Anda di halaman 1dari 111

PEMICU 3

KELOMPOK 3
BLOK ETIKA HUKUM KEDOKTERAN DAN
FORENSIK

KELOMPOK 3
Tutor

: dr. Hamming Tjie, SpKFR

Ketua

: Heratio Adiwiguna

405110084

Sekretaris : Nadya Hambali

405110086

Penulis

: Patrick Ganny Waraouw

Anggota

: Budianto

405090095

Alief Ringga P. S.

405100102

Mely Febriansari
Andrian Lim

405110160

405100208
405110003

Putri Bennya Aisyah

405110071

Andhika Primahadi 405110075


Febrina H. Bakri

405110144

Dharma Jaya Hartanto 405110223

MASALAH
1.

2.

3.

4.

Siapa yang memiliki wewenang untuk


melakukan autopsi?
Apa saja yang menjadikan bukti sebab
kematian?
Apa syarat untuk menggugurkan
kandungan?
Hukum apa yang diberlakukan pada ibu?

CURAH PENDAPAT
1.
2.

3.

4.

Dr forensik
Luka lecet (terbentur-bentur di sungai),
cutis anserina (refleks tubuh terhadap suhu
dingin), busa halus pada hidung dan mulut
(tenggelam), tali pusat dan plasenta (tidak
mendapatkan perawatan setelah kelahiran)
Mengancam keselamatan ibu, usia
kehamilan dibawah 40 hari (korban
pemerkosaan)
Pidana

MIND MAP

Bayi :
luka lecet, cutis anserina, busa halus mulut hidung,
tali pusat dan plasenta tenggelam, pembunuhan
anak sendiri

Penyidikan

Perempuan aborsi, percobaan


bunuh diri (toksikologi forensik)

Penyelidikan
Otopsi (tujuan, manfaat, prosedur, teknik, syarat, PP)
VeR (definisi, cara penulisan, fungsim jenis, dasar
hukum, UU)

LEARNING OBJECTIVES
1.

2.

3.

4.

Menjelaskan tentang pemeriksaan terhadap


korban kematian dengan dugaan (Kematian
mendadak, asfiksia, tenggelam, toksikologi
forensik, pembunuhan anak sendiri,
penggugguran kandungan)
Menjelaskan VeR (definisi, isi dan bentuk,
sumpah dalam pembuatan, fungsi dan nilai
dalam proses pengadilan, jenis-jenis)
Menjelaskan tentang kewajiban dokter dalam
membantu proses pengadilan
Menjelaskan peraturan undang-undang yang
mengatur tentang penggugguran kandungan
dan pembunuhan anak sendiri.

LO 1
Menjelaskan tentang pemeriksaan terhadap
korban kematian dengan dugaan (Kematian
mendadak, asfiksia, tenggelam, toksikologi
forensik, pembunuhan anak sendiri,
penggugguran kandungan)

AUTOPSI
Ada 3 jns Autopsi
1. Anatomis
a. Utk pendidikan mahasiswa kedokteran
b.Dasar : UU Kesehatan
2. Klinis
a.Kepentingan diagnosa akhir
b.Cara kematiannatural (sakit)
c. Dasarkesepakatan(HK.Perdata)
3. Forensik
a.untuk kepentingan peradilan
b. cara & sebab kematiantidak diketahui
c.dasarKUHAP (HK. PIDANA)

MACAM OTOPSI
Otopsi anatomis
Otopsi klinik
Otopsi kehakiman/Forensik

OTOPSI FORENSIK :

otopsi yang dilakukan atas dasar perintah


yang berwajib untuk kepentingan peradilan,
karena peristiwa yang diduga merupakan
tindak pidana, yang dilakukan dengan cara
pembedahan terhadap jenazah untuk
mengetahui dengan pasti penyakit atau
kelainan yang menjadi sebab kematian.

INFORMASI UNTUK DOKTER


SEBELUM MELAKUKAN OTOPSI
1. Kecelakaan lalu lintas
Bagaimana kecelakaan terjadi
Siapakah korban
Apakah ada dugaan korban mabuk, minum obat
sejenis Amphetamine dsb
2. Kecelakaan lain
Dokter harus diberitahu benda yang menyebabkan
kecelakaan
3. Pembunuhan, bunuh diri
4. Kematian memdadak
5. Kematian setelah berobat / perawatan
6. Tanggal dan jam korban ditemukan meninggal,tanggal
dan jam korban terakhir terlihat masih hidup

TEKNIK AUTOPSI
Teknik

Virchow

Teknik tertua
Setelah pembukaan

rongga tubuh, organ-organ


dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa
Kelainan masing2 organ bisa segera dilihat, tapi
hubungan anatomik antar beberapa organ yang
tergolong dalam satu sistim hilang
Kurang baik digunakan dalam teknik autopsi
forensik, terutama kasus penembakan dengan
senjata api dan penusukkan dengan senjata
tajam (perlu penentuan saluran luka, arah, serta
dalamnya penetrasi yang terjadi)

Teknik

Rokitansky

Setelah

oragn tubuh dibuka, dilihat dan diperiksa


dengan melakukan beberapa irisan in situ

Setelah

itu seluruh organ dikeluarkan dalam


kumpulan-kumpulan organ (en bloc)

Jarang

Teknik

dipakai , tidak baik untuk autopsi forensik

Letulle

Setelah

dibuka, organ leher, dada, diafragma dan


perut dikeluarkan sekaligus (en masse)

Hubungan

antar organ tetap dipertahankan setelah


seluruh organ dikeluarkan dari tubuh

Kerugian

: sukar dilakukan tanpa pembantu, serta


sukar dalam penanganannya karena panjangnya
kumpulan organ-organ yang dikeluarkan sekaligus

Teknik Ghon
Setelah

dibuka, organ leher dan dada, organ


pencernaan bersama hati dan limpa, organ urogenital
diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ (bloc)

TEKNIK OTOPSI
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam :
Insisi bentuk I
Insisi bentuk Y
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan khusus

PEMERIKSAAN LUAR
Kepala
Leher
Perut
Alat kelamin
Dubur
Anggora gerak
Punggung
Bokong
Cara melukis luka : harus
menggunakan absis dan
ordinat, dan luka harus
dirapatkan dulu

Identifikasi

Pakaian

Lebam mayat

Kaku mayat

Pembusukan

Panjang dan berat

badan

PEMERIKSAAN LUAR
1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang
biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada
tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat
warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan
label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah,
harus tetap ada pada tubuh mayat.
2. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada
tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup mayat.
3. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada
tidaknya bercak/pengotoran) dari bungkus mayat. Catat tali
pengikatnya bila ada.

4. Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan


di atas sampai di bawah, dari yang terluar sampai terdalam.
Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak tekstil,
bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit, cap binatu,
monogram/inisial, dan tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak
dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak/pengotoran atau
robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya.
5. Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek,
bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.
6. Mencatat benda di samping mayat.

7. Mencatat perubahan tanatologi :


i. Lebam mayat; letak/distribusi, warna, dan intensitas lebam.
ii. Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa
sendi, dan ada tidaknya spasme kadaverik.
iii. Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dan dicatat
juga suhu ruangan pada saat tersebut.
iv. Pembusukan
v. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera
8. Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras,
perkiraan umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat
badan, disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada dinding perut.

9. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan


identitas khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan
kulit, anomali dan cacat pada tubuh.
10. Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari
rambut. Rambut kepala harus diperiksa, contoh rambut diperoleh
dengan cara memotong dan mencabut sampai ke akarnya, paling
sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang berbeda. Potongan rambut ini
disimpan dalam kantungan yang telah ditandai sesuai tempat
pengambilannya.
11. Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup,
tanda kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola
mata, warna, cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan,
atau bercak perdarahan. Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik
atau patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata.
Catat ukuran pupil, bandingkan kiri dan kanan.

12. Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan


hidung.
13. Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi
geligi dengan lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi
palsu, kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya.
14. Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau
pelebaran pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga
diperiksa secara menyeluruh.
15. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria
dicatat kelainan bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan
lainnya. Pada wanita dicatat keadaan selaput darah dan komisura
posterior, periksa sekret liang sanggama. Perhatikan bentuk lubang
pelepasan, perhatikan adanya luka, benda asing, darah dan lain-lain

16. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda


perbendungan, ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak
lumpur atau pengotoran lain pada tubuh.

17. Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat lengkap.


Setiap luka pada tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu
perkiraan penyebab luka, lokasi, ukuran, dll. Dalam luka diukur dan
panjang luka diukur setelah kedua tepi ditautkan. Lokalisasi luka
dilukis dengan mengambil beberapa patokan, antara lain : garis
tengah melalui tulang dada, garis tengah melalui tulang belakang,
garis mendatar melalui kedua puting susu, dan garis mendatar
melalui pusat.

PEMERIKSAAN DALAM
Yang perlu diperhatikan :
Rongga perut perlu diinspeksi dulu sebelum
rongga dada dibuka
Pemeriksaan dalam kepala harus dilakukan
setelah rongga dada kosong
Cara mengiris alat tubuh :
terlihat seluas-luasnya
Satu kali irisan
Irisan lain sejajar dengan irisan pertama
Permukaan tidak boleh dicuci tetapi dihapus
Permukaan

PEMERIKSAAN DALAM
Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan :
Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di
garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian
2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis,
dengan demikian tidak perlu melingkari pusat.
Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus
otopsi
Insisi melalui lekukan suprastenal menuju
simfisis pubis, lalu dari lekukan suprasternal ini
dibuat sayatan melingkari bagian leher.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan

histopatologi
mikrobiologi
virologi
immunologi
toksikologi
trace evidence

PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan

pneumo thorax
Pemeriksaan emboli udara
Percobaan getah paru-paru
(longsap proof)
Percobaan apung paru-paru
(docimasia pulmonum
hydrostatica = longdrijfproef)
Emboli lemak

DASAR HUKUM
Pasal 133 KUHAP
Ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.

