Anda di halaman 1dari 12

Analisis Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi

Kalimantan Timur, Indonesia


Pither Palungan
Ph.D scholar, Post Graduate School of Economics
Hasanuddin University
Makassar
I Made Benyamin
Professor of Economics, Post Graduate School of Economics
Hasanuddin University
Makassar
Paulus Uppun
Lecturer, Post Graduate School of Economics
Hasanuddin University
Makassar
Indraswati Tri Abdireviane
Lecturer, Post Graduate School of Economics
Hasanuddin University
Makassar
Abstract
Index Terms - Government spending the
infrastructure, investment, economic growth

education,

health

and

I. INTRODUCTION
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi makro adalah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu stabilitas dan
pemerataan. Indikator ini penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan
ekonomi yang terjadi disuatu negara, karena dapat memberikan gambaran makro
atas kebijakan pemerintah yang telah dilakukan. Indikator keberhasilan
pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi,
struktur ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang tinggi.
Pembangunan ekonomi sebagai proses perbaikan yang berkelanjutan dari
suatu masyarakat secara totalitas agar lebih baik, proses pembangunan bertujuan
meningkatkan kesejahteraan, harkat dan martabat masyarakat yang meliputi

peningkatan berbagai kebutuhan pokok, peningkatan standar hidup serta perluasan


pilihan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat (Todaro dan Smith, 2006).
Dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh berbagai faktor.
Dalam ruang lingkup regional (provinsi) maka faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan
kesehatan sebagai sasaran kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan
pengetahuan, pendidikan, pelatihan, keterampilan dan keahlian masyarakat untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas (Maruthappu, et al. 2015; dan
Pirim, et al. 2014).
Perkembangan ekonomi daerah ditentukan oleh besaran pengeluaran
pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan,
hal ini didasari atas teori Wagner. Pengeluaran pemerintah yang reproduktif
khususnya pada pengeluaran bidang kesehatan masyarakat akan menghasilkan
keuntungan bagi masyarakat sekitar. Peningkatan di bidang pendidikan dan
kesehatan merupakan salah satu indikator dalam pembangunan ekonomi (Sukirno,
2000).
Pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur (Alshahrani, et al. 2014, Arpaia
& Turrini, 2008, dan Loizides & Vamvoukas, 2005) dan peningkatan pengeluaran
pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan (Maruthappu, et al. 2015, dan Pirim,
et al. 2014) berperan penting dalam pengangguran dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur. Selain pengeluaran pemerintah sektor
pendidikan dan kesehatan, serta pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur.
Komponen lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan
tingkat pengangguran adalah investasi pemerintah dan investasi swasta, investasi
pemerintah secara umum dialokasikan untuk membangun sarana dan prasarana
(infrastruktur) yang selanjutnya diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara
empiris, keterkaitan antara investasi terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan
studi Haider, et al. (2007) dan Ghani, & Din (2006) bahwa investasi publik
maupun investasi swasta berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh antara pengeluaran pemerintah sektor

pendidikan dan kesehatan, dan pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur, serta


investasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjelaskan atau mengukur
prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dalam perekonomian yang
sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi secara fisik
yang terjadi di suatu negara, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang
industri, pertambahan jumlah infrastruktur, sarana pendidikan, penambahan
produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah ada, dan berbagai
perkembangan lainnya.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada
suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana

aktivitas

perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada


suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah
suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output,
maka

proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa

terhadap faktor produksi yang dimiliki oIeh masyarakat (Basri, 2002), dengan
adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat
sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada
tahun sebelumnya. Dengan kata lain perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan jika pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar
daripada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya (Basri, 2002).
Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada
perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur
dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (GDP) atau pendapatan
atau nilai akhir pasar (total marketvalue) dari barang-barang akhir dan jasa-

jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian
selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2. Teori Pengeluaran Pemerintah
Teori ini dapat digolongkan menjadi dua bagian, diantaranya yaitu Teori
Makro yang terdiri dari: (Mangkoesoebroto, 2001)
a. Rostow dan Musgrave, dimana mereka menghubungkan pengeluaran
pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap
awal perkembangan ekonomi, menurut mereka rasio-rasio pengeluaran
pemerintah terhadap pendapatan nasional relative besar.

Hal

itu

dikarenakan pada tahap awal ini pemerintah harus menyediakan


berbagai sarana dan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan
ekonomi,

investasi

pemerintah

tetap

diperlukan

pertumbuhan agar dapat lepas landas. Bersamaan

guna

memacu

dengan itu posisi

investasi pihak swasta juga meningkat. Tetapi besarnya peranan


pemerintah adalah karena pada tahap ini banyak kegagalan pasar yang
ditimbulkan perkembangan ekonomi itu sendiri, yaitu kasus eksternalitas
negatif,

misalnya

pembangunan,

pencemaran

menurut

lingkungan.

