Anda di halaman 1dari 2

PRODUKTIVITAS DARI ORANGTUA (Bagian 2)

Oleh : H.Supardi

Melengkapi bagian uraian tentang 10 kunci menjadikan anak-anak Anda juara


berikut diuraikan kunci yang ke (6) yaitu berusaha menunjukkan keteladanan
keunggulan. Selalu berusaha untuk ungguldalam apapun yang dilakukan, sehingga
keunggulan menjadi suatu norma yang tidak terucapkan dan ditulis. Tidak menyuruh
anak-anak untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah, namun belajar dan
mengerjakan pekerjaan rumah sudah menjadi norma yang diujuwkan terus menerus. (7)
mengajari dan membantu mereka memvisulisasikan dan mewujudkan potensinya.
Visualisasi berdasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu diciptakan 2 hal yaitu secara
mental dan kemudian secara fisik. Pada saat si-anak bermain sepak bola sebagai
gelandang, sebelum bermain diberikan visualisasi secara mental dengan ralaksasi dan
kemudian menggambarkan dengan detail tentang hidup yang dialami pada situasi
pertandingan sepakbola. Para atlit kelas dunia hampir semuanya melakukan visualisasi
mental secara konsisten dengan membangun perasaan benar-benar mengalami
kemenangan itu dalam kenyataan pertandingan. Pemain akan bisa menggambarkan
dirinya bermain terbaik dalam setiap pertandingan dan akhirnya memetik kemenangan.
Secara fisik tentu lebih mudah melatihnya. Visualisasi dengan melihat permainan pemain
idola juga bisa dilakukan. (8) menerima teman-teman mereka. Setiap anak pasti memiliki
teman dekat dalam permainan. Misalkan saja pemain sepak bola, pasti memiliki teman-
teman bermain sepak bola. Bilamana teman-teman mereka datang maka orangtua harus
bersikap baik dan menerima teman-teman anaknya tersebut. Bila memungkikan orangtua
bisa memperlihatkan foto atau rekaman permainan mereka pada saat bertemu seperti itu.
Kondisi ini akan menciptakan suasana kerjasama tim dan akan terjadi nilai dan budaya
negtim yang sangat baik. Sistem ini akan menjadi sarana pembinaan yang baik dan
selaras dengan situasi yang hendak dibangunnya. (9) menanamkan mereka ttg kesetiaan,
rasa yakin dan percaya, serta pelayanan pada orang lain. Empati adalah kunci dari
menuju pengaruh. Kunci menuju ke sembilan puluh sembilan adalah angka satu. Orang
yang bersikap sangat peka terhadap perasaan dan persepsi orang lain, akan mampu
membuat kerjasama menjadi berhasil. Dalam satu tim, manakala ada satu orang
kehilangan semangat dan merasa tersingkir, maka diperlukan kepedulian dari orang lain
dalam tim tersebut. Semangatnya harus dipompakan agar menjadi semangat semua
anggota tim. Satu orang sedang down atau tidak semangat maka akan mempengaruhi
kerja tim. (10) memberikan dukungan, sarana dan umpan balik. Membiasakan diri
berkomunikasi (apalagi di saat-saat sedang berpisah tempat tinggal) antara orangtua
dengan anak akan membangun dorongan moral yang luar biasa. Menelpon, berkirim surat
pada saat tidak serumah menjadi hubungan harmonis dan mampu memberikan dorongan
semangat secara emosional yang baik. Saling memberikan umpan balik dalam
komunikasi, tempat mencurahkan berbagai beban dan masalah akan menjadi solusi yang
mampu menciptakan semangat baru.
Dari dua peristiwa yang satu merupakan peristiwa nyata sebagai sukses
membangun dan menciptakan anak menjadi sukses berkarir seperti telah diuraikan pada
kolom 2 minggu yang lalu dan sebuah pengalaman rekayasa untuk menjadikan anak nya
menjadi juara (kunsi yang pertama sampai ke sepuluh), dapat memberikan pembelajaran
bagi kita semua bahwa produktivitas diri bukan saja sebagai hasil dari bakat dan minat,
akan tetapi menjadi manusia produktive juga karena dibentuk atau dibuat. Menjadi sukses
dan juara perlu kerja keras. Upaya yang terus menerus akan menghasilkan sesuatu yang
sudah bisa kita bayangkan atau kita gambarkan sebelumnya. Seperti ucapan Stephen R
Covey; ”membentuk juara membutuhkan usaha terus menerus. Kami berusaha keras
tanpa henti dan sering menemukan kebutuhan untuk kembali ke hal-hal yang mendasar”.
Nilai-nilai produktivitas dapat dibentuk dengan usaha yang terus menerus dan
membangun lingkungan yang kondusif untuk tumbuhnya sikap dan perilaku produktive,
seperti diceritakan Guru Besar saya tersebut. Semoga.

Penulis adalah
Dosen Pascasarjana dan Direktur PusBEK FE UII

Anda mungkin juga menyukai