Ayat 2:
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Ayat 3:
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan
penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan
pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 134 KUHAP


(1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik
wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun
dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan,
penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 179 KUHAP


1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku
juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli,
dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaikbaiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.

PASAL 222 KUHP

Barang siapa dengan sengaja mencegah,


menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.

ASFIKSIA
Pada pemeriksaan luar jenazah yang dapat
ditemukan adalah adanya sianosis pada
bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
Bendungan sistemik, pulmoner, dan dilatasi
jantung merupakan trias klasik yang muncul
pada korban asfiksia.
Lebam mayat yang ditemukan biasanya
memberikan warna merah-kebiruan gelap
dan terbentuk lebih cepat akibat tingginya
kadar CO2dan fibrinolisin.
Tingginya kadar fibrinolisin berhubungan
denga cepatnya kematian terjadi.

Busa halus pada hidung dan mulut dapat


ditimbulkan akibat reaksi yang ditimbulkan
oleh peningkatan aktivitas pernapasan fase
dispneu.
Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi
dan palpebra muncul sebagai bukti
terdapatnya bendungan pada mata.
Kapiler yang mudah pecah juga akan timbul
pada daerah konjungtiva bulbi, palpebra dan
subserosa lain.

Pada pemeriksaan bedah jenazah, korban


yang mati karena asfiksia akan menimbulkan
beberapa gejala khas, seperti :
Warna

darah lebih gelap dan encer


Muncul busa halus di saluran pernapasan
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ
tubuh
Petekie
Edema paru
Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan
( fraktur laring ).

TENGGELAM
Pada

korban tenggelam, pemeriksaan harus dilakukan


secara lengkap dan teliti. Ada beberapa hal penting yang
harus diperhatikan saat melakukan pemeriksan luar pada
jenazah tenggelam, yaitu :
Keadaan jenazah : basah, berlumpur, pasir, benda-benda penyerta
Busa halus pada hidung dan mulut, atau darah
Keadaan mata : setengah terbuka/tertutup, jarang terdapat
perdarahan/ bendungan
Kutis anserina pada permukaan anterior tubuh terutama
ekstremitas akibat adanya kontraksi otot erektor pili sebaga
respon dari air dingin.
Washer womans hand: telapak tagan berwarna keputihan dan
keriput karena adanya imbisi cairan ke dalam kutis
Cadaveric spasme: biasanya menunjukkan kadaan pada saat
korban berusaha menyelamatkan diri.
Luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, kaki akibat gesekan
benda-benda saat tenggelam.

Pada pemeriksaan bedah jenazah ada 6 hal


yang harus diperhatikan, yaitu :
Busa

halus dan benda asing ( pasir dan


tumbuhan air )
Paru paru membesar seprti balon
Petekie
Paru-paru normal (kasus tenggelam pada air
tawar )
Otak, ginjal, hati, limpa mengalami bendungan
Lambung membesar, terisi air, lumpur dan dapat
juga ada pada usus halus.

Pada kasus tenggelam, perlu dilakukan pemriksaan


laboratorium guna kepastian penyebab kematian.
Terdapat 2 pemeriksaan yang harus dilakukan, yaitu :
Pemeriksaan

diatom. Pada korban tenggelam diatom


biasanya akan masuk ke dalam saluran pernapasan
ataupun saluran pencernaan, yang nantinya akan masuk ke
dalam peredaran darah melalui dinding kapiler yang rusak.
Pemeriksaan diatom dapat menggunakan tekhnik destruksi
menggunakan sediaan yang diambil dari getah paru. Pada
pemeriksaan diperhatikan banyaknya diatom. Jika terdapat
4-5?LPB maka pemeriksaan diatom dikatan positif.
Pemeriksaan darah jantung.Asfiksia merupakan
keadaan dimana terjadinya gangguan sirkulasi udara
pernapasan yang menyababkan hipoksia dan peningkatan
karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan organ
kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik ) dan terjadi
kematian.

ABORTUS
Dalam

medis, abortus adalah gugur


kandungan atau keguguran itu sendiri
berarti berakhirnya masa kehamilan,
sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar
kandungan
Batas umur yang dapat diterima adalah
<28 minggu dan BB fetus <1000g
KUHP 345,347 dan pasal 348 tidak ada
abortus tapi gugur atau mati kandungan
KUHP pasal 349 memuat ancaman pidana
terhadap orang-orang dengan profesi
tertentu (dokter, bidan, juru obat) bila
mereka membantu kejahatan pada pasal
345, 347, 348

KUHP

pasal 299 memuat ancaman


pidana pada orang yang menyurh
wanita untuk diobati dengan
pengobatan yang bermaksud
menggugurkan kandungannya
4 jenis aborsi
Natural

atau aborsi spontan


Kecelakaan pada ibu seperti terpukul,
shock, atau rudapaksa lain pada daerah
perut
Abortus terapetik
Bortus kriminalis

Metode
Umur

kehamilan sampai 4 minggu

melakukan kerja fisik berat, kekerasan fisik


pada perut, pencahar,dll

Umur

abortus berdasarkan usia

kehamilan sampai 8 minggu

minum obat yang merangsang kontriksi otot


rahim dan mengganggu keseimbangan
hormonal

Umur

kehamilan sampai akhir12 atau


16 minggu

Menusuk kandungan dan memasukkan air


sabun, pasta atau karbol dan menggunakan
alat yang dapat melepaskan fetus dengan
kuret dsb..

Komplikasi
Berlangsung

cepat akibat syok vagal,


pendarahan hebat serta emboli udara
Berlangsung lambat ( 2 hari atau lebih) akibat
infeksi ginjal, kerusakan alat-alat dalam,
keracunan, pendarahan, shock dan emboli

PEMBUNUHAN ANAK

KUHP pasal 303 dan pasal 306 ayat 2 memuat ancaman


hukuman bagi seorang ibu yang membuang anaknya
tidak berapa lama setelah dilahirkan, oleh karena takut
akan diketahui bahwa ia melahirkan anak dan sebagai
akibat dari perbuatannya anak itu mati

KUHP pasal 341 memuat ancaman hukuman bagi seorang


ibu yang karena takut akan diketahui bahwa ia melahirkan
anak, dengan sengaja menghilangkan nyawa anak
tersebut ketika anak itu dilahirkan atau tidak lama
setelah dilahirkan

KUHP pasal 342 memuat ancaman hukuman bagi seorang


ibu yang melakukan tindak pidana seperti yang dimaksud
dalam pasal 341, dimana tindakan tersebut direncanakan

Kedokteran forensik harus dapat memberikan


kejelasan pada forensik mengenai
Anak

itu baru dilahirkan atau tidak lama setelah


dilahirkan
Sebab kematian dari korban, ditentukan
Lahir hidup/ mati
Hal-hal yang menyebabkan kematian misalnya
kekerasan

Kriteria anak baru lahir atau tidak lama


setelah dilahirkan : +/- tanda perawatan
Tubuh

korban masih berlumuran darah


Tali pusat belum dirawat ( belum diikat atau
masih terhubung dengan plasenta)
Adanya lemak bayi yang jelas pada daerah lipat
leher, ketiak, dan lipat paha
Belum diberi pakaian, dll
Miksroskopis: +/- sel radang pada tali pusat
(+)masih hidup dalam 6-8 jam setelah
dilahirkan

Lahir

hidup

Makroskopis

paru

Mengembang dan menutupi kandung jantung,


tepi tumpul, warnanya merah ungu dengan
gambaran mozaik, lebih berat (1/35 BB), (-)
krepitasi, tes apung (+), diiris atau dipijat
mengeluarkan darah dan busa

Mikroskopis

Pengembangan alveoli

Metode

yang sering dipakai dalam


pembunuhan adalah yang
menyebabkan mati lemas ( pencekikan,
penyeratan, pembekapan)

Berdasarkan

KUHP maka yang dapat


dikenakan hukuman karena
melakukan pembunuhan anak
adalah ibu anak itu sendiri,
demikian pula dengan tindak pidana
yang dimaksud salam pasal 308 dan
pasal 306 ayat 2
Pemeriksaan yang dilakukan pada
ibu
Keadaan

ibu menunjukkan ia baru saja


melahirkan atau masa nifas
Adanya barang bukti seperti
pembungkus mayat, kain berlumuran
darah setelah persalinan, dll

Pemeriksaan
Anak

lain

lahir cukup bulan atau prematur

Hal-hal

yang perlu diketahui dalam


menghadapi kasus pembunuhan anak
dan kasus kematian anak yang baru
dilahirkan
Lahir

hidup
Lahir mati
Premturitas
Perkiraan umur bayi berdasarkan pusat
penulangan
Umur bayi dalam kandungan 28 minggu (+)
pusat penulangan pada talus dan calcaneus
Umur bayi dalam kandungan 36 minggu ( matur)
(+) penulangan pada distal femur, cuboideum,
cuneiforme, dan bagian proksimal tibia

LO 2
Visum et Repertum

VISUM ET REPERTUM

Menurut Staatsblad tahun 1937 nomor 350 :

Visa

Reperta (Visum et
Repertum) adalah laporan
tertulis untuk Yustisi yang
dibuat oleh dokter berdasarkan
sumpah, tentang segala hal
yang dilihat dan ditemukan
pada benda yang diperiksa
menurut pengetahuan yang
sebaik-baiknya.

VISUM ET REPERTUM

KUHAP pasal 1 butir ke-28, menyatakan :


Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.

DASAR HUKUM PENGADAAN

Pasal 120 KUHAP


Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat
minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus

Pasal 133 KUHAP


(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya

MACAM-MACAM VISUM ET REPERTUM


1.

Visum et Repertum korban hidup:

et repertum definitif dibuat setelah


pemeriksaan selesai, korban tidak perlu dirawat lebih
lanjut atau meninggal.
Visum et Repertum sementara dibuat setelah
pemeriksaan selesai, korban masih perlu mendapat
perawatan lebih lanjut.
Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:
Setelah selesai perawatan korban sembuh.
Setelah mendapat perawatan, korban meninggal.
Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau
dokter lain.
Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau
melarikan diri
Visum

MACAM-MACAM VISUM ET REPERTUM


2.

Visum et Repertum mayat

(Harus

dibuat berdasarkan hasil autopsi


lengkap)
Tujuan pembuatan VeR ini adalah untuk
menentukan sebab, cara, dan mekanisme
kematian
3.

Visum et Repertum pemeriksaan TKP


Hubungan

sebab akibat luka yang ditemukan


pada tubuh korban.
Saat kematian korban.
Barang bukti yang ditemukan.
Cara kematian korban jika mungkin.

MACAM-MACAM VISUM ET REPERTUM


4.
5.
6.
7.

Visum
Visum
Visum
Visum
bukti

et
et
et
et

Repertum
Repertum
Repertum
Repertum

penggalian mayat
mengenai umur
Psikiatrik
mengenai barang

PIHAK YANG BERWENANG MEMBUAT


KETERANGAN AHLI

Pasal 133 ayat 1 KUHAP :


Yang berwenang melakukan pemeriksaan
forensik yang menyakut tubuh manusia dan
membuat keterangan ahli adalah dokter ahli
kedokteran kehakiman (forensik), dokter, dan
ahli lainnya
Jadi :
Keterangan yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan ahli
Keterangan yang dibuat selain ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan

PIHAK YANG BERHAK MEMINTA


VISUM ET REPERTUM

Penyidik
Pejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat Pelda
Polisi

Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurangkurangnya berpangkat Serda Polisi.
Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi
karena
Jabatannya adalah Penyidik

Hakim pidana
Hakim pidana biasanya tidak langsung minta visum
et repertum pada dokter, tetapi memerintahkan
kepada jaksa untuk melengkapi berita acara
pemeriksaan dengan visum et repertum. Kemudian
jaksa melimpahkan permintaan hakim kepada
penyidik.

PIHAK YANG BERHAK MEMINTA


VISUM ET REPERTUM

Hakim perdata
Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada
jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum
et repertum kepada dokter.

Hakim agama
Dasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman pasal 10.
Hakim agama mengadili perkara yang
bersangkutan dengan agama islam,sehingga
permintaan visum et repertum hanya berkenaan
dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat untuk
melakukan perceraian dan syarat waktu tunggu
seorang janda.

KETENTUAN UMUM DALAM PEMBUATAN


VISUM ET REPERTUM
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Diketik di atas kertas berkepala surat instansi


pemeriksa.
Bernomor dan bertanggal.
Mencantumkan nama Pro justitia dibagian atas (kiri
atau tengah)
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu
mendeskripsikan temuan pemeriksaan.
Tidak menggunakan istilah asing atau istilah
kedokteran.
Berstempel instansi pemeriksa tersebut.
Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.
Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et
Repertum (instansi).

FORMAT VISUM ET REPERTUM


Pembukaan

PRO JUSTITIA

Pendahuluan

Identitas

Pemberitaan

Hasil pemeriksaan

(objektif)
Kesimpulan
Pendapat pemeriksa
(subjektif, ilmiah)
Penutup
Sumpah, ilmiah,
tandatangan,

cap, dsb

BAGIAN-BAGIAN VISUM ET REPERTUM


1.PRO JUSTISIA
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian
visum et repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal
136 KUHAP.
2.PENDAHULUAN
Bagian ini memuat antara lain :
Identitas pemohon visum et repertum
Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et
repertum
Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X
Surabaya)
Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan
Identitas korban
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka,
dimana korban dirawat, waktu korban meninggal
Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar

3.

PEMBERITAAN

Identitas

korban menurut pemeriksaan dokter,


(umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum .
Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang
ditemukan pada korban.
Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
Hasil pemeriksaan tambahan.

Syarat-syarat

Memakai

bahasa Indonesia yg mudah dimengerti


orang awam.
Angka harus ditulis dengan huruf (4 cm ditulis
empat sentimeter).
Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka
bacok, luka tembak dll).
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai
apa yang dilihat dan ditemukan).

4.

5.

KESIMPULAN
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter
yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan).
Sifatnya subjektif.
PENUTUP
Memuat kata Demikianlah visum et repertum
ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.

PERANAN VISUM ET REPERTUM


SEBAGAI PENGGANTI BENDA BUKTI

PENYIDIK

PENUNTUT UMUM
HAKIM

PENASEHAT HUKUM

MENGUNGKAP
PERKARA
MEMBUAT DAKWAAN
KEYAKINAN MEMBUAT
PUTUSAN
FUNGSI PEMBELAAN

TUJUAN VISUM ET REPERTUM


Sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di
pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah
pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan
barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai
dengan KUHP pasal 184.
Ada
1.
2.
3.
4.
5.

5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:


Keterangan saksi
Keterangan ahli
Keterangan terdakwa
Surat-surat
Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:


1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat
3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya
untuk membuat kesimpulan VeR yang lebih baru

LO 3
Menjelaskan tentang kewajiban dokter dalam
membantu proses pengadilan

YANG BERWENANG/WAJIB
MELAKUKAN PEMERIKSAAN

Menurut KUHP pasal 133 ayat (1) yang


berwenang melakukan pemeriksaan atas
tubuh manusia, baik masih hidup maupun
sudah mati, adalah :
Ahli

kedokteran kehakiman
Dokter
Ahli lain, karena dengan dipergunakannya katakata dan atau ahli berarti ahli lain dapat
memeriksa sendiri tanpa bekerjasama dengan
dokter

SIAPA YANG BERHAK MEMINTA


VISUM ET REPERTUM

1. Penyidik (KUHAP I butir 1, 6,7,120, 133, PP RI NO 27 Th 1983)


* Pejabat polisi negara RI tertentu sekurang-kurangnya berpangkat PELDA
(AIPDA)
* Kapolsek berpangkat Bintara dibawah PELDA (AIPDA)
2. Penyidik Pembantu (KUHAP I Butir 3, 10, PP RI NO. 27 Th 1983)
* Pejabat polisi negara RI tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat
SERDA Polisi (BRIPDA)
3. Provos
* UU No I Darurat Th 1958
* Keputusan Pangab No. Kep/04/P/II/1984
* UU No. 31 tahun 1997 ttg Peradilan Militer
4. Hakim Pidana (KUHAP 180)

SYARAT KEPANGKATAN DAN PENGANGKATAN PENYIDIK


Pasal 2 (PP no.27 1983)
(1)Penyidik adalah :a.Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang
sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi;b.Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur
Muda Tk.I (Golongan II/b) atau yang disamakan dengan itu;
(2)Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Sektor
Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi,
karena jabatanya adalah penyidik.
(3)Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditunjuk oleh
Kepala Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4)Wewenang penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat
dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5)Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b diangkat oleh
Menteri atas usul dari Departemen yang membawahkan pegawai negeri
tersebut. Menteri sebelim melaksanakan pengangkatan terlebih dahulu
mendengar pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia.
(6)Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat
dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

DASAR HUKUM

Beberapa peraturan perundang-undangan


yang mengatur pekerjaan dokter dalam
membantu peradilan:
*
*
*
*
*
*
*
*

KUHAP 133
KUHAP 134
KUHAP 179
KUHP 222
Reglemen pencatatan sipil Eropa 72
Reglemen pencatatan sipil Tionghoa 80
STBL 1871/91
UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70

Pasal 179 KUHAP


Ayat 1:
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Ayat 2:
Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi
berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka
mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang
keahliannya.

UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70
Ayat 1:
Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab
penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan
tenaga kesehatan.
Ayat 2:
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Ayat 3:
Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

SANKSI HUKUM BILA DOKTER


MENOLAK PERMINTAAN PENYIDIK,

dapat dikenakan sanki pidana :Pasal 216


KUHP

Pasal 224
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli
atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara
paling lama enam bulan.

SANKSI KETERANGAN PALSU


Pasal 225
Barang siapa dengan sengaja tidak memenuhi
perintah undang-undang untuk menyerahkan
surat-surat yang dianggap palsu atau
dipalsukan, atau yang harus dipakai untuk
dibandingkan dengan surat lain yang dianggap
palsu atau dipalsukan atau yang kebenarannya
disangkal atau tidak diakui, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara
paling lama enam bulan;

Pasal 267
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja
memberikan surat keterangan palsu tentang ada
atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun
(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk
memasukkan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa
atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana
penjara paling lama delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang
siapa dengan sengaja memakai surat keterangan
palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan
kebenaran.

Pasal 242
(1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang
menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau
mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang
demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas
sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi
maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam
perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
(3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan
diharuskan menurut aturan-aturan umum atau yang menjadi
pengganti sumpah.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4
dapat dijatuhkan.

LARANGAN UNTUK MENJADI SANKSI


Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undangundang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapatmengundurkan diri
sebagaisaksi :
a.Keluarga sedarah atau semendadalam garis
lurus ke atas atau kebawah sampai sederajat
ketiga dariterdakwa atau yang bersamasamasebagai terdakwa

b.Saudara dari terdakwa atau yangbersamasama sebagai terdakwa,saudara ibu atau


saudara bapak,juga mereka yang
mempunyaihubungan karena perkawinan
dananak-anak saudara terdakwa
sampaiderajat ketiga
c.Suamiatauisteriterdakwameskipunsudah
bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa

Pasal 169 KUHAP


(1)Dalam hal mereka sebagaimanadimaksud
dalam pasal 168 menghendakinya dan
penuntut umum serta terdakwa secara tegas
menyetujuinya dapat memberi keterangan
dibawah sumpah
(2)Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), mereka diperbolehkan
memberikan keterangan tanpa sumpah

PERAN DOKTER DALAM PROSES


KEADILAN
Memastikan

sebab, cara, dan waktu


kematian pada peristiwa kematian tidak
wajar pada pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan atau kematian yang
mencurigakan.

KETERANGAN AHLI
Pasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan ahli
adalah keterangan yang diberikan oleh
seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan
Pasal 184 KUHAP : Akan dijadikan alat bukti
yang sah di depan sidang pengadilan.

KUHAP (KETERANGAN
AHLI)
Pasal

186: Keterangan ahli adalah apa


yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.
Pasal 187(c): Surat keterangan dari
seorang ahli yang dimuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi daripadanya.
Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat
bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP.

KETERANGAN AHLI

Pihak yang berwenang meminta:


KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidik
KUHAP Pasal 11 : penyidik pembantu
Kategori penyidik KUHAP Pasal 6 ayat (1) PP 27 tahun 1983
Pasal 2.
1) Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh
UU, pangkat paling rendah Pembantu Letnan Dua. Penyidik
pembantu pangkat paling rendah Sersan Dua.
Jika pegawai negri, penyidik pangkat paling rendah
golongan II/b. Penyidik pembantu II/a.
2) Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik
spt diatas, Kapolsek berpangkat bintara dibawah Pembantu
Letnan Dua dikategorikan sbg penyidik k/ jabatannya.

Kategori

penyidik

Surat

Keputusan Pangab No : Kep/04/P/II/1983


tentang Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer

Pasal 4 huruf c : Polisi militer sebagai


penyidik
Pasal 6 ayat c : Provoost dalam
membantu Komandan/Ankum dalam
penyidikan perkara pidana, tetapi
penyelesaian selanjutnya diserahkan
kepada POM atau POLRI

KETERANGAN AHLI
(PROSEDUR PERMINTAAN KETERANGAN
AHLI)
Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP
Pasal 133 ayat (2) terutama untuk korban mati)
Ditujukan kepada instansi kesehatan atau
instantsi khusus, bukan individu dokter yang
bekerja dalam instansi itu
Jenasah harus
diperlakukan baik, diberi
label identitas, penyidik
wajib memberitahu
keluarga pemeriksaan yg
akan dilakukan

Korban yg masih hidup


sebaiknya diantar
petugas kepolisian
guna kepastian
identitas

LARANGAN UNTUK MENJADI AHLI


KUHAP pasal 168

Kecuali ditentukan lain dalam undang undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan
diri sebagai saksi:
a.

b.

c.

Keluarga sedarah atau semen dalam garis


lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat
ketiga dari terdakwa atau yang bersama
sama sebagai terdakwa;
Saudara dari terdakwa atau yang bersama
sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau
saudara bapak, juga mereka yang
mempunyai hubungan karena perkawinan
dan anak anak saudara terdakwa sampai
derajat ketiga;
Suami atau istri terdakwa meskipun sudah
bercerai atau yang bersama sama sebagai

Jika dokter itu tidak keberatan, bahwa Visum et


Repertum yang dibuatnya dipakai dalam
perkara itu dan disetujui oleh terdakwa serta
penuntut umum makan dapat dipergunakan
KUHAP pasal 169:
1.

2.

Dalam hal mereka sebagaimana dimaksud dalam pasal


168 menghendakinya dan penuntut umum serta
terdakwa secara tegas menyetujuinya dapat memberi
keterangan di bawah sumpah
Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), mereka diperbolehkan memberi keterangan tanpa
sumpah

JENIS BANTUAN AHLI

Membuat

terang suatu perkara pidana,


mengumpulkan bukti-bukti yang
memerlukan keahlian khusus.
Memberikan petunjuk yang lebih kuat
mengenai pelaku tindak pidana.
Membantu hakim dalam menjatuhkan
putusan dengan tepat terhadap
perkara yang diperiksanya.

KEWAJIBAN DOKTER SEBAGAI


SAKSI AHLI
Wajib memberikan keterangan ahli
Pasal 120 KUHAP
Pasal 179 ayat (1) KUHAP
Wajib mengucapkan sumpah atau janji

PERMINTAAN sbg SAKSI AHLI (masa persidangan)


Pasal 179 KUHAP
Ayat 1:
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Ayat 2:
Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga
bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan
ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji
akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang
keahliannya

Melakukan
pemeriksaan
merupakan
kewajiban
bagi
dokter and ahli dengan ancaman
pidana menurut KUH Pidana pasal
224 :
Barangsiapa dipanggil secara sah
untuk menjadi saksi ahli atau juru
bahasa,
dengan
sengaja
tidak
menjalankan kewajiban yang sah
yang harus dijalankanya :
1.

2.

Dalam perkara pidana dipidana dengan


pidana
penjara
selama
lamanya
sembilan bulan
Dalam perkara perkara lain dipidana
dengan pidana penjara seama-lamanya

ALASAN SAH TIDAK MENJADI SAKSI AHLI


Keluarga

sedarah dalam garis lurus


keatas /kebawah sampai derajat ketiga
dari terdakwa / yg bersama-sama
sebagai terdakwa.
Saudara

dari terdakwa / yg bersama-sama


sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga
mereka yg mempunyai hubungan k/ perkawinan
dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat
ketiga.
Suami / istri terdakwa meskipun sudah bercerai
atau yg bersama-sama sebagai terdakwa.

KETERANGAN PALSU

Dalam KUHP pasal 242 disebutkan:


(1) Barangsiapa dalam keadaan dimana
undang undang menentukan supaya
memberikan keterangan diatas sumpah
atau mengadakan akibat hukum kepada
keterangan
yang
demikian,
dengan
sengaja memberikan keterangan palsu
diatas sumpah, baik dengan lisan atau
tulisan, secara pribadi maupun oleh
kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun
(2)Jika keterangan palsu diatas sumpah
diberikan dalam perkara pidana dan
merugikan terdakwa atau tersangka, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun

Pasal 37 :
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat
atau dokumen dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh memakai keterangan atau surat atau dokumen
yang dipalsukan untuk memperoleh Kewarganegaraan
Republik
Indonesia
atau
memperoleh
kembali
Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat
atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).

SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK


PERMINTAAN PENYIDIK
Pasal
1.

216 KUHP :

Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut


perintah atau permintaan keras, yang dilakukan
menurut peraturan Undang-undang oleh Pegawai
Negeri yang diwajibkan mengawasi atau oleh
pegawai negeri yang diwajibkan atau yang
dikuasakan mengusut atau memeriksa tindak
pidana. Demikian juga barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan suatu pekerjaan yang diusahakan
oleh salah seorang pegawai negeri itu untuk
menjalankan suatu peraturan undang-undang,
dipidana dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah

SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK


PERMINTAAN PENYIDIK
Pasal
2.

3.

216 KUHP :

Yang disamakan dengan pegawai negeri yang


tersebut dalam bagian pertama ayat diatas ini
ialah semua orang yang menurut peraturan
undang-undang selalu atau sementara
diwajibkan menjalankan suatu jabatan umum
apapun juga.
Kalau pada waktu melakukan kejahatan itu
belum lagi dua tahun sesudah pemidanaan
yang dahulu menjadi tetap karena kejahatan
yang sama itu juga, maka pidana itu dapat
ditambah sepertiganya.

DASAR HUKUM

Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat


penting diperlukan dalam rangka mencari kebenaran materiil
selengkap-lengkapnya bagi para penegak hukum tersebut.
u/ permintaan bantuan tenaga ahli pada tahap penyidikan
disebutkan pada KUHAP pasal 120 ayat (1), yg menyatakan :
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta
pendapat orang ahli / orang yg memiliki keahlian khusus.
u/ permintaan bantuan keterangan ahli pada tahap
pemeriksaan persidangan, disebutkan pada KUHAP pasal 180
ayat (1) yg menyatakan : Dalam hal diperlukan u/
menjernihkan duduknya persoalan yg timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli
dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yg
berkepentingan.

JENIS BANTUAN AHLI


Membuat

terang suatu perkara pidana,


mengumpulkan bukti-bukti yang
memerlukan keahlian khusus.
Memberikan petunjuk yang lebih kuat
mengenai pelaku tindak pidana.
Membantu hakim dalam menjatuhkan
putusan dengan tepat terhadap
perkara yang diperiksanya.

LO 4
Menjelaskan peraturan undang-undang yang
mengatur tentang penggugguran kandungan
dan pembunuhan anak sendiri.

UNDANG-UNDANG PEMBUNUHAN
ANAK SENDIRI

UNDANG-UNDANG
ABORSI

UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
Bagian

VI Kesehatan
Reproduksi
BAB XX KETENTUAN
PIDANA

Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis
dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75


hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung
dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal
kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c.dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat
yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77 Pemerintah wajib melindungi dan mencegah
perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)

KESIMPULAN
Kami telah mempelajari:
1. Menjelaskan tentang pemeriksaan terhadap
korban kematian dengan dugaan (Kematian
mendadak, asfiksia, tenggelam, toksikologi
forensik, pembunuhan anak sendiri,
penggugguran kandungan)
2. Menjelaskan VeR (definisi, isi dan bentuk, sumpah
dalam pembuatan, fungsi dan nilai dalam proses
pengadilan, jenis-jenis)
3. Menjelaskan tentang kewajiban dokter dalam
membantu proses pengadilan
4. Menjelaskan peraturan undang-undang yang
mengatur tentang penggugguran kandungan dan
pembunuhan anak sendiri.

SARAN

Melakukan autopsi pada mayat bayi

Anda mungkin juga menyukai