Musgrave

rasio

Dalam

investasi

suatu
total

proses
terhadap

pendapatan nasional semakin besar, tetapi rasio investasi pemerintah


terhadap pendapatan

nasional akan semakin mengecil. Sementara itu

Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan terjadi


peralihan aktivitas pemerintah, dari penyediaan prasarana ekonomi ke
pengeluaran-pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan
pendidikan. Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul
dari pengamatan atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami
banyak negara, tetapi tidak didasari oleh suatu teori tertentu. Selain itu
tidak jelas, apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi
tahap, atau beberapa tahap dapat terjadi secara simultan.
b. Hukum Wagner, Wagner melakukan pengamatan terhadap negara-negara
Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19 yang menunjukkan
bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin
meningkat. Wagner mengukur dari perbandingan pengeluaran pemerintah

terhadap produk nasional.Temuan oleh Richard Musgrave dinamakan


hukum pengeluaran pemerintah yang selalu meningkat (law of growing
public expenditures). Wagner sendiri menamakannya hukum aktivitas
pemerintah yang selalu meningkat (law of ever increasing state activity).
Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah
selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan
pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang
mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidak
efisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.
c. Peacock dan Wiseman, mereka mengemukakan pendapat lain dalam
menerangkan

perilaku

perkembangan

pemerintah.

Mereka

mendasarkannya pada suatu analisis "dialektika penerimaan-pengeluaran


pemerintah". Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya
dengan mengandalkan penerimaan dari pajak. Padahal masyarakat tidak
menyukai pembayaran pajak yang kian besar. Mengacu pada teori
pemungutan suara (voting), mereka berpendapat bahwa masyarakat
mempunyai batas toleransi pajak, yakni suatu tingkat dimana masyarakat
dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

Tingkat

toleransi pajak ini merupakan kendala yang membatasi pemerintah untuk


menaikkan pungutan pajak secara tidak semena-mena atau sewenangwenang.

Menurut

Peacock-Wiseman,

perkembangan

ekonomi

menyebabkan pungutan pajak meningkat yang meskipun tarif pajaknya


mungkin tidak berubah, pada gilirannya mengakibatkan pengeluaran
pemerintah meningkat pula. Jadi dalam keadaan normal, kenaikan
pendapatan

nasional

menaikkan

pula

baik

penerimaan

maupun

pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal jadi terganggu,


katakanlah karena perang atau ekstemalitas lain, maka pemerintah terpaksa
harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan dimaksud.
Konsekuensinya, timbul tuntutan untuk memperoleh penerimaan pajak
lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana swasta

untuk investasi dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut efek
penggantian (displacement effict). Postulat yang berkenaan dengan efek ini
menyatakan, gangguan sosial dalam perekonomian menyebabkan aktivitas
swasta digantikan oleh aktivitas pemerintah. Pengatasan gangguan acap
kali tidak cukup dibiayai semata-mata dengan pajak sehingga pemerintah
mungkin harus juga meminjam dana dari luar negeri. Setelah gangguan
teratasi, muncul kewajiban melunasi utang dan membayar

bunga.

Pengeluaran pemerintah pun kian membengkak karena kewajiban baru


tersebut. Akibat lebih lanjut ialah pajak tidak turun kembali ke tingkat
semula meskipun gangguan telah usai. Jika pada saat terjadinya gangguan
sosial dalam perekonomian timbul efek penggantian, maka sesudah
gangguan berakhir timbul pula sebuah efek lain yang disebut efek inspeksi
(inspection effect).
3. Konsep Investasi
Investasi yaitu suatu rangkaian tindakan menanamkan sejumlah dana dengan
tujuan mendapatkan nilai tambah berupa keuntungan (Return) dimasa yang
akan datang. Gordon et all (1993), merumuskan investasi dengan pengertian
berikut mengorbankan asset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan asset
pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Sedang
Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai komitmen menanamkan
sejumlah dana pada satu atau lebih asset selama beberapa periode pada masa
mendatang. Definisi dari Reilly dan Brown (2003), yang mengatakan bahwa
investasi adalah komitmen mengikatkan asset saat ini untuk beberapa periode
waktu ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu
mengkompensasi pengorbanan investor.

III. RESEARCH METHODS


Penelitian ini merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal
antara variabel atau yang disebut penelitian eksplanatori (explanatory research)
yaitu penelitian untuk mengetahui dan penjelasan pengaruh antar variabel yang
ada dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Selain itu juga penelitian ini

termasuk dalam penelitian deskriptif, karena memberikan penjelasan deskriptif


mengenai variabel-variabel yang hendak diteliti.
Dalam penelitian ini akan dianalisis variabel pengeluaran pemerintah
sektor pendidikan dan kesehatan, pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur,
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Kalimantan Timur,
Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah panel data, atau kombinasi dari data time series dan
cross secsion. Data time series dalam peneltian ini adalah waktu pengamatan
peneltian dari tahun 2008 2014 yaitu 7 (tujuh) tahun. Adapun kerangka
konseptual penelitian digambarkan sebagai berikut.

Investasi (Y1)

Pertumbuhan Ekonomi (Y2)

intah Sektor Infrastruktur (X2)Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan (X1)

Gambar 1. Kerangka Konseptual


Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang diteliti maka
dapat disusun hipotesis dibawah ini:
1) H1: Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
2) H2: Pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
3) H3: Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan berpengaruh
signifikan terhadap investasi.
4) H4: Pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur berpengaruh signifikan
terhadap investasi.

5) H5: Investasi berpengaruh signifikan secara langsung terhadap pertumbuhan


ekonomi.
IV. RESULTS AND DISCUSSION
Setelah model penelitian dianalisis dengan menggunakan program AMOS.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hubungan antar variabel eksogen dan
variabel endogen, maka untuk memudahkan dalam menganalisis hubungan
fungsional antar variabel kemudian nilai koefisien disusun dalam bentuk
sebagaimana ditampilkan pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Hubungan Fungsional Antar Variabel
Variabel

Variabel

Pengeluaran pemerintah sektor


pendidikan dan kesehatan
Pengeluaran pemerintah sektor
infrastruktur
Pengeluaran pemerintah sektor
pendidikan dan kesehatan
Pengeluaran pemerintah sektor
infrastruktur
Investasi

Keterangan:

Koefisien

Critical
Ratio

Probabilitas

Keterangan

Investasi

0,140

1,890

0,059

Not
Significant

Investasi

0,544**

5,318**

0,000**

Significant

0,544*

2,546*

0,011*

Significant

0,224

1,160

0,246

0,236

1,722

0,085

Pertumbuhan
ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi

Not
Significant
Not
Significant

*) signifikan pada taraf 5 persen


**) signifikan pada taraf 0,1 persen

Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan


kesehatan (X1) terhadap investasi (Y1) sebesar 0,140 dengan nilai critical ratio
sebesar 1,890 pada taraf signifikansi 0,059. Koefisien tersebut menunjukkan
bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan tidak
berpengaruh signifikan terhadap investasi di Kalimantan Timur dengan asumsi
faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dianggap konstan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Wang (2005) bahwa pengeluaran
pemerintah berdampak signifikan terhadap investasi swasta. Studi Njuru, et al.
(2014) juga menemukan bahwa alokasi dana dari pemerintah sangat penting bagi
investasi swasta.
Pengaruh

variabel

pengeluaran

pengeluaran

pemerintah

sektor

infrastruktur (X2) terhadap investasi (Y1) sebesar 0,544 dengan nilai critical ratio
sebesar 5,318 pada taraf signifikansi 0,000. Koefisien tersebut menunjukkan

bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur berpengaruh


signifikan terhadap investasi di Kalimantan Timur dengan asumsi faktor-faktor
lain yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dianggap konstan. Studi Basar,
et al. (2011), bahwa pengeluaran pemerintah berkontribusi positif pada investasi
swasta. Dengan adanya perubahan pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur
akan berdampak pada peningkatan investasi di Kalimantan Timur.
Pengaruh variabel pengeluaran pengeluaran pemerintah sektor pendidikan
dan kesehatan (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y2) sebesar 0,544 dengan
nilai critical ratio sebesar 2,546 pada taraf signifikansi 0,011. Koefisien tersebut
menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan
kesehatan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan
Timur dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya
pertumbuhan ekonomi dianggap konstan. Hasil pengujian statistik mengenai
pengaruh pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi telah relevan dengan temuan Mihaiu, et al. (2013), Basar, et al. (2011),
dan Bello, et al. (2012) bahwa pengeluaran pemerintah berdampak positif
terhadap investasi swasta.
Pengaruh

variabel

pengeluaran

pengeluaran

pemerintah

sektor

infrastruktur (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y2) sebesar 0,224 dengan


nilai critical ratio sebesar 1,160 pada taraf signifikansi 0,246. Koefisien tersebut
menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur
dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan
ekonomi dianggap konstan. Pengaruh variabel investasi (Y1) terhadap
pertumbuhan ekonomi (Y2) sebesar 0,236 dengan nilai critical ratio sebesar 1,722
pada taraf signifikansi 0,085. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa variabel
investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kalimantan Timur dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar
kecilnya pertumbuhan ekonomi dianggap konstan.
V. CONCLUDING REMARKS

Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan sebagai bentuk


kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Timur belum efektif meningkatkan
investasi namun pengeluaran pemerintah mampu memicu pertumbuhan ekonomi
daerah, sedangkan pengeluaran pemerintah sektor telah terbukti meningkatkan
investasi baik investasi pemerintah dan swasta. Investasi belum memberikan
kontribusi yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Diharapkan agar alokasi APBD menjadi skala prioritas pemerintah
kabupaten/kota di Kalimantan Timur sebagai sasaran strategis dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memaksimalkan investasi di daerah dengan
mewujudkan stabilitas ekonomi, sosial, hukum dan kemasyarakatan. Investasi
merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi,
sehingga diperlukan investasi sebagai modal penting pembangunan daerah.
REFERENCES
[1] Alshahrani, Saad A., Alsadiq, Ali J. (2014). Economic growth and
government spending in Saudi Arabia: an empirical investigation. IMF
Working Paper. WP/14/3.
[2] Arpaia, A., Turrini, A. (2008). Government expenditure and economic growth
in the EU: long-run tendencies and short-term adjustment. Economic Papers
300.
[3] Basar, Selim., Polat, O., Oltulular, S. (2011). Crowding out effect of
government spending on private investments in Turkey: A cointegration
analysis. Journal of the Institute of Social Sciences. No. 8. Autumn: 11-20.
[4] Basri, F. (2002). Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi
Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Erlangga.
[5] Bello, M. Z., Nagwari, A.B., Saulawa, M.A. (2012). Crowding in or
crowding out? Government spending and private investment: The case of
Nigeria. European Scientific Journal. Vol. 8 No. 28.
[6] Chimobi, O.P. (2010). Inflation and economic growth in Nigeria. Journal of
Sustainable Development. Vol. 3, No. 2.
[7] Ghani, E., Din, Musleh-Ud. (2006). The impact of public investment on
economic growth in Pakistan. The Pakistan Development Review. 45 : 1.

10

[8] Gordon, A., Sharpe, W., Beily, J.V. (1993). Fundamentals of Dividen IIAER.
Vol. 9, No. 3.
[9] Green, R. (2000). Unemployment: perspectives and policies. International
Journal of Manpower. Vol, 21. Iss 5.
[10] Haider, Syed Adnan., Bukhari, Ali Shah., Ali, Liaqat., Saddaqat, M.
(2007). Public investment and economic growth in the three dragons:
Evidence from heterogeneous dynamic panel data. International Journal of
Business and Information. Vol. 2, No. 1.
[11] Jones, C.P. (2004). Investment. New York. Prentice-Hall.
[12] Loizides, J., Vamvoukas, G. (2005). Government expenditure and
economic growth: Evidence from trivariate causality testing. Journal of
Applied Economics. Vol. VIII. No. 1.
[13] Mangkoesoebroto, G. (2001). Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.
[14] Maruthappu, M., Zhou, Charlie Da., Williams, C., Zeltner, T., Atun, R.
(2015). Unemployment, public-sector health care expenditure and HIV
mortality: An analysis of 74 countries, 1981-2009. Journal of Global Health.
Vol. 5 No. 1.
[15] Mihaiu, Diana Marieta., Opreana, A. (2013). The analysis of the
relationship between the level of the public expenditure for investment and de
degree of development of the society in Romania. Procedia Economics and
Finance 6: 654-661.
[16] Njuru, Stephen Gitahi., Ombuki, C., Wawire, N., Okeri, S. (2014). Impact
of

government

expenditure

on

private

investment

in

Kenya.

Researchjournalis Journal of Economics. Vol. 2, No. 8.


[17] Pirim, Z., Owings, W.A., Kaplan, L.S. (2014). The Long-Term Impact of
Educational and Health Spending on Unemployment Rates. European
Journal of Economic and Political Studies 7: 49-69.
[18] Razmi, M.J. (2012). Investigating the effect of Government Health
Expenditure on HDI in Iran. Journal of Knowledge Management, Economics
and Information Technology. Iss 5.
[19] Reilly, F.K., Brown, K.C. (2003). Investment Analysis & Portofolio
Management. Seventh Edition. South Western a division of Thomson
Learning Ohio. USA.

11

[20] Sukirno,

Sadono,

2000,

Makro

Ekonomi

Modem:Perkembangan

Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru . Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
[21] Todaro, M.P., Smith, S.C. (2006). Pembangunan Ekonomi (alih bahasa:
Haris Munandar; Puji A.L.). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai