“Nyeri Kepala”
Tutor:
dr. Dayat
Disusun Oleh:
KELOMPOK IX
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Informasi II
Pemeriksaan fisik:
KU : Kesadaran komposmentis, tampak sakit ringan
VS: : T 160/100 mmHg, N 88x/ mnt, RR 20x/ mnt, t 36,8 0C
Kepala dan leher dalam batas normal
Dada : Jantung ictus cordis tidak tampak, konfigurasi jantung bergeser ke
caudolateral
S1-S2 murni, gallop (-), bising (-)
Paru: dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
Informasi III
X-foto thorax : gambaran jantung seperti sepatu
EKG : Left axis deviation, SD V1 + RV5/V6 > 35 mm
Kesan LVH
A. Klarifikasi Istilah
1. Nyeri
a. Nyeri atau sakit sekitar kepala termasuk nyeri dibelakang mata dan
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
b. Rasa sensorik tidak nyaman dan pengalaman emosional yang
berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi untuk kerusakan jaringan
2. Hipertensi
a. Tekanan darah arterial yang tetap tinggi; dapat tidak memiliki
sebab yang diketahui (essential, idiopathic, atau primary h) atau berkaitan
dengan penyakit lain (secondary h)
b. Tekanan arteri darah rerata diatas normal yang menetap diatas
140/90.
B. Batasan Masalah
Identitas Pasien
Nama : Ny. Sumi
Umur : 50 tahun
Keluhan utama : Nyeri kepala
RPS
Onset : 1 bulan yang lalu
Kuantitas : Nyeri kepala hilang timbul
Kualitas : Mengganggtu aktivitas
Faktor Memperingan : Minum obat sakit kepala
Gejala penyerta : Leher tersa tidak nyaman, kencang dan badan
cepat lelah
RPD : Menyangkal menderita hipertensi
RPK : Ayahnya penderita darah tinggi
RSE : Pedagang makanan
C. Analisis Masalah
1. Anatomi sistem kardiovaskuler
2. Fisiologi sistem kardiovaskeler
3. Venous Return dan Cardiac Output
4. Histologi sistem kardiovaskuler
5. Diagnosis deferensial
D. Pembahasan
1. Anatomi sistem kardiovaskuler
Jantung normal dibungkus oleh perikardium terletak pada mediastinum
medialis dan sebagian tertutup oleh jarinbgan paru. Bagian depan dibatasi
oleh sternum dan iga 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di
sebelah kiri garis media sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring
ke depan kiri dan apeks kordis berada paling depan dari rongga dada. Apeks
ini dapat diraba pada ruang sela iga 4 – 5 dekat garis medio- klavikuler kiri.
Batas kranial dibentuk oleh aorta asendens, arteri pulmonal dan vena kava
superior. Ukuran atrium kanan dan berat jantung tergantung pada umur, jenis
kelamin, tinggi badan, lemak epikardium dan nutrisi seseorang.
Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu atrium dekstra, atrium sinistra,
ventrikel dekstra dan ventrikel sinistra. Atrium dekstra dan sinistra dipisahkan
oleh septum interatrialis, ventrikel dekstra dan sinistra dipisahkan oleh
septum interventrikalis sedangkan antara atrium dan ventrikel dipisahkan oleh
septum atrioventrikuler. Valvula trikuspidalis memisahkan antara atrium dan
ventrikel dekstra sedangkan valvula bikuspidalis atau mitralis memisahkan
antara atrium dan ventrikel sinistra.
Atrium kanan, darah vena mengalir kedalam jantung melalui vena kava
superior dan inferior masuk ke dalam atrium kanan, yang tertampung selama
fase sistol ventrikel. Secara anatomis atrium kanan terletak agak ke depan
dibanding dengan ventrikel kanan atau atrium kiri. Pada bagian antero-
superior atrium kanan terdapat lekukan ruang atau kantung berbentuk daun
telinga disebut aurikel.Permukaan endokardium atrium kanan tidak sama;
pada posterior dan septal licin dan rata, tetapi daerah lateral dan aurikel
permukaannya kasar dan tersusun dari serabut – serabut otot yang berjalan
paralel yang disebut otot pektinatus.Tebal rata – rata dinding atrium kanan
adalah 2 mm.
Ventrikel kanan, letak ruang ini paling depan di dalam rongga dada,
yaitu tepat dibawah manubrium sterni.Sebagian besar ventrikel kanan berada
di kanan depan ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Perbedaan bentuk
kedua ventrikel dapat dilihat pada potongan melintang. Ventrikel kanan
berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, berdinding tipis dengan tebal 4 –
5 mm. Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan
alur keluar.Ruang alur masuk ventrikel kanan (right ventricular inflow tract)
dibatasi oleh katup trikuspid, trabekula anterior dan dinding inferior ventrikel
kanan.Sedangkan alur keluar ventrikel kanan (right ventricular outflow tract)
berbentuk tabung atau corong, berdinding licin terletak dibagian superior
ventrikel kanan yang disebut infundibulum atau konus arteriosus.Alur masuk
dan alur keluar dipisahkan oleh krista supraventrikulernm yang terletak tepat
di atas daun katup trikuspid. Atrium kiri, menerima darah dari empat vena
pulmonal yang bermuara pada dinding postero– superior atau postero-lateral,
masing - masing sepasang vena kanan dan kiri. Letak atrium kiri adalah di
posterior-superior ari ruang jantung lain, sehingga pada foto sinar tembus
dada tidak tampak. Tebal dindingnya 3 mm, sedikit lebih tebal daripada
dinding atrium kanan.Endokardiumnya licin dan otot pektinati hanya ada
pada aurikelnya.
Ventrikel kiri, berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya
mengarah ke anteroinferior kiri menjadi apeks kordis. Bagian dasar ventrikel
tersebut adalah anulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah 2- 3 kali
lipat diding ventrikel kanan. Tebal dinding ventrikel kiri saat diastole adalah
8 – 12 mm. Katup jantung terdiri atas 4 yaitu katup trikuspid yang
memisahkan atrium kanan dengan ventrikel kanan , katup mitral atau
bikuspid yang memisahkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri serta dua
katup semilunar yaitu katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal
adalah katup yang memisahkan ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis.
Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan aorta.
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis. Serabut – serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium
dan ventrikel termasuk pembuluh darah koroner.Saraf parasimpatis terutam
memberikan persarafan pada nodus sinoatrial,atrioventrikular dan serabut –
serabut otot atrium, dapat pula menyebar ke ventrikel kiri. Persarafan
simpatis eferen preganglionik berasal dari medulla spinalis torakal atas, yaitu
torakal 3- 6, sebelum mencapai jantung akan melalui pleksus kardialis
kemudian berakhir pada ganglion servikalis superior, medial atau inferior.
Serabut post – ganglionik akan menjadi saraf kardialis untuk masuk ke dalam
jantung.Persarafan parasimpatis berasal dari pusat nervus vagus di medulla
oblongta; serabut – serabutnya akan bergabung dengan serabut simpatis di
dalam pleksus kardialis. Rangsang simpatis akan dihantar oleh asetilkolin.
Pendarahan jantung, berasal dari aorta melalui dua pembuluh darah
koroner utama yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri ini keluar dari
sinus valsalva aorta.Arteri koroner kiri bercabang menjadi ramus nodi
sinoatrialis, ramus sirkumfleks dan ramus interventrikularis anterior. Arteri
koroner kanan bercabang menjadi ramus nodi sinoatrialis, ramus marginalis
dan ramus interventrikularis posterior. Aliran balik dari otot jantung dan
sekitarnya melalui vena koroner yang berjalan berdampingan dengan arteri
koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan melalui sinus koronarius.Selain
itu terdapat juga vena – vena kecil yang disebut vena Thebesii, yang
bermuara langsung ke dalam atrium kanan.
Pembuluh limfe pada jantung terdiri dari 3 kelompok pleksus yaitu
subendokardial, miokardial dan subepikardial. Penampunga cairan limfe dari
kelompok pleksus yang paling besar adalah pleksus subepikardial, dimana
pembuluh – pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang berjalan
sejajar dengan arteri koroner kemudian meninggalkan jantung di depan arteri
pulmonal dan berakhir pada kelenjar limfe antara vena kava superior dan
arteri inominata.
2. Fisiologi sistem kardiovaskuler
a. Letak jantung
Jantung adalah suatu organ berotot berongga dengan ukuran
sekepalan tangan. Jantung terletak di rongga thorak sekitar garis tengah
sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra di sebelah
posterior. Jantung memiliki pangkal yang lebar di sebelah atas dan
meruncing membentuk ujung yang disebut apeks di dasar. Jantung
membentuk sudut terhadap sternum, sehingga pangkalnya terutama berada
di kanan dan apeks di kiri sternum, sehingga pangkalnya terutama beerada
di kanan dan apeks di kiri sternum.
Saat berdenyut, terutama saat berkontraksi kuat, apeks sebenarnya
membentur bagian dalam dinding dada di sisi kiri. Karena kita menyadari
detak jantung melalui benturan apeks di sisi kiri dada.
Kenyataan bahwa jantung terletak antara dua struktur tulang,
sternum dan vertebra, memungkinkan kita secara manual mendorong
darah keluar dari jantung apabila jantung tidak memompa secara efektif
dengan menekan sternum secara berirama. Manuver ini menekan jantung
antara sternum dan vertebra, sehingga darah diperas keluar seolah – olah
jantung sedang berdenyut.
↑ Volume sekuncup
b. Cardiac Output
Cardiac output adalah volume darah yang dipompa oleh tiap-tiap
ventrikel per menit. Cardiac output dipengaruhi oleh kecepatan denyut
jantung (denyut per menit) dan volume sekuncup (volume yang
dipompakan per menit).
Kecepatan denyut jantung dipengaruhi oleh saraf simpatis dan
saraf parasimpatis. Saraf parasimpatis jantung adalah nervus vagus,
terutama mempersarafi atrium terutama nodus SA dan AV, sedangkan
untuk ventrikel tidak signifikan. Efek dari stimulasi saraf parasimpatis
pada jantung, antaralain :
1) Berpengaruh pada nodus SA yaitu untuk menurunkan kecepatan
denyut jantung . Asetilkolinyang dikeluarkan akibat peningkatan
aktivitas parasimpatis menyebabkan peningkatan permeabilitas nodus
SA terhadap K+ dengan memperlambat penutupan saluran K+.
2) Berpengaruh pada nodus AV yaitu menurunkan eksitabilitas nodus
AV, memperpanjang transmisi impuls ke ventrikel. Efek ini terjadi
akibat peningkatan K+ yang menyebabkan hiperpolarisasi membaran,
sehingga memperlambat inisiasi eksitasi di nodus AV.
3) Pada sel-sel kontraktil atrium mempersingkat potensial aksi, suatu
efek yang dianggap disebabkan oleh penurunan kecepatan arus masuk
yang dibawa oleh Ca2+, yaitu fase datar berkurang, akibatnya kontraksi
atrium melemah.
Dengan demikian, jantung akan berdenyut lebih lambat, waktu
kontrasi atrium dan ventrikel memanjang serta kontraksi atrium
melemah akibat efek dari saraf parasimpatis.
Saraf simpatis jantung mempersarafi atrium, termasuk di dalamnya
nodus SA da nodus AV serts lebih banyak mempersarafi ventrikel.
Pengaruh saraf simpatis bertolak belakang dengan saraf parasimpatis.
Saraf simpatis mengontrol kerja jantung pada situasi-situasi darurat
atau saat berolahraga, yaitu saat terjadi peningkatan kebutuhan aliran
darah dan mempercepat denyut jantung. Di sel-sel kontaktil atrium
dan ventrikel yang mempunyai ujung saraf simpatis, akan terstimulasi
oleh saraf simpatis sehingga terjadi peningkatan kekuatan kontraktil
sehingga jantung berdenyut lebih kuat dan memeras lebih banyak
darah keluar. Efek ini terjadi akibat peningkatan permeabilitas Ca2+,
yang meningkatkan influks Ca2+ dan memperkuat partisipasi Ca2+
dalam proses penggabungan eksitasi-kontraksi.
Volume sekuncup dipengaruhi oleh kontrol intrinsik yaitu berkaitan
dengan seberapa banyak aliran balik vena dan kontrol ekstrinsik yanga
berkaitan dengan stimulasi saraf simpatis pada jantung.
cardiac output
ARTERI VENA
LUMEN Sempit Lebar
BENTUK Lebih bulat Tidak bulat/Irreguler
LAPISAN Membrana elastica interna Membrana elastica
ada di semua ukuran arteri interna hanya ada pada
vena besar
Tunica media tebal Tunica media tipis
Ada membrane elastica Tidak mempunyai
eksterna membrane elastica
eksterna
Tunika adventisia tipis Tunika adventivisia tebal
b. Aorta
Dinding arteri terdiri dari 3 lapisan :
1) Tunica intima
Lapisan yang dekat dengan lumen, lapisan ini disusun oloeh
endotel dengan jaringan ikat sub endotel. Endothel merupakan epite
squamous simpleks, sedangkan jaringan ikat subendotel tersusun dari
jaringan ikat subendotel .
Dibawah jaringan ikat subendotel dapat ditemukan membrana
elastica interna .
2) Tunica media
Merupakan lapisan yang paling tebal pada dinding arteri . Lapisan
ini disusun oleh lapisan otot polos yang tersusun secara konsentrik .
Pada lapisan ini juga dapat ditemui serat-serat elastic yang ada diantara
parenkim otot polos .
Dibawah tunica media dapat ditemukan membrana elastica
eksterna .
3) Tunica adventisia
Merupakan lapisan paling luar dan relativ tipis yang terdiri dari
jaringan ikat .
c. COR
Dinding cor tersusun atas 3 lapisan yaitu :
1) Epicardium
Lapisan paling luar, sebenarnya epicardium adalah pericardium
pars visceralis . Lapisan ini berupa jaringan ikat tipis, dilapisi mesotel
( epitel squamous simpleks ). Diantara epicardium dan myocardium
terdapat jaringan ikat subepicardium yang mengandung sel-sel lemak .
2) Myocardium
Merupakan lapisan yang paling tebal. Lapisan ini dilengkapi
dengan otot jantung/myofibra cardiaca . Karakteristik dari otot jantung
adalah :
a) Inti di tengah berjumlah 1-2
b) Serabut otot jantung ;ebih pendek daripada otot rangka
c) Bercabang ( anastomose )
d) Discuss Intercalatus
3) Endocardium
Endocardium ini merupakan homolog dari tunica intima pada
pembuluh darah . Endocardium tersusun oleh endothel yang
merupakan epitel squamous simpleks, dan jaringan subendotel yang
terdiri dari jaringan ikat padat .
Dibawah endocardium terdapat lapisan subendocardial yang
terdiri dari jaringan ikat longgar. Pada lapisan subendocardial juga
dapat ditemukan myofibra conducens ( serabut purkinje ) .
d. Atrio-ventricular junction
Pada bagian ini dapat ditemukan atrium dan ventrikel . dan dapat diamati
perbedaan antara atrium dan ventrikel :
ATRIUM VENTRIKEL
ENDOCARDIUM Tebal Tipis
MYOCARDIUM Tipis Tebal
5. Diagnosis Deferensial
a. Hipertensi
1) Definisi : Tekanan arteri darah rerata diatas normal yang menetap
diatas 140/90.
2) Gejala :
a) Sakit kepala
b) Kelelahan
c) Mual dan muntah
d) Sesak napas
e) Gelisah
3) Diagnosis :
a) Ukur tekanan darah : pasien diistirahatkan selama 5 menit
kemudian diukur tekanan darahnya jika pada tekanan darah
pertama terjadi kenaikan makan diulangi kembali pengukurannya.
Kemudian untuk lebih menegakkan diagnosis pasien dapat
diminta kembali 2 hari setelah pengukuran untuk diukur kembali.
b) EKG : dibagi 3 stadium yaitu stadium 1 tidak ada kelainan
organ, stadium 2 terdapat hipertrofi ventrikel sinistra, stadium 3
gagal jantung.
c. Migrain
1) Definisi : Sakit kepala hebat yang biasanya menimpa sebelah sisi
kepala atau bias keduanya.
2) Gejala dan tanda :
a) nyeri kepala dengan serangan yang berlangsung 4-72 jam.
b) nyeri biasanya unilateral.
c) sifat berdenyut.
d) intensitas sedang sampai berat.
e) bertambah parah ketika aktivitas meningkat.
f) mual dan muntah.
3) Bertambah hebat oleh :
a) gerakan
b) suara
c) cahaya
d) bau-bauan
4) Faktor resiko :
a) faktor genetik 75-80%
b) wanita usia kurang dari 40 tahun
5) Kriteria :
a) Durasi 4-72 jam tanpa pengobatan
b) Minimal 2 dari 4 gambaran :
i. lokasi unilateral
ii. kualitas berdenyut
iii. ntensitas nyeri dari sedang sampai berat.
iv. semakin bertambah parah akibat aktifitas
c) Minimal 1 dari 2 gambaran :
i. mual dan muntah atau kedua-duanya
ii. fotofobia (intoleransi visual yang abnormal terhadap
cahaya), fonofobia (ketakutan abnormal terhadap bunyi atau
suara yang diucapkan keras)
d. Cluster Headache
1) Definisi : sakit kepala vascular (pembesaran pembuluh darah
didalam kepala).
2) Epidemiologi : kaum pria: wanita, rasio 6 : 1.
3) Gejala dan tanda :
a) sakit yang menyiksa 15 – 120 menit.
b) biasa terjadi pada satu sisi kepala, dibelakang mata / pada
daerah pelipis.
c) Sifat berdenyut : menjemukan, tajam
d) Lokasi : unilateral, orbita
e) Lama : 15-120 kali permenit
f) Frekuensi : serangan berkelompok dengan remisi lama
g) Lakrimasi ipsilateral
h) Muka merah
i) Hidung tersumbat
E. Sasaran Pembelajaran
1. Definisi hipertensi
2. Klasifikasi hipertensi
3. Etiologi hipertensi
4. Patofisiologi hipertensi
5. Diagnostik hipertensi
6. Penatalaksanaan hipertensi
7. Faktor resiko kardiovaskuler
F. Belajar Mandiri
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik,
misalnya sakit kepala atau pusing. Apabila hipertensi tetap tidak diketahui
dan tidak dirawat, mengakibatkan, kematian karena payah jantung, infark
miokardium, stroke, atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan perawatan
hipertensi yang efektif dapat menurunkan jumlah morbiditas dan
mortalitas. Dengan demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur
mempunyai arti penting dalam perawatan hipertensi.
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Joint National Comitte on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure :
3. Etiologi Hipertensi
Hipertensi ada 2 macam, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Essensial / Idiopatik)
Hipertensi yang tidak diketahui penyebab yang mendasarinya.
Hipertensi primer memiliki kecenderungan genetik kuat, yang
dapat diperparah oleh faktor- faktor kontri busi, misalnya
kegemukan, stres, merokok, dan ingesti garam berlebihan. Hal
berikut ini menggambarkan kemungkinan-kemungkinan
penyebab hipertensi primer :
1) Defek pada penanganan garam.
Gangguan fungsi ginjal yang terlalu ringan untuk
menimbulkan gejala-gejala penyakit ginjal, namun seeara
bertahap dapat menyebabkan akumulasi garam dan air di
dalam tubuh, sehingga terjadi peningkatan progresif tekanan
arteri.
2) Kelainan membran plasma, misalnya gangguan pompa Na
- K.
Defek semaeam ini, dengan mengubah gradien elektrokimia
di kedua sisi membran plasma, dapat mengubah eksitabilitas
dan kontraktilitas jantung dan otot polos dinding pembuluh
darah sedemikian rupa, sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah. Selain itu, pompa Na+-K+ penting dalam penanganan
garam oleh ginjal. Defek genetik pompa Na+-K+ pada tikus
laboratorium yang rentan hipertensi adalah hubungan gen-
hipertensi pertama yang dapat dibuktikan.
3) Tekanan fisik pada pusat kontrol kardiovaskuler oleh suatu
arteri di atasnya.
Seorang ahli bedah saraf, pada sejumlah kecil operasi,
berhasil menurunkan tekanan darah tinggi dengan
memindahkan sebuah lengkung besar arteri yang berdenyut
menekan medula jaringan otak.
4) Zat mirip-digitalis endogen.
Zat semacam ini serupa dengan obat digitalis untuk
meningkatkan kontraktilitas jantung serta me kan konstriksi
pembuluh darah dan men pengeluaran garam melalui urin,
yang semuanya dapat menyebabkan hipertensi kronik
5) Perubahan pengaturan EDRF/NO atau zat kimia vasoaktif
kerja-lokal dapat berperan menimbulkan hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab hipertensi sekunder digolongkan menjadi 4 jenis,
yaitu :
1) Hipertensi kardiovaskular biasanya berkaitan dengan
peningkatan kronik resistensi perifer total yang disebabkan
oleh aterosklerosis.
2) Hipertensi Renal (ginjal) dapat terjadi akibat dua
defek ginjal, yaitu oklusi parsial arteri renalis dan penyakit
jaringan ginjal itu sendiri.
a) Lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen
areteri renalis atau kompresi eksternal pembuluh oleh
suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke ginjal.
Ginjal berespons dengan mengaktifkan jalur hormonal
yang melibatkan angiotensin II. Jalur ini meningkatkan
retensi garam dan air selama pem bentukan urin,
sehingga volume darah meningkat untuk
mengkompensasi penurunan aliran darah ginjal. lngatlah
bahwa angiotensin II juga merupa kan vasokonstriktor
kuat. Walaupun kedua efek tersebut (peningkatan
volume darah dan vasokon striksi akibat angiotensin)
merupakan mekanisme kompensasi untuk memperbaiki
aliran darah ke arteri renalis yang menyempit, keduanya
juga me nyebabkan peningkatan tekanan arteri
keseluruhan.
b) Hipertensi renal juga terjadi jika ginjal sakit dan
tidak mampu mengeliminasi beban garam normal.
Terjadi retensi garam yang menginduksi retensi air,
sehingga volume plasma bertambah dan timbul
hipertensi.
c) Hipertensi endokrin terjadi akibat sedikitnva dua
gangguan endokrin: feokromositoma dan sindrom Conn.
i. Feokromositoma adalah suatu tumor medula
adre nal yang mengeluarkan epinefrin dan
norepinefrin dalam jumlah berlebihan. Peningkatan
abnormal kadar kedua hormon ini meneetuskan
peningkatan eurah jantung dan vasokonstriksi
umum, keduanya menimbulkan hipertensi yang
khas untuk penyakit ini.
ii. Sindrom Conn berkaitan dengan peningkatan
pembentukan aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang
menyebabkan retensi garam dan air oleh ginjal
(jalur renin-angiotensin-aldosteron). Beban garam
dan air yang berlebihan di dalam tubuh akibat
peningkatan kadar aldosteron menyebabkan
tekanan darah meningkat.
d) Hipertensi neurogenik terjadi akibat lesi saraf.
i. Masalahnya mungkin adalah kesalahan kontrol
tekanan darah akibat defek di pusat kontrol kardio -
vaskuler atau di baroreseptor.
ii. Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi
sebagai respons kompensasi terhadap penurunan
aliran darah otak sebagai contoh, karena sebuah
pembuluh besar otak tertekan oleh tumor. Sebagai
respons terhadap penurunan aliran darah otak,
dimulai suatu refleks yang meningkatkan tekanan
darah sebagai usaha untuk mengalirkan darah kaya
O2 ke jaringan otak secara adekuat.
4. Patofisiologi Hipertensi
Denyut
Perubahan Diameter
jantung dan
sehingga tekanan Isi Sekuncup
Frekuensi
perifer meningkat
meningkat
Diastolik sistolik
(apabila kronis)
↓
peningkatan tahanan perifer total
↓
kelainan pada sistem sirkulasi ginjal, otak, jantung sendiri.
↓
(hemostasis curah jantung dan volume cairan tubuh)
Renin
↑ fluid Reabsor
Venous ↑ Reabsor angiotensinog
↑
volume bsi constricti
air↑ cairan
Cortex contractibilit
Masuka Ususbsi air Tahanan
Pengeluar
Angiotensi enSistem
Cardiac Pengeluara
Na+on
danadren Haus dan
air AutoregulasiNa+ perifer
an saraf
II Hipertenvasokonstri
↑ ↑ekstraselul n
output
Otak
(intestin Angiotensi
n n ACE
Ginjal Jantung
Contarctilii
total
*Obesitas → kegagalan fungsi leptin
Obesita
s
Kegagalan
fungsi leptin
Lypolisis
Obesity + Increased Release of
Androgen abdominal free fatty
fat acid
Ekstraksi insulin
Peripher Sekresi hepatik ↓
Type 2 DM al insulin insulin
resisten pankreas
↑
Hiperinsuline
mia
Penghambat
an
Aktivitas Retensi Vascular
vasodilatasi
saraf sodium hypertroph
simpatis y
↑
Vasokonstri
ksi
pembuluh
darah
Hipertens
i
5. Diagnostik Hipertensi
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum,
kemudian memperhatikan keadaan khusus seperti : Cushing,
Feokromasitoma, perkembangan tidak proportionalnya tubuh atas
dibanding bawah yang sering ditemukan pada pada koarktasio aorta.
Pengukuran tekanan darah di tangan kiri dan kanan saat tidur dan
berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi Keith-Wagener Barker sangat
berguna untuk menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi arteri karotis
untuk menilai stenosis atau oklusi.
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan
untuk menilai HVK dan tanda-tanda gagal jantung. Impuls apeks yang
prominen. Bunyi jantung S2 yang meningkat akibat kerasnya
penutupan katup aorta. Kadang ditemukan murmur diastolik akibat
regurgitasi aorta. Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik) dapat
ditemukan akibat dari peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan
bunyi S3 (gallop vetrikel atau protodiastolik) ditemukan bila tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dari dilatasi ventrikel
kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama disebut summation gallop.
Paru perlu diperhatikan apakah ada suara napas tambahan seperti
ronki basah atau ronki kering/mengi. Pemeriksaan perut ditujukan
untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa, ginjal dan asites.
Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilikus (renal artery stenosis).
Arteri radialis, Arteri femoralis dan arteri dorsalis pedia harus diraba.
Tekanan darah di betis harus diukur minimal sekali pada hipertensi
umur muda ( kurang dari 30 tahun).
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal meliputi:
1) Urinalisis : protein,leukosit,eritrosit, dan silinder
2) Hemoglobin/hematokrit
3) Elektrolit darah : Kalium
4) Ureum/kreatinin
5) Gu1a darah puasa
6) Total kolesterol
7) Elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20-50%
(kurang sensitif) tetapi masih menjadi metode standard.
Apabila keuangan tidak menjadi kendala,maka diperlukan pula
pemeriksaan:
1) TSH
2) Leukosit darah
3) Trigliserida,HDL dan LDL Kolesterol Kalsium dan fosfor
4) Foto Toraks
5) Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK
lebih dini dan lebih spesifik (spesifisitas sekitar 95-100%).
6) Ekokardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi
diastolik (gangguan fungsi relaksasi ventrikel kiri, pseudo-normal
atau tipe restriktif)
Indikasi Ekokardiografi pada pasien hipertensi adalah:
1) Konfirmasi gangguan jantung atau murmur Hipertensi dengan
kelainan katup Hipertensi pada anak atau remaja
2) Hipertensi saat aktivitas,tetapi normal saat istirahat
Hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas sebabnya
(gangguan fungsi diastolik atau sistolik)
6. Komplikasi Hipertensi
a. Retinopati hipertensif
b. PJK
c. PJH
d. Stroke
e. Enselopati hipertensif
f. Nefrosklerosis
g. Hipertensi sekunder
h. Angina
8. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan penderita hipertensi idiopatik atau esensial
adalah untuk mencegah mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan
menggunakan cara yang paling nyaman. Tujuan utamanya adalah untuk
mencapai tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg dan mengendalikan
setiap faktor risiko kardiovaskular melalui perubahan gaya hidup. Apabila
perubahan gaya hidup tidak cukup memadai untuk mendapatkan tekanan
darah yang diharapkan, maka harus dimulai terapi obat. Pada awalnya
sebaiknya diberikan satu jenis obat.
Pengobatan utamanya dapat berupa diuretika, penyekat reseptor
beta-adrenergik, penyekat saluran kalsium, inhibitor ACE (angiotensin
converting enzyme) atau penyekat reseptor alfa-adrenergik, bergantung
pada berbagai pertimbangan pasien, termasuk mengenai (1) Biaya
(diuretika biasanya merupakan obat yang paling murah), (2) Karakteristik
demografi (umumnya Afro-Amerika lebih berespons terhadap diuretika
dan penyekat saluran kalsium dibandingkan terhadap penyekat beta atau
inhibitor ACE), (3) Penyakit yang terjadi bersamaan (penyekat beta dapat
memperburuk asma, diabetes melitus, dan iskemia tetapi dapat
memperbaiki angina, disritmia jantung tertentu, dan sakit kepala migren),
dan (4) Kualitas hidup (beberapa obat antihipertensi dapat menyebabkan
efek samping yang tidak diinginkan, seperti gangguan fungai seksual).
Hipertensisekunder (yaitu hipertensi akibat defek organ spesifik, seperti
penyakit ginjal, sindrom Cushing, feokromositoma, atau
hiperaldosteronisme primer) diobati dengan membalikkan proses penyakit
yang mendasari.
Pasien hipertensi pasca infark jantung sangat mendapat manfaat
pengobatan dengan penyekat beta, penghambat ACE utau antialdosteron
Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi mendapat manfaat dengan
pengobatan diuretik. penyekat beta dan penghambat kalsium.
Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat
manfaat tinggi dengan pengobatan diuretik. penghambat, ACE/ARB,
penyekat beta dan antagonis aldosteron.
Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip
pengobatannya sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu
diuretik, penghambat ACE/ARB. penghambat beta, dan penghambat
aldosteron.
TTD
...............................
KESIMPULAN