 cc/hari)
Lamanya haid (normal 120 jam)
Bagaimana warna darah haidnya? (merah kecoklatan)
Disertai rasa nyeri atau tidak?
Haid terakhir tanggal berapa, 3 bulan terakhir ?
Bila menopause, ditanyakan sudah berapa lama berhenti haidnya
5. Riwayat KB (bila ada)
Apa jenis KB yang dipakai
Lama pemakaian
Keluhan selama pemakaian
6. Riwayat Koitus (bila pasien infertil)
Frekuensi koitus
Nyeri saat koitus
IV. Dokumentasi
V. A LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING OBSTETRI
LANGKAH/TUGAS
I. Perkenalan
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk/berbaring
3. Menanyakan identitas ibu hamil dan suami berupa nama, umur,
agama, pekerjaan, pendidikan, suku/bangsa, pendapatan tiap
bulan dan alamat
II. Mengevaluasi Keluhan Utama
1. Menanyakan keluhan ibu saat ini (sudah berapa lama ?)
Apakah saat ini ibu mengalami :
Mual-mual
Muntah
Pusing
Sering meludah (hipersalivasi)
Apakah ibu ada masalah tentang :
Nafsu makan
Tidur
Miksi
Defekasi
Trauma abdomen
2. Menanyakan riwayat hamil muda
Apakah ibu saat hamil muda mengalami :
Mual-mual
PENGAMATAN
Ya
Tidak
Muntah
Pusing
Sering meludah (hipersalivasi)
Rawat inap karena hiperemesis
III. MENELUSURI RIWAYAT OBSTETRI
1. Menanyakan tentang riwayat penyakit umum :
Apakah ibu pernah menderita Asma (sesak nafas)?
Apakah ibu pernah menderita penyakit Jantung dan hipertensi,
kejang-kejang?
Apakah ibu pernah menderita penyakit diabetes ataukencing
manis?
Apakah ibu pernah menderita penyakit berat lainnya
2. Menanyakan berapa lama sudah menikah dan ini pernikahan
yang ke berapa
3. Menanyakan penggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan terakhir
dan jenis kontrasepsi yang digunakan (pil, suntik, implan, spiral,
dll)
4. Menanyakan tentang riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya :
Ini hamil keberapa ?
Pernah melahirkan berapa kali, jika ada tanyakan proses
kelahiran sebelumnya, ditolong oleh siapa, berat badan bayi,
dan kesehatan anak saat ini.
Pernah keguguran, berapa kali ?
Bila pernah keguguran tanyakan apakah dikuret atau tidak dan
apakah ada penanganan lebih lanjut (pemeriksaan laboratorium,
patologi anatomi dan terapi lanjutan)
5. Menanyakan hari pertama dari haid terakhir ibu
Nb : HPHT adalah hari pertama (tanggal dan bulan) ibu
mendapat haid pada siklus haid yang terakhir
Apakah haid ibu teratur ? (21-35 hari)
IV. Dokumentasi
1. Mencatat hasil komunikasi dalam formulir history taking
2. Menjelaskan anjuran selanjutnya.
Note : Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. Perkenalan
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk/berbaring
3. Menanyakan ibu dan suami berupa nama, umur, agama, pekerjaan,
pendidikan, suku/bangsa, pendapatan tiap bulan, alamat dan sudah
menikah atau belum.
Baunya bagaimana ?
Adakah disertai rasa gatal dan/atau nyeri ?
6. Miksi
Menanyakan adanya rasa nyeri waktu buang air kecil
Seberapa seringnya buang air kecil ?
Apakah buang air kecil tidak lancar atau tertahan
7. Defekasi
Menanyakan apakah ada kesulitan dalam buang air besar .
Apakah buang air besar disetai rasa nyeri ?
Apakah kotorannya encer, bercampur lendir, nanah atau
darah ?
Adakah keluarnya kotoran juga melalui kemaluan ?
8. Status gizi
Menanyakan apakah ada gangguan nafsu makan
Jika ya, apakah disertai dengan berat badan yang menurun.
III. Menelusuri Riwayat Penyakit Umum, Obstetri dan
Ginekologi
1. Riwayat Penyakit Umum
Menanyakan apakah pernah menderita penyakit berat,
TBC, jantung, ginjal, penyakit darah & DM
Menanyakan riwayat operasi non ginekologi, misalnya :
strumektomi, appendektomi, dll
Menanyakan riwayat pemakaian obat
2. Riwayat Obstetri/ Menanyakan paritas
Menanyakan apakah pernah keguguran, telah berapa kali
dan apakah dikuretase?
Menanyakan persalinan normal atau dengan tindakan.
3. Riwayat Ginekologi
Menanyakan riwayat operasi ginekologi, apakah pasien
pernah menderita penyakit kista, mioma ?
Menanyakan riwayat pemakaian obat (berkaitan dengan
penyakit kista atau mioma)
4. Riwayat Haid
Menanyakan apakah sudah pernah haid? Jika ya :
Menarche pada umur berapa?
Siklus haid teratur atau tidak ?
Banyaknya darah yang keluar sewaktu haid, berapa kali
ganti doek, apakah ada gumpalan darah ? (normal: 60
cc/hari)
Lamanya haid (normal 120 jam)
Bagaimana warna darah haidnya? (merah kecoklatan)
Disertai rasa nyeri atau tidak?
Haid terakhir tanggal berapa, 3 bulan terakhir ?
Bila menopause, ditanyakan sudah berapa lama berhenti
haidnya
5. Riwayat KB (bila ada)
Menanyakan jenis KB yang dipakai
Lama pemakaian
Keluhan selama pemakaian
6. Riwayat Koitus (bila pasien infertil)
Menanyakan frekuensi koitus
IV. Dokumentasi
1. Mencatat hasil komunikasi dalam formulir history taking
2. Menjelaskan anjuran selanjutnya.
C. STATUS OBSTETRI
D. STATUS GINEKOLOGI
IDENTITAS
Nama
:...............................................................................................
Umur
:................................................................................................
Agama
:...............................................................................................
Pekerjaan
: ..............................................................................................
Pendidikan
: .............................................................................................
Suku/Bangsa
: ...............................................................................................
Pendapatan/Bln
: ...............................................................................................
Alamat
: ..............................................................................................
Status
ANAMNESA
A. KELUHAN UTAMA :
Telaah
I.
A. PERDARAHAN
- Banyaknya : .......... doek/hari
- Lamanya : .................. hari
- Warna : .............................
B. NYERI
- Nyeri di bagian mana : ...............
- Sifat nyeri : .................................
10
III.
UMUR
DITOLONG
Aterm/Prematur/Abortus
SEKARANG
OLEH
KETERANGAN
D. RIWAYAT HAID
- Menarche : .................
- Siklus Haid : teratur / tidak teratur
- Banyaknya : ................ doek / hari
- Lamanya : ................... hari
F. RIWAYAT PERNIKAHAN
- Kawin : ........................... kali
11
12
13
SL.III.RS.2
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN IBU HAMIL CARA LEOPOLD
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Adella, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan dasar obstetri pada umumnya adalah pemeriksaan /
perawatan prenatal, pemeriksaan panggul, palpasi dan auskultasi.
Pemeriksaan prenatal berfokus pada hal-hal penting yang harus segera
dikenali dan perubahan kondisi sesuai bertambahnya usia kehamilan.
Pemeriksaan panggul bertujuan untuk mengetahui luas pintu atas panggul
(PAP) dan penggolongan jenis panggul. Sedangkan palpasi dan auskultasi
bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, presentasi, jumlah bayi,
kondisi bayi dan kesesuaian dengan jalan lahir.
Pemeriksaan palpasi yang dilakukan untuk seorang ibu hamil adalah
pemeriksan dengan cara Leopold. Dengan pemeriksaan palpasi pada ibu
hamil di atas usia kehamilan 20 minggu secara leopold ini dapat kita
tentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU).
Konsep pelayanan kesehatan prakehamilan telah ditegakkan, dan idealnya,
perawatan prenatal harus merupakan lanjutan dari misalnya program
pengawasan dokter untuk wanita.
Akses keperawatan prenatal sangat penting. Kebanyakan layanan perawatan
prenatal dilakukan diluar rumah sakit. Pembuatan mata rantai antara tempat
praktek dokter pribadi, klinik masyarakat, dan rumah sakit penting untuk
memungkinkan akses pelayanan tambahan untuk pasien yang berisiko
tinggi. Pertalian ini juga diperlukan untuk transfer tepat waktu mengenai
informasi antenatal dan status risiko pasien untuk memastikan ketepatan
waktu melahirkan dan perawatan neonatus.
Gambar 1. Leopold I
14
Gambar 2. Leopold II
15
II. TUJUAN
II.1 TUJUAN UMUM:
Setelah selesai melakukan latihan pemeriksaan obstetrik ini
mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold dan menentukan
usia kehamilan (dalam minggu).
II. 2 TUJUAN KHUSUS :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan obstetri, yaitu :
1. Menentukan tinggi fundus uteri (Leopold I) dan usia
kehamilan
2. Menentukan letak punggung janin (Leopold II)
3. Menentukan bagian terbawah janin (Leopold III)
4. Menentukan berapa jauh bagian terbawah janin sudah
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) (Leopold IV)
Mengukur tinggi fundus uteri
- Dilakukan pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
- Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian
- Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur
- Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak
fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen
- Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen.
- Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah
tinggi fundus.
- Untuk kehamilan 20 hingga 32 minggu ekivalen dengan pengukuran
dalam centimeter (misal: hasil pengukuran 28 cm ekivalen dengan
usia kehamilan 28 minggu
II. RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
16
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.
7. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.
8. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
10.Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
11.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.
12.Disaia PJ, Creasman WT. Clinical gynecologic oncology, 7th ed. New
York: Mosby Elsevier; 2007.
13.Hankins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap III LC.
Operative obstetrics. Norwalk: Appleton & Lange; 1995.
14.Baziad A. Endokrinologi ginekologi, edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius; 2008.
15.DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
& treatment obstetrics & gynecology. New York: McGraw Hill; 2007
17
18
PENGAMATAN
Ya
Tidak
19
CARA
III.
20
CARA
CARA
CARA
21
SL.III. RS. 3
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adella, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
Sikap penderita wanita yang datang pada dokter agak berbeda dengan sikap
penderita pria, lebih-lebih apabila ia datang untuk keluhan ginekologik.
Seorang wanita yang mengajukan hal-hal yang berhubungan dengan alat
kelaminnya, cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kegelisahan,
rasa takut dan rasa malu.
Dalam menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada
pemeriksaan pertama kali, dari sang dokter sangat diperlukan pengertian
(sympathy), kesabaran, dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Waktu
dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya didampingi oleh seorang
pembantu wanita, misalnya seorang suster. Gadis muda belia dan anak kecil
perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya.
Simptomatologi penyakit-penyakit ginekologik untuk bagian terbesar
berkisar antara 3 gejala pokok, yaitu perdarahan, rasa nyeri dan
pembengkakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemeriksaan
ginekologik yang dilakukan adalah dalam upaya menemukan dan
menegakkan diagnosis kelainan ginekologis dari penderita tertentu.
II. TUJUAN KEGIATAN
II. 1 TUJUAN UMUM:
Setelah selesai melakukan latihan pemeriksaan ginekologi ini
mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan ginekologis.
II. 2 TUJUAN KHUSUS:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi yaitu :
1. Pemeriksaan abdomen bagian bawah dan lipat paha (groin)
2. Pemeriksaan genitalia luar
3. Pemeriksaan genitalia dalam dengan spekulum
4. Pemeriksaan bimanual
5. Pemeriksaan rektovaginal
III. RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
22
23
V. TEKNIK PELAKSANAAN
I. PERSIAPAN
1. Menyapa, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan pemeriksaan dan
meminta kesediaan pasien.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah abdomen dan
genitalnya
3. Meminta ibu untuk melepaskan pakaian dan membantu naik ke meja
pemeriksaan
4. Melakukan cuci tangan rutin.
II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN LIPAT
PAHA (GROIN)
1. Meminta ibu untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kedua
lengan di samping
2. Pemeriksa berada di sebelah kanan ibu.
3. Memperhatikan seluruh abdomen bagian bawah
4. Perhatikan apakah ada benjolan serta letak dan bentuk pusar
(umbilikus)
5. Perhatikan apakah terdapat warna yang tak biasa, parut (skar), guratan
(strecth mark) atau ruam dan lesi.
6. Palpasi semua area abdomen dengan menggunakan permukaan jarijari tangan secara lembut.
7. Mengidentifikasi adanya massa, daerah yang nyeri atau resistensi
otot.
8. Bila ada massa palpasi lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk,
konsistensi, nyeri (tenderness), mobilitas massa.
9. Jika terdapat nyeri, tentukan apakah ada nyeri lepas (rebound
tenderness).
10.Jika ada borok (ulkus) pemeriksa menggunakan sarung tangan
III. PEMERIKSAAN GENITALIA LUAR
1. Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan (stirrups).
Jika tidak ada dudukan, ibu dibantu menaruh kedua kakinya di tepi
luar ujung meja.
2. Tutupi bagian perut ibu dengan kain penutup (drape).
3. Pemeriksa berdiri menghadap ke arah genital penderita.
4. Menyalakan lampu/senter dan mengarahkannya ke daerah genital.
5. Pemeriksa kembali mencuci tangan secara rutin dan menggunakan
sarung tangan.
24
25
V. PEMERIKSAAN BIMANUAL
1. Basahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan yang akan
dimasukkan ke dalam vagina (pelvic hand) dengan air bersih.
2. Pisahkan labia dengan dua jari (jempol dan telunjuk) tangan kiri
(abdominal hand)
3. Sentuh dan tekan pintu vagina ke arah bawah sampai otot perineum
menjadi relaks/lemas, lalu masukkan ujung jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan (pelvic hand) ke dalam vagina dengan posisi
jari telunjuk di atas menyelusuri dasar vagina sampai menyentuh
serviks.
4. Rasakan panjang, ukuran dan bentuk serviks. Perhatikan posisi dan
konsistensinya
5. Menggerakkan serviks dengan lembut dari sisi satu ke sisi lain
diantara kedua jari. Perhatikan apakah ibu merasa sakit.
6. Dengan telapak menghadap ke atas, letakkan kedua jari di rongga
belakang serviks untuk meraba rahim.
7. Meletakkan tangan yang lain pada abdomen, di tengah antara pusar
dan tulang pubis.
8. Perlahan-lahan menggeser tangan pada abdomen ke arah simfisis
pubis dengan menekan ke bawah dan ke depan dengan telapak jarijari tangan. Pada saat yang sama, tekan ke atas dengan kedua jari
tangan yang berada dalam vagina, berusaha memerangkap rahim
diantara kedua tangan. Jika rahim tidak teraba, periksa apakah rahim
dalam posisi retrofleksi.
9. Mempalpasi uterus dan memeriksa :
- ukuran
- bentuk
- letak
- konsistensi
- mobilitas
- nyeri
10.Mencari ovarium dengan meletakkan jari-jari tangan yang ada dalam
vagina dengan ujung jari pada forniks lateral.
11.Menggerakkan tangan yang berada pada abdomen ke sisi yang sama
dan lateral terhadap rahim. Tekan dengan tangan yang di abdomen
dan menekan keatas dengan jari tangan yang berada di dalam.
Dengan lembut menggerakkan jari-jari kedua tangan dan
menggerakkan jari-jari ke arah simfisis pubis.
12.Menentukan ukuran, konsistensi, mobilitas ovarium.
13.Ulangi prosedur di atas untuk ovarium sisi lainnya.
14.Memeriksa ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas dan nyeri dari
massa yang ada dalam adneksa.
26
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. PERSIAPAN
1. Menjelaskan mengapa pemeriksaan dilakukan.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah
abdomen dan genitalnya.
3. Meminta ibu melepas pakaian, memakai baju
pasien dan membantunya naik ke meja periksa.
4. Mencuci tangan dengan air sabun sampai benarbenar bersih dan dikeringkan dengan kain bersih
dan kering atau dianginkan.
II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN GROIN
27
28
29
30
Ya = mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan.
31
SL.III. RS. 4
KETERAMPILAN KLINIK
HISTORY TAKING KELAINAN PAYUDARA
Emir Taris Pasaribu
I. PENDAHULUAN
Kelainan pada payudara sebagian besar disebabkan oleh lesi jinak 90 %, hanya
sebagian kecil kelainan tersebut yang disebabkan oleh kanker dan sebagian besar
penderita datang dengan keluhan berupa benjolan dengan atau tanpa rasa nyeri. Kelainan
pada payudara dapat berupa kelainan bawaan, infeksi, trauma dan neoplasma.
Untuk melakukan history taking yang benar pada kelainan payudara hal yang
perlu diperhatikan adalah keluhan utama dan usia penderita, di mana pada usia tertentu
akan ditemukan jenis kelainan tertentu pula misalnya pada wanita berusia < 30 tahun
sangat jarang ditemukan kanker payudara.
Dari keluhan utama dokter selanjutnya melakukan penjajakan menurut sistem
OLD CARDS/OPQRST. Kemudian menjajaki apakah ada keluhan tambahan pada
penderita, terutama di sekitar payudara yang dapat berupa nyeri, ulkus, kelainan pada
kulit seperti kulit tertarik, penebalan kulit, perubahan warna atau berupa eksema.
Selanjutnya ditanyakan apa ada perubahan pada puting susu misalnya tertarik ke
dalam, keluar cairan bening, bercampur darah, seperti susu atau kuning kehijauan dan
berbau.
Kemudian ditelusuri apakah ada timbul benjolan di daerah aksila dan leher di
mana bila ditemukan dapat sebagai pertanda telah terjadi metastase pada kelenjar limf
regional.
Penjajakan lanjutan ditujukan untuk mengetahui apakah telah terjadi metastase
jauh dengan menanyakan kepada penderita apa ada sesak nafas/batuk dan nyeri pada
tulang belakang yang merupakan lokasi metastase tersering yaitu paru dan tulang. Tidak
bisa diabaikan pada history taking adalah penyakit-penyakit yang pernah diderita, obatobatan yang digunakan dan pengobatan yang pernah didapat.
Pada penderita yang dicurigai mengidap kanker payudara di dalam history taking
perlu ditanyakan faktor-faktor risiko berupa pengaruh estrogen antara lain : usia
menarche, usia kehamilan pertama kali / melahirkan anak pertama, jumlah anak,
menyusui, usia menopause, penggunaan obat kontrasepsi dan penggunaan hormon
pengganti estrogen. Adanya riwayat keluarga menderita kanker payudara, pernah
menderita kanker payudara, pernah operasi tumor jinak pada payudara dan pernah
mendapat radiasi di daerah payudara juga merupakan faktor-faktor risiko.
II. TUJUAN KEGIATAN
I. 1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai melakukan latihan komunikasi dokter-pasien (history taking) ini
mahasiswa diharapkan mampu melakukan teknik komunikasi yang benar pada
penderita kelainan payudara.
II. 2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui kerangka komunikasi dokter-pasien pada penderita kelainan
payudara.
2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya.
3. Menguraikan perjalanan penyakit secara kronologis dan deskriptif.
4. Mendapatkan riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan.
32
5.
6.
Keterangan
20 menit
Narasumber
10 menit
Narasumber
20 - 30 menit
Instruktur /
Mahasiswa
90 menit
Mahasiswa
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Dixon JM, ABC of Breast Diseases, International Student Edition, 3 rd ed.
BMJ Publishing group; 2006.
V. PERALATAN DAN BAHAN
1.
2.
3.
meja 1 buah
kursi 3 buah
alat tulis
33
4.
pasien simulasi.
34
6.
2.Menjelaskan
pemeriksaan
selanjutnya
yang
dilakukan.
Note :
Ya
= mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan.
35
akan
PENGAMATAN
Ya
Tidak
SL.III. RS. 5
KETERAMPILAN KLINIK
PERSALINAN NORMAL (KALA I dan II)
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Della, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan kala dua persalinan dan asuhan bagi ibu selama
waktu tersebut. Di sini dijelaskan pula tanda dan gejala serta
penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan yang normal.
II. TUJUAN
II. 1 TUJUAN UMUM :
Setelah selesai melakukan latihan persalinan normal ini mahasiswa
diharapkan mampu melakukan pertolongan persalinan normal.
II.2 TUJUAN KHUSUS
1. Menjelaskan batasan dan mendiagnosis kala dua persalinan.
2. Membuat persiapan untuk pertolongan kala dua persalinan
(termasuk mempersiapkan tempat persalinan, perlengkapan,
bahan-bahan dan mempersiapkan ibu serta keluarganya)
3. Menjelaskan posisi mengedan dan cara membimbing ibu untuk
mengedan
4. Menilai kemajuan kala dua persalinan
5. Menilai kondisi janin selama kala dua persalinan
6. Menilai kondisi ibu selama kala dua persalinan
7. Memperagakan manuver tangan saat membantu melahirkan
kepala, bahu dan tubuh bayi.
III. RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.
36
37
MEMBERIKAN
38
39
di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat di antara 2
klem tersebut)
Lahirnya badan dan tungkai
6. Setelah bahu lahir, tangan menyangga daerah posterior bahu
(menyangga kepala), leher dan bahu janin bagian posterior dengan
posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari
pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri
memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan
lengan lahir
7. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara ke dua lutut
janin)
VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
1. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan
kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong.
Nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek,
letakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama
4. Periksa uterus apakah ada bayi yang lain
5. Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat
diantara kedua klem
6. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,
membungkus bayi hingga kepala
7. Meletakkan bayi telungkup di dada ibu dekat dengan puting susu,
biarkan bayi mencari puting susu dan mulai menghisap
VI. LEMBAR PENGAMATAN PERSALINAN NORMAL KALA I & II
LANGKAH/TUGAS
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Memastikan adanya tanda persalinan Kala Dua
Ibu mempunyai dorongan kuat untuk mengedan
Ibu merasa adanya tekanan pada anus
Perineum menonjol
40
PENGAMATAN
Ya
Tidak
41
PIMPINAN MENGEDAN
8. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, meminta ibu untuk mengedan
saat ada his bila ia sudah merasa ingin mengedan
9. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi
ibu untuk mengedan. (pada saat ada his, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
VI. PIMPINAN MENGEDAN
Penolong kembali memakai sarung tangan DTT
10.Melakukan pimpinan mengedan saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk mengedan :
Memimpin ibu untuk mengedan pada saat timbul
his, menyesuaikan pimpinan mengedan dengan
kecepatan lahirnya kepala
Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada
his (diantara his)
Mempertimbangkan perlu tidaknya episiotomi
berdasarkan elastisitas dari perineum
VII. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
11.Saat sub-occiput tampak di bawah simfisis, tangan
kanan melindungi perineum (ibu jari pada satu sisi
dan empat jari yang lain pada perineum) dengan
dialas lipatan kain di bawah bokong ibu, sementara
tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak
terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir
(minta ibu untuk tidak mengedan dengan bernafas
pendek-pendek)
Bila didapatkan mekonium ada air ketuban, segera setelah kepala lahir
lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin menggunakan penghisap
lendir De Lee
12.Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan
muka janin dari lendir dan darah
13.Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
14.Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan
putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
15.Setelah kepala janin menghadap paha ibu,
tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala
janin, tarik (menekan) secara hati-hati ke arah
bawah sampai bahu anterior/depan lahir, kemudian
tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu
posterior/belakang lahir
Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran
paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti mengedan, dengan
42
perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan
potong tali pusat di antara 2 klem tersebut
Lahirnya badan dan tungkai
16.Setelah bahu lahir, tangan menyangga daerah
posterior bahu (menyangga kepala), leher dan bahu
janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada
leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada
bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan
kiri memegang lengan dan bahu janin bagian
anterior saat badan dan lengan lahir
17.Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri
menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara ke dua
lutut janin)
VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
18.Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi
bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa
sehingga bayi menghadap ke arah penolong. Nilai
bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila
tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat
yang memungkinkan).
19.Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian tali pusat
20.Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3
cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali
pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama
Periksa uterus apakah ada bayi yang lain
21.Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan
tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan
kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem
22.Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering
dan bersih, membungkus bayi hingga kepala
23.Meletakkan bayi telungkup di dada ibu dekat
dengan puting susu, biarkan bayi mencari puting
susu dan mulai menghisap
Note :
Ya = mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan
43
SL.III. RS. 6
KETERAMPILAN KLINIK
PERSALINAN NORMAL (KALA III dan IV)
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Della, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan kala tiga dan emapat persalinan dan asuhan bagi
ibu selama waktu tersebut. Di sini dijelaskan pula tanda dan gejala serta
penatalaksanaan setelah ibu melahirkan pada persalinan yang normal.
II. TUJUAN KEGIATAN
II. 1 TUJUAN UMUM :
Setelah selesai melakukan latihan persalinan normal kala III dan IV
ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pertolongan persalinan
kala III dan IV secara normal.
II.2 TUJUAN KHUSUS
1.
Mahasiswa mampu melakukan persalinan kala III
2.
Mahasiswa mampu melakukan persalinan kala IV
3.
Mahasiswa mampu memantau ibu pasca melahirkan.
III. RUJUKAN
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
4. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
5. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
6. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
7. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
8. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed.
St. Louis; 1995.
9. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2006.
10.Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
11.Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
44
12. Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
16.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
45
VI. Evaluasi
1. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam dan tanda vital ibu
2. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa/merasakan uterus
yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan
masase uterus apabila konraksi uterus tidak baik
3. Bila ada robekan jalan lahir dilakukan penjahitan
4. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
5. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan khlorin 0,5%
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
7. Beritahu kepada ibu & keluarga persalinan sudah selesai, dan setelah
selesai 2 jam kala IV ibu akan dipindahkan ke ruang rawat inap.
46
LANGKAH/TUGAS
PENGAMATAN
YA
TIDAK
47
Ya = mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan.
48
SL.III. RS. 7
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN PAPS SMEAR DAN PEMERIKSAAN APUSAN
VAGINA
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Della, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks uteri (kanalis
servikalis dan /atau porsio). Kanker serviks merupakan kanker ginekologi
yang tersering. Perubahan dari sel normal menjadi kanker memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga kita mempunyai waktu untuk melakukan
deteksi dini. Namun sayang, umumnya penderita datang dalam stadium
lanjut. Metode skrining yang masih dipercaya hingga saat ini adalah pap
smear. Pap smear merupakan metode skrining yang sudah dikenal luas.
Sensitivitas pap smear bila dikerjakan setiap tahun mencapai 90%, setiap 2
tahun 87%, setiap 3 tahun 78% dan bila setiap 5 tahun mencapai 68%
sebelum terjadinya Kanker Serviks.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
Paps smear dan pemeriksaan apusan vagina.
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Membuat sediaan Paps smear untuk pemeriksaan sitologi.
2. Melakukan pengambilan spesimen dari dinding vagina untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
III. RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw
Hill; 2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001.
49
Kursi 2 buah
Manikin
Sarung tangan
Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
Meja periksa / tempat tidur pasien
Lampu sorot
Kain penutup untuk ibu
Spekulum bivalve (cocor bebek)
Spatula Ayre
Alkohol 96 %
Kaca objek (Object glass)
Kapas lidi steril
Tabung reaksi steril.
Formulir pemeriksaan sitologi
Formulir pemeriksaan mikrobilogi
V. TEKNIK PELAKSANAAN
A.PERKENALAN
1. Perkenalkan diri dan menyapa ibu dengan sopan dan ramah
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan secara
rinci
3. Pastikan ibu tidak sedang menstruasi, tidak senggama dan tidak
menggunakan obat vagina 3 hari sebelumnya (72 jam).
4. Pastikan ibu tidak melakukan pembilasan vagina dalam 3 hari
sebelumnya (72 jam)
5. Meminta persetujuan untuk dilakukan prosedur pemeriksaan.
50
B.PERSIAPAN
1. Periksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia
2. Pastikan lampu tersedia dan siap digunakan
3. Tanyakan apakah ibu telah BAK, membersihkan dan
membilas daerah genital luarnya (vulva)
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian celana dalam
5. Bantu ibu naik ke meja periksa dan beri kain penutup
6. Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai benar- benar bersih lalu
keringkan dengan kain bersih kering atau dianginkan. Mempalpasi
abdomen
7. Pakai sarung tangan periksa yang masih baru atau sarung tangan
bedah yang telah di-DTT.
8. Susun alat dan bahan pada wadah yang telah di- DTT.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
51
PENGAMATAN
Ya
Tidak
2.
52
Ya = Mahasiswa melakukan.
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan.
53
SL.III. RS. 8
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
Emir Taris Pasaribu
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik pada payudara merupakan rangkaian pemeriksaan yang harus
dilakukan oleh seorang dokter untuk menegakkan diagnosa, dilakukan setelah anamnesa,
yang terdiri inspeksi dan palpasi, sedangkan perkusi dan auskultasi jarang digunakan.
Pemeriksaan fisik payudara bertujuan untuk melihat adanya kelainan pada daerah
payudara yang terdiri dari 5 regional yaitu lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral
bawah dan subareola dengan batas atas adalah klavikula, medial garis parasternal, bawah
setentang prosesus xypoid dan lateral linea aksilaris anterior. Pada saat yang bersamaan
pemeriksaan dilakukan di daerah aksila, infra dan supra klavikula.
Kelainan pada payudara dapat berupa kelainan bawaan, peradangan trauma dan
neoplasma.
Inspeksi, pengamatan dilakukan pada saat penderita duduk, setelah melepas seluruh
pakaian bagian atas yang dibantu oleh seorang paramedis pada 3 posisi, yaitu kedua
lengan disisi tubuh, mengangkat lengan keatas kepala dan kacak pinggang.
54
ditujukan pada payudara yang tanpa keluhan, payudara yang sakit, mulai pada payudara.
Areola dan puting payudara.
Palpasi pada kelenjar payudara harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral
atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara palpasi dapat dengan 3
cara, sirkular , radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba
seluruh bagian payudara bertahap.
Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah :
- lokasi 5 regio payudara, aksila, infra/supra klavikula.
- konsistensi, keras, kenyal, lunak/fluktuasi.
- permukaan: licin rata, berbenjol-benjol .
- mobilitas, dapat digerakkan, terfikser jaringan sekitarnya, kulit/dinding dada.
- batas: tegas/tidak tegas.
- nyeri: ada/tidak ada.
- ukuran dinyatakan diameter terbesar dalam mm dengan menggunakan jangka
sorong.
Pada saat palpasi daerah subareola diamati apakah ada keluar sekret dari puting
payudara dan diperhatikan warna, berbau, kekentalan. Cairan yang keluar dari puting
dapat berupa, air susu, cairan jernih, bercampur darah dan pus. Untuk palpasi puting
menggunakan 2 jari, yaitu bagian volar distal ibu jari dan jari telunjuk.
Palpasi, kelenjar aksila, untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan
dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening
aksila yang merupakan singgahan pertama bila tejadi penyebaran limfogen pada kanker
payudara. Posisi penderita sebaiknya duduk, pemeriksa berdiri didepan penderita, bila
hendak memeriksa aksila kanan lengan kanan penderita ditopang lengan kanan
pemeriksa, diabduksikan dan pemeriksa melakukan palpasi pada daerah aksila dengan
lembut dan cermat. Hal yang sama dilakukan untuk aksila sebelah kiri.
55
Palpasi infra dan supra klevikula, pasien dalam posisi duduk, pemerisa berdiri
dibelakang penderita dan melakukan palpasi dengan mengunakan kedua tangan secara
bersamaan.
Keterangan
20 menit
Narasumber
10 menit
Narasumber
20 - 30 menit
90 menit
Instruktur /
Mahasiswa
Mahasiswa
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
2. Dixon JM, ABC of breast diseases, international student edition, 3 rd edition
BMJ Publishing group, 2006.
V. PERALATAN DAN BAHAN
1. Meja 1 buah
2. Kursi 3 buah
3. Jangka sorong
56
4. Manekin payudara
57
3. Palpasi menggunakan kedua tangan bagian volar, distal digiti 2,3 & 4.
4. Palpasi harus mencakup 5 regio payudara, dapat sirkular, radial dan bertahap.
5. Yang diperhatikan, adanya massa / benjolan :
- lokasi, konsistensi, permukaan ,batas / margin, pergerakan / mobilitas, adanya
nyeri dan ukuran diameter terpanjang dalam mm dengan menggunakan jangka
sorong.
6. Pada daerah subareola perlu diamati apa ada keluar cairan dari puting , warna
dan bau.
B. Kelenjar aksila.
1. Posisi pasien duduk.
2. Pemeriksa berdiri didepan pasien
3. Lengan kanan pemeriksa menopang lengan kakan pasien dan tangan kiri
pemeriksa melakukan palpasi pada aksila kiri, demikian sebaliknya.
4. Hal yang diamati, adanya pembesaran kelenjar getah bening , satu atau lebih,
konglumerasi, nyeri.
C. Infra / supra klavikula.
1. Pasien dalam posisi duduk.
2. Pemeriksa berdiri dibelakang
3. Mengunakan kedua tangan pada daerah yang berbeda.
4. Hal yang diamati apa ada teraba pembesaran kelenjar getah bening.
E. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang ditemukan,
2. Menyimpulkan dan menjelaskan kemungkinan penyakit pasien dan anjuran
selanjutnya.
VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN PAYUDARA
LANGKAH/TUGAS
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. TAHAP PERKENALAN
1.Menyapa
dan
memprkenalkan
pasien/keluarga pasien.
2. Menanyakan identitas penderita
3. Informed Consent
diri
dengan
58
Ya
Tidak
= Mahasiswa melakukan
= Mahasiswa Tidak melakukan
59
60