Anda di halaman 1dari 18

PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP

DAN SEL-SEL PENYUSUN JARINGAN TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BOLOGI UMUM

OLEH :

NAMA : WAHYU KURNIAWAN


NIM : J1C107057
KELOMPOK :V

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

OKTOBER 2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keunggulan manusia memang sangat mencolok yaitu dengan otaknya manusia
dapat mengembangkan tenologi yang sangat canggih ini dengan berbagai
pemikiran yang ilmiah tentunya. Namun ketika manusia dihadapkan dengan suatu
permasalahan yang kelihatannya kecil tetapi itu sangat rumit, contohnya adalah
untuk melihat benda yang sangat jauh maupun sangat dekat manusia tidak mampu
untuk melakukannya. Hal itu disebabkan karena mata pada manusia mempunyai
batas tertentu (Gabriel,1988).
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, semuanya tesebar dimuka bumi dari
dasar laut sampai kepuncak gunung yang diselimuti dengan es sekalipun
mikroorganisme tetap berada di tempat itu, dimata air belerang yang panas, dalam
tanah dan debu, diudara maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri
mikro organisme terdapat didalamnya. Sungguh kekuasan tuhan meliputi
segalanya. Bukan hanya itu, sebenarnya tubuh manusia sendiri disusun oleh
jaringan yang paling sederhana dan ukurannya sangat kecil pula (Fahn , 1991).
Karena mikroorganisme sangat kecil ukurannya dan dapat menimbulkan
penyakit maka timbullah pemikiran para Ilmuan untuk memecahkan masalah
tersebut. Setelah ditemukannya suatu alat untuk melihat benda yang sangat kecil
dalam hal ini adlah mikroorganisme atau sel-sel penyusun mahluk hidup.
Kemudian alat tersebut diberi nama mikroskop (Fahn , 1991).
Dari sini lah praktikan merasa perlu untuk melakukan percobaan yang
dianggap sangat penting ini karena praktikan berharap banyak dengan adanya
teknologi ini untuk mengamati suatu mikrooragnisme maupun sel penyusun
mahluk hidup yang ukurannya sangat kecil ini. Permasalahan inilah yang melatar
belakangi praktikan untuk melakukan percobaan ini (Gabriel, 1988).

1.2. Tujuan
Pada praktikum kali ini tujuan yang ingin dicapai oleh praktikan adalah, agar
praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dari mikroskop dan fungsi-fungsinya
serta cara mempergunakannya secara terampil. Praktikan dapat mengamati
bagian-bagian dari tumbuhan seperti sel dan jaringan tubuh lain pada hewan dan
tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroskop
Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan mikroskop
disebut mikroskopis atau disebut juga dengan mikroskopik yang berarti sangat
kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Fungsi mikroskop adlah untuk
membantu dan meningkatkan daya pisah mata seseorang dalam mengamatu
organisme atau objek lain yang sangat kecil (Syamsuri. I, 2000).
Mikroskop adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat benda-benda
yang sangat kecil karena tidak terlihat oleh mata biasa. Mikroskop dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, tetapi mekanisme kerjanya pada prinsipnya
adalah sama yaitu terdiri dari sistem optik, sistem perbesaran dan sistem iluminasi
yang menyebabkan terlihatnya suatu objek
Perbesaran yang dicapai suatu mikroskop cahaya adalah hasil kerja dua
sistem lensa yaitu lensa objektif yang terdekat dengan spccmin dan lensa okuler
terletak pada ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Sistem lensa objektif
memberikan perbesaran mula-mula dan mengahasilkan bayangan nyata, pada
gilirannya diperbesar oleh lensa okuler untuk menghasilkan bayangan maya yang
kita lihat (Zemansky & Sears, 1991)
Bila kita menginginkan perbesaran yang lebih besar daripada perbesaran
yang didapat dari lup, maka perlu memakai mikroskop cahaya. Mikroskop
tersebut terdiri atas dua lensa. Oleh karena itu mikroskop dikatakan sebagai alat
yang menggunakan kombinasi antara lensa-lensa yang berguna untuk mengamati
benda-benda yang berukuran kecil (Zemansky & Sears, 1991)
Mikroskop adalah alat bantu yang berfungsi untuk membesarkan ukuran
benda dari yang sesungguhnya. Mikroskop terdiri dari dua lensa yaitu lensa okuler
dan lensa objektif. Lensa okuler berfungsi sebagai lup pada mikroskop. Bayangan
yang dihasilkan adalah maya, terbalik dan diperbesar (Sutrisno, 1984).
Dalam pengembangannya, mikroskop terdiri dari dua jenis yaitu mikroskop
cahaya yang dalam penggunaannya memerlukan cahaya dan mikroskop elektron
yang memerlukan sinar-sinar electron seperti sinar gamma, sinar X dan lain-lain.
Mikroskop cahaya terdiri dari mikroskop streo, bidang gelap, flourensi, fase
kontras, interferensi dan polariasi serta mikroskop ultraviolet. Sedangkan
mikroskop elektron terdiri atas mikroskop elektron transmisi dan mikroskop
elektron scanning (Sutrisno, 1984).
Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai tujuan
penggunaan tertentu dan dengan berbagai kelengkapannya pula. Mikrskop yang
sering digunakan dalam biologi adalah mikroskop cahaya, baik yang berlensa
okuler tunggal atau dikenal dengan mikroskop monokuler maupun yang berlensa
okuler ganda atau yang dikenal dengan mikroskop binokuler. (Anonim, 2005)
Benda atau organisme yang akan diamati dengan mikroskop cahaya harus
berukuran kecil dan tipis, agar dapat ditembus oleh cahaya (sinar matahari atau
lampu). (Kelly, 1995)
Jenis-jenis dari mikroskop cahaya antara lain :
1. Mikroskop lapangan terang
Mempergunakan lensa-lensa dan kondensor standart dan memberikan
bayangan yang terbatas sekitar 0,3µm.
2. Mikroskop fase kontras
Mempergunakan lensa-lensa objektif dan kondensor yang telah
dimodifikasi sehingga dapat dilakukan pengamatan langsung pada sel-sel
hidup tanpa diksasi atau pulasan. Keistimewaannya adalah mikroskop fase
kontras mempunyai kondensor dan objektif yang mengubah sedikit
perbedaan pada indeks refraksi struktur jaringan dan memberikan
perbedaan dalam intensitas cahaya. Alat ini dipakai terutama untuk
mempelajari sel-sel hidup dan jaringan-jaringan yang tidak dipulas.
3. Mikroskop kontras interferensi diferensial (Mikroskop cahaya Nomanski)
Menggunakan lensa kondensor dan lensa objektif khusus untuk mengubah
perbedaan indeks refraksi menjadi suatu bayangan yang menampakkan
sifat tiga dimensi.
4. Mikroskop cahaya fluoresensi
Digunakan untuk menentukan zat fluoresensi yang ada dalam sel atau
yang dilabel dengan fluoresen. Mikroskop fluoresensi mempunyai sumber
cahaya dengan intensitas tinggi dan dua filter khusus.
a. Filter eksitasi
Terletak diantara sumber cahaya dan jaringan , menghalangi semua
sumber cahaya kecuali yang memancarkan fluoresensi.
b. Filter barrier
Terletak diantara jaringan dan okuler, menghalangi semua gelombang
cahaya kecuali yang memancarkan fluoresensi (Junquera, 1998).
Berdasarkan konstruksi dan kegunaan, mikroskop cahaya dapat dibagi atas
4 macam yaitu mikroskop biologi, stereo, metalurgi, dan fotografi. Sedangkan
mikroskop elektron dibagi atas mikroskop elektron transmisi dan skaning. Bagian
mikroskop yang berperan penting dalam penggunaan adalah bagian yang
mengatur perbesaran dan mengatur cahaya. (Gabriel, 1995).
Berdasarkan perkembangan fisika dan elektronika sekarang ini, maka
mikroskop dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :
1. Mikroskop cahaya, terdiri dari mikroskop stereo, mikroskop medan gelap,
mikroskop fluorentasi, mikroskop polarisasi, dan mikroskop ultraviolet.
2. Mikroskop elektron, terdiri dari mikroskop elektron transisi dan mikroskop
elekton scanning (Gabriel, 1995).

2.2 Sel Tumbuhan


Sel berasal dari kata cella yang artinya ruang kecil. Sel merupakan unit
terkecil dari makhluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan. Oleh karena itu
sel disebut juga satuan fungsi hidup, dengan pengertian sel tidak dapat berdiri
sendiri (Syamsuri, 2000).
Penelitian tentang sel pertama kalinya dilakukan oleh seorang ilmuwan
Inggris yang bernama Robert Hooke pada tahun 1665. Dia meneliti sayatan gabus
di bawah mikroskop dan menemukan ruangan-ruangan yang dibatasi oleh dinding
dan ia menyebutnya dengan sel. Walaupun penemuan itu masih sangat terbatas
tetapi dengan penemuan itu para ahli mulai tertarik dengan sel, apalagi setelah
mengetahui bahwa semua proses serta kegiatan makhluk hidup sangat berkaitan
dengan struktur dan fungsi dari suatu sel
(Janquera, 1998).
Pada tahun 1831, Robert Brown menemukan nukleus dalam sel epidermis
tumbuhan anggrek. Pada tahun 1886 Hugo Van Mohl membedakan antara
protoplasma dan cairan sel, kemudian pada tahun 1862 Kolliker
memperkenalkan istilah sitoplasma. Sejak abad kesembilan belas dan selama abad
ke-20 penelitian pada sel berkembang sedemikian pesatnya dan dengan langkah-
langkah yang sangat luar biasa sehingga sitologi menjadi sains tersendiri (Kimbal,
1993).
Pada tahun 1934, mikroskop elektron pertama kali digunakan. Dengan
mikroskop ini maka penguakkan misteri seputar sel mulai dilakukan. Jika semula
sitoplasma hanya terlihat sebagai cairan homogen tanpa struktur, dengan
mikroskop ini sitoplasma terlihat sebagai bagian sel yang memiliki bagian yang
rumit dengan pola-pola yang spesifik ( Sutrisno, 1984 ).
Salah satu perbedaan yang khas pada yang dimiliki sel tumbuhan
dibandingkan sel hewan adalah adanya dinding sel pada sel tumbuhan yang
mengandung bahan selulosa. Dinding sel ini berfungsi untuk melindungi isi sel
dan memberi bentuk pada sel. Apabila dalam ruang sel/lumen terdapat
protoplasma, sel itu dikatakan sel hidup, karena pada proroplasma sel tumbuhan
terdapat plasma sel, inti sel, butir-butir plastida dan mitokondria (Anonim, 2005).
Sel gabus tumbuhan Quercus suber termasuk sel mati karena sudah tidak
memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang selnya tampak kosong. Bentuk
sel gabus heksagonal, tersusun rapat antara satu dengan yang lainnya. Dengan
pewarnaan Safranin dan Hematoxylin akan nampak bayangan berwarna merah
(Ellis, 1998).
Kulit pada hewan terdiri dari epidermis yang terletak di bagian luar dan
dermis (corium) yang terletak di sebelah dalamnya. Epidermis terdiri dari atas
beberapa lapisan, yaitu 1) Stratum germatium 2) Stratum transitional dan 3)
Stratum corneum. Lapisan stratum germanium merupakan bagian bagian
epedermis yang sel-selnya selalu aktif membelah, membentuk sel-sel baru. Sel-sel
baru yang terbentuk akan membentuk sel-sel lama ke arah permukaan kulit,
sehingga makin lama sel-sel tersebut jauh dari dermis dan akhirnya mati
(Anonim, 2007).
Epidermis pada tumbuhan merupakan jaringan penyusun tubuh yang
paling luar, umumnya terdiri dari selapis sel saja dengan dinding tebal berlapis
kutikula menghadap ke udara. Untuk mencegah penguapan air yag terlalu besar
kadang masih terdapat lapisan lilin atu rambut-rambut yang berfungsi untuk
melindungi bagian dalam organ tumbuhan. Sehingga epidermis disebut sebagai
jaringan pelindung. Diantara epidermis terdapat alat tambahan yang disebut
derivat epidermis berupa rambut daun (trikoma), mulut daun (stomata), dan sel
kipas (Ellis, 1998).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Umum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 31
Oktober 2007 pada pukul 16.00 – 18.00 WITA, bertempat di Laboratorium
Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1. Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Percobaan Pengenalan dan
Penggunaan Mikroskop
Alat yang digunakan adalah, mikroskop cahaya monokuler dan
binokuler, dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah, kaca
benda, kaca penutup, pinset, pipet tetes, air, potongan huruf koran.

3.2.2. Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Percobaan Sel-Sel Penyusun
Jaringan Tumbuhan
Dalam praktikum biologi kali ini alat-alat dan bahan yang digunakan
adalah penampang melintang sel gabus batang ubi kayu (Manihot
utilissima), rambut buah kapuk (Ceiba pentandra), kapas (Gossypium sp.),
penampang melintang daun Ficus elastica, daun Hidrylla verticillata,
selaput bagian dalam umbi lapis bawang merah (Allium cepa), silet tajam,
cover dan objek gelas, pinset dan pipet tetes, dan aquades.

3.2 Prosedur Kerja


A. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
1. Mencari Bidang Penglihatan
1. Tabung dinaikkan menggunakan makrometer (pemutar kasar), hingga
lensa obyektif tidak membentur meja/panggung bila revolver diputar-
putar.
2. Tempatkan lensa obyektif pembesaran lemah (4X atau 10X) dengan
memutar revolver sampai berbunyi klik (posisinya satu poros dengan lensa
okuler).
3. Diafragma dibuka sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke
belakang.
4. Letak cermin diatur sedemikian rupa ke arah cahaya, hingga terlihat
lingkaran (lapangan pandang) yang sangat terang di dalam lensa okuler.

2. Mencari Bayangan Sediaan


1. Tabung mikroskop dinaikkan menggunakan makrometer, hingga jarak
antara lensa obyektif dengan permukaan meja 3 cm.
±
2. Letakkan sediaan yang akan diamati di tengah-tengah lubang meja benda,
dengan menggunakan penjepit sediaan agar tidak terjepit.
3. Makrometer diputar ke belakang sampai penuh (hati-hati), sambil
menempatkan noda sediaan tepat di bawah lensa obyektif, hingga jarak
antara ujung lensa obyektif dengan permukaan atas kaca penutup hanya
kurang lebih 1 mm.
4. Bidikkan mata ke lensa okuler sambil memutar makrometer ke depan
searah jarum jam secara hati-hati sampai tampak bayangan yang jelas.
5. Untuk memdapatkan pembesaran kuat, revolver dan lensa obyektif diputar
agar sesuai.

1. Mempersiapkan bahan untuk diamati


1. Koran yang tersedia dipotong bagian hurufnya kemudian diletakkan pada
gelas objek.
2. Terlebih dahulu objek dibasahi dengan 1-2 tetes air kemudian tutup
dengan kaca penutup.Amati di bwah mikroskop.
3. Setelah tampak jelas kemudian objek digambar sesuai dengan pengamatan,
dan diberi keterangan perbesaran gambar.

4. Memelihara Mikroskop
1. Mikroskop harus selalu diangkat dan dibawa dalam posisi tegak, dengan
satu tangan memegang erat pada lengan mikroskop dan tangan yang lain
menyangga pada dasar atau kakinya.
2. Apabila tabung perlu dicondongkan posisinya, maka cukup dengan
memutar engsel penggerak sebagai titik putar. Setelah selesai harus
ditegakkan kembali.
3. Usahakan agar lensa obyektif lemah (4X atau 10X) berada satu poros di
bawah lensa okuler. Atur kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga
ujung lensa obyektif lemah berjarak kurang lebih 1 cm dari alas meja
benda.
4. Kedudukan penjepit sediaan diatur dengan rapi dan cermin pada pisisi
tegak agar debu tidak banyak menempel.
5. Apabila pengamatan dengan menggunakan minyak imersi telah berakhir,
bersihkan sisa minyak dengan menggunakan cairan xilol sesegera
mungkin, dan dikeringkan dengan kain lap yang bersih.
6. Selanjutnya setiap akan menggunakan mikroskop, bersihkan lensa atau
bagian lainnya dengan kain lap bersih dari bahan yang halus (flanel).

5. Pengukuran Mikroskopis/Mikrometri
Untuk mengetahui ukuran obyek yang diamati dengan mikroskop dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebut mikrometer obyektif dan
mikrometer okuler.

B. Sel-Sel penyusun Jaringan Tumbuhan


Adapun langkah-langkah dalam praktikum ini adalah :
1. Tulang dan tangkai daun serta batang tumbuhan diiris setipis mungkin secar
melintang.
2. Buat irisan tersebut sebagai preparat basah dan mengamatinya di bawah
mikroskop.
3. Gambarlah dan beri keterangan serta beri perbesaran gambar yang diamati.
4. Amati perbedaan struktur histologi masing-masing jarinagan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Mikroskop
Mikroskop dengan bagian-bagiannya
Keterangan :
1.
2. Lensa okuler.
3. Tabung.
4. Makrometer.
5. Mikrometer.
6. Lengan.
7. Lensa obyektif.
8. Penjepit.
9. Difragma.
10. Panggung.
11. Cermin.
12. Kaki dasar.

4.1.2 Sel tumbuhan

Keterangan :
1. Dinding sel
2. Rongga sel
3. Gelembung sel

Gambar 1. Sel kapuk (Ceiba pentandra) dengan 100 kali perbesaran

Keterangan :
1. Dinding sel
2. Rongga sel
3. Ruang sel

Gambar 2. Penampang melintang sel gabus batang ubi kayu (Manihot utilissima)
dengan 100 kali perbesaran

Keterangan :
1. Dinding sel
2. Rongga sel
3. Ruang sel

Gambar 3. Allium cepa dengan 100 kali perbesaran

Keterangan :
1. Dinding sel
2. Rongga sel

Gambar 4. Sel kapas (Gossypium sp) dengan perbesaran 100 kali.

Keterangan :
1. Dinding sel
2. Sitoplasma
Gambar 5. Sel Hydrilla verticillata denga perbesaran 100 kali.

Keterangan :
1. Lapisan kutikula.
2. Epidermis ganda.
3. Stomata
4. aringan tiang
5. Sklerenkim.
6. Epidermis bawah.
7. Floem
8. Xilem

Gambar 6. Penampang melintang Ficus elastica denga perbesaran 100 kali.

Keterangan :
1. Lapisan kutikula.
2. Epidermis ganda.
3. Stomata
4. aringan tiang
5. Sklerenkim.
6. Epidermis bawah.
7. Floem
8. Xilem

Gambar 7. Preparat buatan penampang melintang Ficus elastica denga


perbesaran 100 kali.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Mikroskop
Lensa okuler adalah lensa yang terletak pada bagian atas tabung, berdekatan
dengan tabung. Lensa ini akan mengubah bayangan menjadi yang bersifat maya,
diperbesar dan terbalik dari pertama. Lensa ini terdiri dari dua lensa plankoveks
berfungsi untuk memperbesar bayangan yang telah diperbesar oleh lensa objektif.
Sedangkan tabung lensa itu sendiri berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
perbesaran bayangan antara dua lensa yaitu lensa okuler dan lensa objektif.
Makrometer digunakan sebagai alat pengatur kejelasan bayangan dengan
memfokouskan bayangan sediaan agar dapat terlihat. Alat ini digunakan dengan
cara memutar yang dimaksudkan untuk menaikkan dan merunkan tabung lensa
terhadap meja sediaan dan statif. Sedangkan mikrofokus berguna sebagai pengatur
jarak ketika lensa objektif sudah sangat dekat dengan kaca benda yang akan
diamati, alat ini digunakan denmgan cara memutar dengan menaikkan dan
menurunkan tabung lensa. Jika makrofokus tabung dinaikkan/diturunkan dengan
cara kasar maka mikrofokus mikrofokus melakukannya secara halus.
Lensa objektif digunakan untuk mendapatkan hasil perbesaran yang
maksimal. Lensa ini diputar sesuai dengan pembesaran yang diinginkan. Lensa ini
terletak pada revolver yang dapat diputar untuk menempatkan lensa pada
kedudukan yang sesuai. Di bawah revolver terdapat meja benda yang digunakan
sebgai tempat meletakkan benda sediaan, kemudian setelah mendapat posisi yang
sesuai kaca benda tersebut dapat dijepit dengan penjepit yang terdidri dari dua
buah penjepit.
Di bawah meja benda terdapat cermin yang berfungsi untuk mengatur
pencahayaan. Cermin ini terdiri dari dua permiukaan yaitu permukaan datar dan
permukaan cekung. Sedangkan kaki mikroskop berfungsi sebagai tempat
mikroskop berdiri. Diafragma berfungsi mengatur intensitas cahaya yang datang
dari pemantulan cermin di bawahnya.
Mikroskop mempunyai dua bagian yaitu bagian mekanis dan bagian optik.
1. Bagian Mekanis
Bagian ini bersifat sekunder namun sangat penting agar mikroskop
dapat digunakan dengan baik. Bagian mekanis terdiri atas :
a. Kaki/dasar atau basis
Dapat berbentuk tapal kuda, persegi atau bentuk yang lain. Berfungsi
sebagai penyangga supaya mikroskop dapat berdiri dengan kokoh.
b. Pilar, lengan dan engsel penggerak
Di atas kaki terdapat pilar, di atas pilar terdapat lengan. Bagian pilar dan
lengan dihubungkan oleh engsel penggerak yang berfungsi untuk
mengatur kedudukan mikroskop sesuai dengan yang dikehendaki.
c. Meja benda
Merupakan tempat untuk meletakkan benda/objek yang akan diamati.
Pada bagian tengah meja terdapat lubang yang berfungsi untuk
meloloskan cahaya yang berasal sari cermin pemantul. Di bawah
meja/panggung terdapat sub panggung yang padanya melekat kondensor
yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke obyek yang diamati. Di
bawah kondensor terdapat diafragma untuk mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang diperlukan.
d. Sekrup penggerak sediaan/obyek
Jumlahnya dua, tersusun pada satu sumbu yang berfungsi untuk
menggerakkan sediaan ke muka dan ke belakang (sekrup atas),
menggerakkan sediaan ke kiri dan ke kanan (sekrup bawah).
e. Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan
Jumlahnya dua atau menjadi satu, yang mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai pengatur atau penggerak kasar (makrometer) dan sebagai
penggerak halus (mikrometer).
– Makrometer berfungsi sebagai penggerak teropong untuk mencari
bayangan benda mendekati bayangan yang jelas.
– Mikrometer berfungsi sebagai penggerak teropong agar terlihat
bayangan yang sangat jelas.
1. Bagian Optik
Bagian ini terdiri dari cermin, lensa kondensor, diafragma, lensa
objektif, dan lensa okuler. Alat-alat tersebut merupakan bagian yang
utama atau primer dari sebuah mikroskop. Bagian-bagiannya adalah :
a. Cermin
Berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke objek yang
diamati. Pada setiap mikroskop selalu dilengkapi cermin dengan
permukaan ganda, yaitu permukaan datar dan permukaan cekung.
Permukaan datar digunakan apabila sumber cahaya cukup terang,
sedangkan permukaan cekung digunakan apabila intensitas sumber
cahaya kurang.
b. Lensa kondensor
Mikroskop yang baik biasanya dilengkapi dengan lensa kondensor yang
merupakan kombinasi dari dua lensa yang berfungsi untuk
memfokuskan cahaya ke obyek yang sedang diamati. Apabila kondisi
ruangan kekurangan cahaya, maka dengan menggunakan cermin cekung
dan mengatur kondensor akan diperoleh pencahayaan yang lebih baik.
Kondensor menampung dan mengarahkan cahaya agar terbentuk
kerucut cahaya yang menerangi obyek yang diamati.
c. Diafragma
Merupakan bagian yang dapat diputar/digeser tangkainya ke salah satu
arah, berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan saat
sedang mengamati obyek.
d. Lensa obyektif
Yang letaknya dekat dengan sediaan, biasanya terdapat 2, 3 atau lebih
lensa dipasang sekaligus pada revolver yang dapat diputar. Pada
umumnya dijumpai mikroskop dengan tiga lensa obyektif yaitu : 4X,
10X, dan 40X atau 45X. Lensa obyektif ini memperbesar dan
meneruskan bayangan obyek teriluminasi ke arah lensa lensa okuler.
Lensa obyektif mempunyai beberapa tipe yang biasa digunakan pada
berbagai mikroskop, antara lain : akromat, semi akromat (flourit),
apokromat, plan akromat (plan), dan plan apokromat (plan apo).
e. Lensa okuler
Terletak pada bagian atas tabung berdekatan dengan mata apabila
seseorang mengamati obyek dengan mikroskop. Lensa okuler biasanya
mempunyai perbesaran : 5X, 10X, 12,5X, dan 15X. Sering tampak garis
hitam menuju pusat pandangan, yang dimaksudkan sebagai penunjuk
yang sesungguhnya suatu tambahan saja. Lensa okuler berfungsi
memperbesar bayangan dan memproyeksikan ke retina yang mengamati
atau pada lempeng topografi. Pembesaran total sebuah mikroskop dapat
diperoleh dengan mengalikan angka-angka pada lensa obyektif dan
lensa okuler yang digunakan. Bila dikehehdaki pembesaran yang lebih
kuat lagi (100X ke atas), agar mendapat bayangan yang baik diperlikan
minyak imersi yang diletakkan di antara ujung lensa obyektif terpakai
dengan permukaan kaca penutup preparat mikroskopis, sehingga tidak
terdapat udara. Dalam pembentukan bayangan mikroskop cahaya yang
baik mempunyai batas daya pisah 0,2 - 0,4 µm atau mendekati
seperduapuluh garis tengah eritrosit manusia. Daya pisah (resolving
power) mikroskop cahaya tergantung pada variabel : pembesaran
obyektif, apertura numeric (A.N) obyektif dan panjang gelombang
cahaya yang digunakan untuk mengamati sajian. Mikroskop cahaya
mempergunakan transiluminasi dan digunakan untuk mempelajari
jaringan hidup dan jaringan yang diawetkan dan jaringan yang
berfluoresensi atau jaringan yang diberi zat fluoresen.

4.2.2 Sel tumbuhan


Langkah pertama yang harus dilakukan untuk praktikum ini adalah
menyiapkan preparat. Semua bahan pengamatan yang akan diamati dipotong
melintang atau membujur, dan diusahakan dipotong setipis mungkin sehingga
dapat ditembus oleh cahaya. Untuk preparat jadi, langkah tersebut tidak perlu
dilakukan.
Dari beberapa sel tumbuhan yang diamati, terlihat adanya bentuk-bentuk sel
yang tidak sama antara tumbuhan yang satu dan tumbuhan yang lainnya. Walupun
demikian, ada kesamaan antara semua sel tumbuhan tersebut, yaitu bentuknya
yang teratur misalnya sel ubi kayu, bentuk selnya segi enam beraturan layaknya
susunan bata pada halaman rumah ataupun di pinggir jalan raya. Dari hasil
praktikum, sel gabus ubi kayu (Manihot utilisima) yang hanya terdiri atas ruang
sel dan dinding sel, digolongkan sebagai sel mati karena tidak ditemukan plasma
atau cairan sel sebagai media hidup. Dinding sel yang merupakan karakteristik sel
berbentuk tebal yang berfungsi memberi bentuk pada sel dan melindungi isi sel.
Dinding sel pada umumnya relatif tipis pada sel muda, karena proses pembelahan
makin bertambah tebal dinding sel tersebut oleh proses pendesakan sel muda.
Sel kapuk denga perbesaran 40x diketehui bahwa sel ini terdiri dari diding
sel, rongga sel, dan gelembung sel (apabila rongga sel ditambahkan air maka akan
terjadi gelembung udara). Dinding sel pada sel kapuk berfungsi sama dengan
dinding sel pada sel gabus namun agak tipis. Pada sel ini masih terdapat
gelembung udara yang berasal dari air yang digunakan untuk membuat preparat
sel tersebut.
Sel kapas (Gossypium sp) hanya terlihat dua struktur sel yaitu dinding sel
dan torsi. Torsi berbentuk gelondong dan saling berhubungan antar selnya. Kapas
mempunyai serat selulosa yang lebih panjang daripada kapuk, walau pun sekilas
terlihat sama. Hal ini dikarenakan perbedaan sel kapas dan kapuk, kapuk
mempunyai gelembung sel sedangkan kapas tidak memiliki bagian itu. Serat
kapas dibawah mikroskop terlihat rapat dan jalinan selulosa yang panjang
sehingga kapas mempunyai serat yang lembut dan kuat. Yang menyebabkan kapas
menjadi kuat dan lembut adalah dikarenakan bagian torsi yang berbentuk
gelondong itu saling berhubungan antar selnya.
Daun karet (Ficus elastica) merupakan sel hidup. Permukaan atas daun
mempunyai lapisan epidermis ganda, tidak seperti lapisan bawahnya. Pada
epidermis bawah terdapat stomata sebagai tempat terjadinya pertukaran CO2 dan
O2. Di bawah epidermis terdapat jaringan parenkim yang terdiri dari jaringan spon
(bunga karang) dan sel tiang sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis. Yang
termasuk sel hidup lainnya dalam percobaan ini adalah daun Hydrilla verticillata
dan selaput bagian dalam umbi lapis bawang merah (Allium cepa).
Ciri-ciri sel tumbuhan : Mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel,
mempunyai klorofil, mempunyai vakuola atau rongga sel yang besar, menyimpan
tenaga dalam bentuk biji (granul) kanji.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain :
1. Mikroskop merupakan suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda
benda yang sangat kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
2. Mikroskop terdiri dari bagian-bagian yang memiliki fungsi yang berbeda-beda
dalam penggunaannya.
3. Mikroskop berfungsi untuk meningkatkan kemampuan daya pisah seseorang
sehingga memungkunkan dapat mengamati obyek yang sangat halus
sekalipun.
4. Mikroskop terdapat dua bagian yaitu bagian mekanis (merupakan bagian
sekunder dari sebuah mikroskop) dan bagian optik (merupakan bagian primer
dari sebuah mikroskop).
5 .Mikroskop yang sering digunakan dalam biologi adalah mikroskop cahaya
(mikroskop monokuler maupun mikroskop binokuler).
6. Sel gabus ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan sel mati karena hanya
terdiri dari ruang sel yang kosong dan dinding sel yang tebal.
7. Sel Hydrilla verticillata merupakan contoh sel hidup, terlihat dari dinding sel
yang tebal, kaya akan kloroplas yamng mengisi ruang selnya.

5.2 Saran
Praktikan hendaknya lebih meningkatkan keseriusan dan kedisiplinannya
dalam melaksanakan praktikum, dan kepada para asisten agar lebih memberikan
bimbingannya pada praktikan agar praktikan bisa lebih memahami praktikum
yang sedang dilaksanakan. Dalam menggunakan mikroskop sebaiknya kita hati-
hati agar tidak terjadi kerusakan. Sebaiknya mikroskop dipelihara dengan baik
agar dapat berfungsi dengan baik.
Daftar Pustaka

Anonim, 2007. Mikroskop


http:// www.norbert.old.no/exp/systeme/3494373.html
Diakses tangggal 5 Oktober 2007

Anonim,2007. Sel
http://www.lablink.or.id/Bio/Sel/sel-dinding.htm.
Diakses tangggal 10 Oktober 2007

Anonim,2005.Sel Tumbuhan
http://www.lablink.or.id/Bio/Sel/sel-dinding.htm.
Diakses tangggal 5 Oktober 2007

Kelly, as all. 1955. Microbiology. Appleton Century Crofts, Inc. New York.

Ellis, Nihayati. 1998. Anatomi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta.

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Gabriel, F. J. 1995. Fisika Kedokteran. EGC. Jakarta.

Junquera, I, Carlos, dkk. 1998. Histologi Dasar. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Jakarta.

Kimball, J. 1993. Biologi. Erlangga. Jakarta.


Sears, Zemansky. 1991. Fisika Untuk Universitas. PT. Trotra Mandiri. Indonesia.
Sutrisno. 1984. Fisika Dasar. Penerbit ITB. Bandung.
Syamsuri. I ,dkk. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai