KELOMPOK 3
BLOK ETIKA HUKUM KEDOKTERAN DAN
FORENSIK
KELOMPOK 3
Tutor
Ketua
: Heratio Adiwiguna
405110084
405110086
Penulis
Anggota
: Budianto
405090095
Alief Ringga P. S.
405100102
Mely Febriansari
Andrian Lim
405110160
405100208
405110003
405110071
405110144
MASALAH
1.
2.
3.
4.
CURAH PENDAPAT
1.
2.
3.
4.
Dr forensik
Luka lecet (terbentur-bentur di sungai),
cutis anserina (refleks tubuh terhadap suhu
dingin), busa halus pada hidung dan mulut
(tenggelam), tali pusat dan plasenta (tidak
mendapatkan perawatan setelah kelahiran)
Mengancam keselamatan ibu, usia
kehamilan dibawah 40 hari (korban
pemerkosaan)
Pidana
MIND MAP
Bayi :
luka lecet, cutis anserina, busa halus mulut hidung,
tali pusat dan plasenta tenggelam, pembunuhan
anak sendiri
Penyidikan
Penyelidikan
Otopsi (tujuan, manfaat, prosedur, teknik, syarat, PP)
VeR (definisi, cara penulisan, fungsim jenis, dasar
hukum, UU)
LEARNING OBJECTIVES
1.
2.
3.
4.
LO 1
Menjelaskan tentang pemeriksaan terhadap
korban kematian dengan dugaan (Kematian
mendadak, asfiksia, tenggelam, toksikologi
forensik, pembunuhan anak sendiri,
penggugguran kandungan)
AUTOPSI
Ada 3 jns Autopsi
1. Anatomis
a. Utk pendidikan mahasiswa kedokteran
b.Dasar : UU Kesehatan
2. Klinis
a.Kepentingan diagnosa akhir
b.Cara kematiannatural (sakit)
c. Dasarkesepakatan(HK.Perdata)
3. Forensik
a.untuk kepentingan peradilan
b. cara & sebab kematiantidak diketahui
c.dasarKUHAP (HK. PIDANA)
MACAM OTOPSI
Otopsi anatomis
Otopsi klinik
Otopsi kehakiman/Forensik
OTOPSI FORENSIK :
TEKNIK AUTOPSI
Teknik
Virchow
Teknik tertua
Setelah pembukaan
Teknik
Rokitansky
Setelah
Setelah
Jarang
Teknik
Letulle
Setelah
Hubungan
Kerugian
Teknik Ghon
Setelah
TEKNIK OTOPSI
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam :
Insisi bentuk I
Insisi bentuk Y
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan khusus
PEMERIKSAAN LUAR
Kepala
Leher
Perut
Alat kelamin
Dubur
Anggora gerak
Punggung
Bokong
Cara melukis luka : harus
menggunakan absis dan
ordinat, dan luka harus
dirapatkan dulu
Identifikasi
Pakaian
Lebam mayat
Kaku mayat
Pembusukan
badan
PEMERIKSAAN LUAR
1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang
biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada
tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat
warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan
label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah,
harus tetap ada pada tubuh mayat.
2. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada
tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup mayat.
3. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada
tidaknya bercak/pengotoran) dari bungkus mayat. Catat tali
pengikatnya bila ada.
PEMERIKSAAN DALAM
Yang perlu diperhatikan :
Rongga perut perlu diinspeksi dulu sebelum
rongga dada dibuka
Pemeriksaan dalam kepala harus dilakukan
setelah rongga dada kosong
Cara mengiris alat tubuh :
terlihat seluas-luasnya
Satu kali irisan
Irisan lain sejajar dengan irisan pertama
Permukaan tidak boleh dicuci tetapi dihapus
Permukaan
PEMERIKSAAN DALAM
Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan :
Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di
garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian
2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis,
dengan demikian tidak perlu melingkari pusat.
Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus
otopsi
Insisi melalui lekukan suprastenal menuju
simfisis pubis, lalu dari lekukan suprasternal ini
dibuat sayatan melingkari bagian leher.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
histopatologi
mikrobiologi
virologi
immunologi
toksikologi
trace evidence
PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan
pneumo thorax
Pemeriksaan emboli udara
Percobaan getah paru-paru
(longsap proof)
Percobaan apung paru-paru
(docimasia pulmonum
hydrostatica = longdrijfproef)
Emboli lemak
DASAR HUKUM
Pasal 133 KUHAP
Ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
Ayat 2:
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Ayat 3:
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan
penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan
pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
ASFIKSIA
Pada pemeriksaan luar jenazah yang dapat
ditemukan adalah adanya sianosis pada
bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
Bendungan sistemik, pulmoner, dan dilatasi
jantung merupakan trias klasik yang muncul
pada korban asfiksia.
Lebam mayat yang ditemukan biasanya
memberikan warna merah-kebiruan gelap
dan terbentuk lebih cepat akibat tingginya
kadar CO2dan fibrinolisin.
Tingginya kadar fibrinolisin berhubungan
denga cepatnya kematian terjadi.
TENGGELAM
Pada
ABORTUS
Dalam
KUHP
Metode
Umur
Umur
Umur
Komplikasi
Berlangsung
PEMBUNUHAN ANAK
Lahir
hidup
Makroskopis
paru
Mikroskopis
Pengembangan alveoli
Metode
Berdasarkan
Pemeriksaan
Anak
lain
Hal-hal
hidup
Lahir mati
Premturitas
Perkiraan umur bayi berdasarkan pusat
penulangan
Umur bayi dalam kandungan 28 minggu (+)
pusat penulangan pada talus dan calcaneus
Umur bayi dalam kandungan 36 minggu ( matur)
(+) penulangan pada distal femur, cuboideum,
cuneiforme, dan bagian proksimal tibia
LO 2
Visum et Repertum
VISUM ET REPERTUM
Visa
Reperta (Visum et
Repertum) adalah laporan
tertulis untuk Yustisi yang
dibuat oleh dokter berdasarkan
sumpah, tentang segala hal
yang dilihat dan ditemukan
pada benda yang diperiksa
menurut pengetahuan yang
sebaik-baiknya.
VISUM ET REPERTUM
(Harus
Visum
Visum
Visum
Visum
bukti
et
et
et
et
Repertum
Repertum
Repertum
Repertum
penggalian mayat
mengenai umur
Psikiatrik
mengenai barang
Penyidik
Pejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat Pelda
Polisi
Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurangkurangnya berpangkat Serda Polisi.
Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi
karena
Jabatannya adalah Penyidik
Hakim pidana
Hakim pidana biasanya tidak langsung minta visum
et repertum pada dokter, tetapi memerintahkan
kepada jaksa untuk melengkapi berita acara
pemeriksaan dengan visum et repertum. Kemudian
jaksa melimpahkan permintaan hakim kepada
penyidik.
Hakim perdata
Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada
jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum
et repertum kepada dokter.
Hakim agama
Dasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman pasal 10.
Hakim agama mengadili perkara yang
bersangkutan dengan agama islam,sehingga
permintaan visum et repertum hanya berkenaan
dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat untuk
melakukan perceraian dan syarat waktu tunggu
seorang janda.
PRO JUSTITIA
Pendahuluan
Identitas
Pemberitaan
Hasil pemeriksaan
(objektif)
Kesimpulan
Pendapat pemeriksa
(subjektif, ilmiah)
Penutup
Sumpah, ilmiah,
tandatangan,
cap, dsb
3.
PEMBERITAAN
Identitas
Syarat-syarat
Memakai
4.
5.
KESIMPULAN
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter
yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan).
Sifatnya subjektif.
PENUTUP
Memuat kata Demikianlah visum et repertum
ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.
PENYIDIK
PENUNTUT UMUM
HAKIM
PENASEHAT HUKUM
MENGUNGKAP
PERKARA
MEMBUAT DAKWAAN
KEYAKINAN MEMBUAT
PUTUSAN
FUNGSI PEMBELAAN
LO 3
Menjelaskan tentang kewajiban dokter dalam
membantu proses pengadilan
YANG BERWENANG/WAJIB
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
kedokteran kehakiman
Dokter
Ahli lain, karena dengan dipergunakannya katakata dan atau ahli berarti ahli lain dapat
memeriksa sendiri tanpa bekerjasama dengan
dokter
DASAR HUKUM
KUHAP 133
KUHAP 134
KUHAP 179
KUHP 222
Reglemen pencatatan sipil Eropa 72
Reglemen pencatatan sipil Tionghoa 80
STBL 1871/91
UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70
UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70
Ayat 1:
Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab
penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan
tenaga kesehatan.
Ayat 2:
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Ayat 3:
Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 224
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli
atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara
paling lama enam bulan.
Pasal 267
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja
memberikan surat keterangan palsu tentang ada
atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun
(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk
memasukkan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa
atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana
penjara paling lama delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang
siapa dengan sengaja memakai surat keterangan
palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan
kebenaran.
Pasal 242
(1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang
menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau
mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang
demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas
sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi
maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam
perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
(3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan
diharuskan menurut aturan-aturan umum atau yang menjadi
pengganti sumpah.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4
dapat dijatuhkan.
KETERANGAN AHLI
Pasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan ahli
adalah keterangan yang diberikan oleh
seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan
Pasal 184 KUHAP : Akan dijadikan alat bukti
yang sah di depan sidang pengadilan.
KUHAP (KETERANGAN
AHLI)
Pasal
KETERANGAN AHLI
Kategori
penyidik
Surat
KETERANGAN AHLI
(PROSEDUR PERMINTAAN KETERANGAN
AHLI)
Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP
Pasal 133 ayat (2) terutama untuk korban mati)
Ditujukan kepada instansi kesehatan atau
instantsi khusus, bukan individu dokter yang
bekerja dalam instansi itu
Jenasah harus
diperlakukan baik, diberi
label identitas, penyidik
wajib memberitahu
keluarga pemeriksaan yg
akan dilakukan
Kecuali ditentukan lain dalam undang undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan
diri sebagai saksi:
a.
b.
c.
2.
Membuat
Melakukan
pemeriksaan
merupakan
kewajiban
bagi
dokter and ahli dengan ancaman
pidana menurut KUH Pidana pasal
224 :
Barangsiapa dipanggil secara sah
untuk menjadi saksi ahli atau juru
bahasa,
dengan
sengaja
tidak
menjalankan kewajiban yang sah
yang harus dijalankanya :
1.
2.
KETERANGAN PALSU
Pasal 37 :
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat
atau dokumen dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh memakai keterangan atau surat atau dokumen
yang dipalsukan untuk memperoleh Kewarganegaraan
Republik
Indonesia
atau
memperoleh
kembali
Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat
atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
216 KUHP :
3.
216 KUHP :
DASAR HUKUM
LO 4
Menjelaskan peraturan undang-undang yang
mengatur tentang penggugguran kandungan
dan pembunuhan anak sendiri.
UNDANG-UNDANG PEMBUNUHAN
ANAK SENDIRI
UNDANG-UNDANG
ABORSI
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
Bagian
VI Kesehatan
Reproduksi
BAB XX KETENTUAN
PIDANA
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis
dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)
KESIMPULAN
Kami telah mempelajari:
1. Menjelaskan tentang pemeriksaan terhadap
korban kematian dengan dugaan (Kematian
mendadak, asfiksia, tenggelam, toksikologi
forensik, pembunuhan anak sendiri,
penggugguran kandungan)
2. Menjelaskan VeR (definisi, isi dan bentuk, sumpah
dalam pembuatan, fungsi dan nilai dalam proses
pengadilan, jenis-jenis)
3. Menjelaskan tentang kewajiban dokter dalam
membantu proses pengadilan
4. Menjelaskan peraturan undang-undang yang
mengatur tentang penggugguran kandungan dan
pembunuhan anak sendiri.
SARAN