BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar masyarakat di dunia hampir dapat dipastikan telah mengenal
cabai. Cabai lazim disebut pepper atau hot pepper atau chili, dan sweet pepper
(paprika) dengan nama ilmiah Capsicum sp. Di beberapa daerah di Indonesia cabai
sering disebut Lombok atau cabe.Pendayagunaan cabai dalam kehidupan sehari-hari
umumnya untuk keperluan bumbu dapur ataupun rempah-rempah penambah cita
rasa makanan (masakan).
Beberapa tahun terakhir ini, cabai menempati urutan paling atas di antara
delapan belas jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia.Meskipun
harga pasar cabai sering naik-turun cukup tajam, minat petani pembudidayanya
tidak pernah surut.Daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani terletak
pada nilai ekonomisnya yang tinggi.Permintaan produk cabai dari waktu ke waktu
cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor
nonmigas.
Tanaman cabai menurut sejarahnya berasal dari Ancon dan Huaca Prieta di
Peru.Dalam perkembangan selanjutnya, cabai menyebar ke daerah tropis benua
Amerika bagian tengah dan selatan, bahkan sampai ke Meksiko.Petualang
berkebangsaan Spanyol yang berama Christophorus Columbus disebut-sebut
berjasa dalam menyebarluaskan tanaman cabai. Pada tahun 1492, ia membawa bijibiji cabai dari Amerika ke Spanyol. Selanjutnya, pelancong-pelancong Spanyol dan
Portugis menyelidiki tanaman cabai dan mendapatkan jenis-jenis baru, yang
kemudian mereka sebarluaskan ke berbagai Negara.
Belakangan ini harga cabai melambung tinggi, itu disebabkan karena cuaca
yang tidak menentu yang menyebabkan panen cabai menurun, selain itu juga
disebabkan oleh hama dan penyakit yang dapat menyerang dan menyebabkan
kerusakan, sehingga dapat menyebabkan menurunnya panen cabai. Hama dan
penyakit adalah organisme yang menginfeksi tanaman dan merusaknya sehingga
daun
sirih
terhadap
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Tanaman Sirih
Sirih adalah salah satu dari sejumlah tanaman asli Indonesia yang memiliki
banyak khasiat untuk kesehatan.Tanaman yang tumbuh merambat pada batang
pohon disekelilingnya ini dapat tumbuh dengan subur di wilayah tropis terutama
pada tanah dengan kandungan bahan organik dan air yang banyak.Dataran tempat
tumbuh tanaman sirih yaitu daerah dengan ketinggian sekitar 300-1000m dari
permukaan laut.Ada banyak jenis sirih yang ada sekarang ini, seperti sirih hijau,
sirih merah, sirih belanda dan beberapa jenis sirih yang dijadikan sebagai tanaman
hias.
1. Klasifikasi Tanaman Sirih
Klasifikasi ilmiah tanaman sirih :
Kingdom
: Plantae.
Division
: Magnoliophyta.
Class
: Magnoliopsida.
Ordo
: Piperales.
Family
: Piperaceae.
Genus
: Piper.
Species
antara 3 - 5 buah dengan warna putih dan hijau kekuningan. Bulir jantan
memiliki panjang 1,5-3 cm.Pada bulir jantan terdapat dua benang sari yang
pendek.
d.Buah
Buah sirih termasuk kedalam buah buni ( memiliki dinding dengan dua
lapisan), bentuk buah bulat dengan warna hijau keabu-abuan.
e. Akar
Akar sirih termasuk akar tunggang dengan bentuk bulat serta warna
coklat kekuningan.
3. Kandungan Daun sirih
Tanaman sirih, terutama pada bagian daunnya, mengandung sejumlah
zat yang dapat memberikan beberapa manfaat bagi manusia.Daun sirih memiliki
rasa dan aroma khas, yaitu rasa pedas dan bau yang tajam.Rasa dan aroma ini
disebabkan dari kavikol dan bethelphenol dalam minyak atsiri yg terkandung di
dalam daun sirih.Selain itu juga, rasa dan aroma ini juga dipengaruhi oleh jenis
sirih itu sendiri, umur tanaman, jumlah intensitas sinar matahari yang sampai
kebagian daun, serta kondisi dari daun.
Komposisi kimia daun sirih menurut Agustin (2005) dalam Sheikha
Raditya 2012, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Sirih Segar per 100 gram
Kandungan
Air
Jumlah
85,4 mg
Protein
3,1 mg
Karbohidrat
6,1 mg
Serat
2,3 mg
Yodium
3,4 mg
Mineral
2,3 mg
Kalsium
230 mg
Fosfor
40 mg
Besi Ion
3,5 mg
Karoten (Vitamin A)
9600 iu
Kalium Nitrat
0,260,42 mg
Tiamin
70 mg
Ribovlafin
30 mg
Asam Nikotinal
0,7 mg
Vitamin C
Sumber: (Agustin, 2005).
5 mg
Presentase
2,74,6%
Kadinen
6,79,1%
Karvakol
2,24,8%
Kariofilen
6,211,9%
Kavibetol
0,01,2%
Kavikol
5,18,2%
Sineol
3,66,2%
Eugenol
26,8 42,5%
Klas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
: Pseudococcidae
Genus
: Pseudococcus
Species
: Pseudococcus viburni
Sebagian besar antena terdiri dari 6-9 segmen, tetapi terkadang tereduksi
menjadi 2, 4, atau 5 segmen.
c. Tungkai
Tungkai berkembang normal.Genus planococcus tidak memiliki dentikel
pada kuku tarsus, dan memilki porus translulen di permukaan koksa, femur atau
tibia pada tungkai belakang dan jarang pada trokanter.
d. Ostiol
Famili ini memiliki jumlah ostiol 2 pasang, sepasang pada protoraks dan
sepasang lagi pada segmen VI.Terkadang tidak ada, atau ada tetapi hanya
sepasang pada bagian posterior.Organ ini berfungsi sebagai alat pertahanan.
e. Cincin Anal
Terletak pada ujung abdomen bagian ventral, berfungsi mengeluarkan
embun madu.
f. Porus
Umumnya famili ini memiliki 4 jenis porus yaitu :
1) Porus Trilokular. Terdapat pada tubuh bagian ventral dan dorsal, bentuk
segitiga, dan bentuknya sama pada setiap spesies yang sama, berfungsi
menghasilkan lilin.
2) Lempeng Porus Multilokular. Ditemukan disekitar vulva atau kadang
terdapat pada tubuh bagian dorsal, berfungsi membuat kantung telur atau
melindungi telur. Spesies yang memiliki porus ini biasanya bersifat
vivipar.
3) Porus Quinquelokular. Berbentuk segi lima hanya dimiliki oleh genus
Planococcus dan Rastrococcus.
4) Porus Diskoidal. Berupa lingkaran sederhana dan menyebar diseluruh
permukaan tubuh, sebesar porus trilokular dan berbentuk cembung pada
segmen posterior, dorsal, dan mata.
C. Tanaman Cabai Rawit
Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) tergolong dalam family
terung-terungan (Solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim
atau tanaman berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau semak, dengan
tinggi tanaman dapat mencapai 1,5m.
1. Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit
Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan,
diklasifikasikan sebagai berikut :
tanaman
cabai
rawit
10
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo (bangsa )
Famili (suku)
Genus (marga)
Spesies (jenis)
11
Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau atau putih,
sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala atau merah jingga
(merah agak kuning).Pada waktu masih muda, rasa buah cabai rawit kurang
pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.
e. Biji
Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat
pipih, tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat pada
empulur.Ukuran biji cabai rawit lebih kecil (berukuran sangat kecil)
dibandingkan dengan biji cabai besar.Biji-biji ini dapat digunakan dalam
perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
f. Akar
Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh
lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke
samping.Perakaran tanaman tidak dalam, sehingga tanaman hanya dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porus (mudah
menyerap air) dan subur.
3. Jenis Cabai Rawit
Cabai rawit sering juga disebut Hot Chili, cabe kecil atau lombok
jempling. Seperti halnya cabai besar, cabai rawit juga ada beberapa macam
tetapi umumnya dikelompokkan menjadi tiga jenis :
a. Cabai Kecil/Mini/Jemprit
Sesuai dengan namanya bentuk buah cabai rawit ini kecil dan pendek,
panjangnya hanya 1-2 cm saja. Buah muda biasanya berwarna hijau dan
berubah menjadi merah tua kecoklatan bila masak. Walaupun kecil tapi cabai
rawit ini mempunyai rasa paling pedas di antara semua cabairawit.
b. Cabai Rawit Putih
Cabai rawit yang bentuk buahnya langsing dan mempunyai ukuran ratarata 4-6 cm. Buahnya berwarna kuning keputih-putihan bila masih muda dan
berubah menjadi merah kekuningan setelah masak. Menurut beberapa
pedagang, cabai rawit jenis ini paling enak bila digunakan sebagai sambal
12
bakso. Bahkan pabrik saus lebih suka menggunakan cabai rawit putih ini,
karena warna sausnya tidak kotor.
c. Cabai Rawit Hijau
Buah cabai rawit hijau ini besar dan gemuk, dengan panjang sekitar 3 4
cm. Sesuai dengan namanya, waktu muda buahnya berwarna hijau tua dan
berubah menjadi merah tua setelah masak Rasa dari cabai rawit hijau ini lebih
pedas dari cabai rawit putih , tetapi masih kalah dengan cabai rawit kecil.
D. Kerangka Berpikir
Tanaman cabai rawit
Rumusan
HamaE.kutu
putih Hipotesis
dapat diatasi
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan
kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagi berikut, yaitu ada
pengaruh yang signifikandari pemanfaatan ekstrak daun sirih untuk membasmi kutu
putih pada tanaman cabai rawit.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Mengacu pada sifat masalah, tujuan penelitian dan variabel penelitian, maka
penelitian ini dapat dikelompokkan dalam penelitian eksperimen, yakni penelitian
yang bertujuan menyelidiki kemungkinan adanya hubungan sebab akibat dengan
memberikan suatu perlakuan terhadap kelompok eksperimen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Pada
penelitian ini yang akan digunakan sebagai populasi adalah semua daun dari
tanaman sirih hijau.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini, terdapat 4
kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol, Masing-masing polybag
(kontainer eksperimen) berisi satu buah tanaman cabai rawit. Jumlah seluruh
sampel yang dibutuhkan sebanyak 200 tanaman cabai rawit. Dengan masingmasing kelompok diberi perlakuan yang berbeda.
Proses pengambilan sampel dilakukan (random) dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk
menjadi anggota sampel. Dalam penelitian ini untuk memperoleh pengulangan
digunakan rumus:
T(n 1) 15
14
Keterangan:
T = Banyaknya perlakuan
n = Banyaknya ulangan
15 = Angka Setandar dari Balai Besar Pertanian Bogor
T(n 1) 15
5(n 1) 15
5n 5 15
5n 15 + 5
5n 20
n 20/5
n4
Jadi ulangan pada penelitian ini adalah sebanyak 4 kali.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini terdapat 2
variabel yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable
dependen (Sugiyono, 2012).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak
daun sirih hijau.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau variable independen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012),
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hama kutu putih pada tanaman cabai
rawit.
15
D. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mortalitas kutu
putih setelah mendapatkan perlakuan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi yang
berbeda. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengamati langsung, dan
mencatat waktu kematian kutu putih.Ditinjau dari sumbernya jenis data berupa data
primer karena data diambil secara langsung pada saat penelitian. Ditinjau dari
sifatnya data yang diambil berupa data kuantitatif karena data diperoleh dalam
bentuk angka-angka yang akan diuji melalui rumus statistik.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data seperti tersebut diatas dalam penelitian ini
dilakukan eksperimen atau percobaan dengan langkah kerja sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
Sebelum eksperimen dilakukan terlebih dahulu perlu dipersiapkan alat-alat
dan bahan sebagai berikut:
-
Alat -alat yang digunakan adalahulekan (mortal), baskom, gelas ukur, tabung
elemeyer, alat aduk ,kain kasa, pisau.
Bahan-bahan yang digunakan adalahdaun sirih dan aquades.
2) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Kaca Biologi FPMIPA IKIP PGRI
Bali dari tanggal 1sampai 31 Desember 2013, dengan prosedur kerja sebagai
berikut :
a. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih
Ekstrak yang dibuat dalam penelitian ini adalah ekstrak kasar. Untuk
membuat ekstrak kasar tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Daun sirih didapat dari pasar tradisional Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali.
2. Daun sirih dicuci terlebih dahulu dengan air yang mengalir (air keran).
3. Daun sirih tersebut dipotong-potong menjadi bentuk yang lebih kecil.
4. Potongan daun sirih tadi diulek hingga mendapatkan bentuk yang lebih halus.
5. Hasil ulekan daun sirih yang tadi diperas menggunakan kain kasa lalu disaring
kembali dengan kertas saring. Cairan hasil saringan tersebut merupakan ekstrak
kasar daun sirih yang dianggap konsentrasinya 100%.
16
konsentras
i
Pengulanagn ke-n
2
3
17
Ekstrak
Kontrol
5%
10 %
15 %
20 %
1
2
3
4
5
12 K R 2 k
H
3(n 1)
n n 1 k 1 nk
Sumber : Djarwanto dalam Suweda (2011)
Keterangan :
Rk
: uji Kruskal-Wallis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan dipergunakan Uji Kruskal-Wallis, dalam taraf
signifikansi 5%. Ho diterima apabila : H X 2 ; K-1, Ho ditolak apabila : H > X 2 ;
K-1. Jika H yang diperoleh lebih besar dari tabel X 2 ; K-1 maka hipotesis nol (Ho)
18
ditolak. Jika H yang diperoleh lebih kecil atau sama dengan tabel X 2 ; K-1 maka
hipotesis nol (Ho) diterima.