Anda di halaman 1dari 10

Geliat Fakultas Agama Islam ditengah Industri Pendidikan

Oleh; BAEHAQI

Jika ditanya siapa yang paling bertanggungjawab terhadap daya saing dan daya

jual alumni Fakultas Agama Islam dalam dunia kerja, semua sepakat menjawab

bahwa Dekan dan Ketua Jurusan lah yang bertanggungjawab. Mereka adalah

urat nadi keberlangsungan Fakultas Agama Islam. Merekalah manajer dan

pengambil kebijakan dalam hal mengelola, mengkoordinir dan membuat desain

kebijakan ditingkat fakultas walau sifatnya tentatif dan terbatas.

Peran manajerial sebagai decition makking tersebut terbatas pada;

pegelolaan jam kuliah, jadwal mengajar dosen, kalender akademik fakultas,

penghimpunan nilai-nilai mahasiswa, mengkoordinir staff, dosen dan

mahasiswa, sementara kebijakan lainnya yang diatur oleh sistem kerja dan

birokrasi institusional.

Pembagian wilayah kerja tersebut pada akhirnya membuat gerak

Fakultas membaca kembali uraian tugas yang dikeluarkan pihak rektorat. Kalau

sudah dibatasi, maka tidak ada kekuatan absolut dari Fakultas Agama Islam

untuk melakukan akselerasi diluar sepengetahuan rektorat, semuanya harus

melalui standar prosedur yang berlaku. Jika sudah demikian, nampak bahwa

fakultas dan jurusan hanyalah penjaga gawang ditingkatnya masing-masing,

sedangkan dalam skala yang lebih besar rektorat lah yang mengatur,

mengawasi dan memutuskan sistem kerja operasional.

Pertanyaan berikutnya.........??? Siapakah yang bertanggungjawab

terhadap daya saing dan daya jual alumni Fakultas Agama Islam? Tidak

mungkin pertanggungjawaban dibebankan kepada fakultas, sebab sesuatu yang

geraknya sudah dibatasi maka pertanggungjawabannya pun terbatas pada

1
sektor tertentu saja. Maka secara instruksional, semua fakultas berada dibawah

tanggungjawab rektorat. Rektorat adalah manajernya para manajer, yang

berfungsi mengontrol semua aktifitas dan kegiatan-kegiatan setiap fakultas.

Jika demikian, Desain program sebaik apapun yang ditawarkan oleh masing-

masing fakultas tidak akan mencapai sasaran tanpa persetujuan rektorat (sesuai

tupoksi rektorat). Semisal ada fakultas yang menghendaki didatangkannya

tenaga ahli pada jurusan tertentu, konsekuensi logisnya adalah persetujuan

rektorat dalam penganggaran dan pembiayaan (rektor II bidang keuangan),

padahal kebutuhan akan tenaga ahli yang dimaksud oleh fakultas adalah guna

peningkatan mutu akademik, agar kualitas lulusannya lebih baik dan

berdampak pada daya jual alumni--yang selayaknya menjadi tanggungjawab

wakil rektor I bidang akademik.

Jika konsep sentralistik yang dimaksud demi kelancaran akademik,

kepegawaian maupun keuangan, maka secara otomatis kebutuhan sebagaimana

dimaksud di atas, sudah harus disediakan oleh rektorat. Rektorat membuka

ruang komunikasi terhadap kepentingan fakultas. Andaipun konsep sentralistik

dimaksudkan guna memperlancar arus kerja dan mengatur sistem kerja antara

rektorat dan fakultas, maka perlu ada komitmen awal dalam hal pembagian

kewewenangan dan kebijakan, agar fakultas dapat berimprovisasi untuk

pengembangan dirinya.

Sejalan dengan kebijakan sentralistik, rektorat lah yang memegang peran

strategis terhadap maju mundurnya sebuah fakultas. Pertanyaannya? Apakah

mungkin rektorat dapat memantau dan memahami semua program kebijakan

fakultas???. Belum lagi kebijakan satu arah hanya baik diterapkan untuk

wilayah-wilayah tertentu, semisal; rekruitmen pegawai, honorarium, sarana dan

prasarana, networking dan kalenderiasasi akademik, sementara wilayah

2
akademik an sich adalah wewenang mutlak fakultas. Ibarat suami isteri, suami

lah yang mengetahui karakter, sifat, pembawaan, tabiat, gaya, pola, sampai

jeroan nya seorang isteri, dan sebaliknya. Begitu pula dengan Dekan dan Ketua

Jurusan, mereka lah yang mengetahui kearah mana fakultasnya diarahkan.

Ruang komunikasi yang efektif untuk menggukuhkan jalinan

keseimbangan pengelolaan adalah menyegerakan dibentuknya Senat Perguruan

Tinggi, dan dilanjuti dengan pembentukan Senat Akademik Fakultas (tugas dan

fungsinya sudah sama-sama mengetahui). Beriringan dengan itu, rektorat pun

sudah mulai mengaktifkan peran-peran wakil rektor sesuai tugas dan fungsinya.

Di bawahnya, Biro dan Kasubag fakultas membantu kelancaran program

kebijakan institusi secara utuh, sesuai dengan wilayah nya masing-masing.

Harapan terbesar terbukanya ruang komunikasi tersebut memungkinkan

fakultas untuk mengelola keuangan secara mandiri. Seperti; uang konversi

nilai, uang administrasi bagi mahasiswa pindahan atau cuti, uang legalisir

ijazah, uang pengelolaan laboratorium fakultas, dan uang lainnya yang

dihasilkan dari lembaga-lembaga bentukan fakultas. Hasil-hasil uang tersebut

dapat dipergunakan oleh fakultas untuk pengembangan jurusan-jurusan dan

pengembangan akademik lainnya, serta fakultas dapat mengaksentuasikan misi

visinya menjadi lebih produktif.

Anomali di atas bersentuhan langsung dengan fakultas agama Islam di

Universitas Muhammadiyah Tangerang, fakultas tertua di kota Tangerang,

fakultas yang dikonotasikan oleh sebagian orang sebagai fakultas surga,

fakultas akherat, fakultas yang tidak komersil, fakultas yang sulit mencari

pekerjaan. Begitukah animo sesungguhnya????

Terlalu naif jika fikiran seperti itu ditolelir, perlu ada geliat kebangkitan

untuk mementahkan animo tersebut. Padahal ruh Muhammadiyah adalah sosial

3
keagamaan, ruh Islam yang dikelola melalui dunia pendidikan, tanpa fakultas

agama Islam, Universitas Muhammadiyah Tangerang tentunya akan kehilangan

arah. Nahkoda sesungguhnya dalam perahu layar universitas Muhammadiyah

Tangerang adalah fakultas agama Islam. Sangat layak kiranya jika respon

positif diberikan secara sungguh-sungguh kepada fakultas agama Islam.

Bukan maksudnya disini meminta perlakuan khusus terhadap fakultas

agama Islam, tetapi paling tidak fakultas ini adalah fakultas yang sangat

komersil, fakultas yang dapat menjamin keberlangsungan hidup perorangan

maupun kelompok di mayapada dunia, fakultas yang dipundaknya diberikan

beban lebih oleh persyarikatan untuk mensosialisasikan nilai-nilai agama

kepada masyarakat Indonesia. Kenapa tidak??? Selama makhluk manusia

masih membutuhkan agama, selama masih berdiri lembaga-lembaga kegamaan

seperti podok pesantren, majlis-majlis, lembaga dakwah, madrasah-madrasah,

dan lembaga pemerintahan masih konsens menangani agama, selama itu pula

fakultas agama Islam dibutuhkan oleh seluruh masyarakat Banten pada

khususnya.

Terbayangkah dalam benak kita jika kelak fakultas-fakultas lainnya

dibatasi geraknya oleh peraturan-peraturan mengikat yang dikeluarkan oleh

pemerintah--dalam hal ini departemen pendidikan nasional--sejalan dengan

perubahan dan perkembangan zaman. Sebagai ilustrasi, saat ini lulusan

Diploma 1 PGTk dan Diploma 2 PGSD diwajibkan menempuh S1 guna

menempuh kelayakan sebagai guru Tk/SD, penerimaan mahasiswa jurusan

keperawatan dan kebidanan dibatasi berdasarkan kuota mengingat sulitnya

daya tampung bagi lulusannya--hal inipun dapat saja terjadi pada fakultas

keguruan dan ilmu pendidikan, penerimaan mahasiswanya dibatasi berdasarkan

kuota, belum lagi dunia usaha lebih mengutamakan tenaga handal profesional

4
yang memiliki pengalaman di dunia kerja, sehingga peluang kerja untuk

jurusan-jurusan ketrampilan praktis harus benar-benar dipersiapkan secara

matang, seperti fakultas ekonomi, fakultas teknik dan fakultas hukum; yang

nota bene dibentuk untuk melahirkan tenaga propesional praktis yang handal.

Lagi-lagi perlu diulang, bukan maksudnya disini untuk mendiskriditkan

fakultas-fakultas lainnya atau menghilangkan sisi akademik dari program

pendidikan dan pengajaran dilingkungan Universitas Muhammadiyah

Tangerang, tetapi dimaksudkan sebagai barometer gerak juang fakultas agama

Islam bahwa selama makhluk manusia masih membutuhkan agama, selama

masih berdiri lembaga-lembaga kegamaan seperti podok pesantren, majlis-

majlis, lembaga dakwah, madrasah-madrasah, dan lembaga pemerintahan

masih konsens menangani agama, selama itu pula fakultas agama Islam

dibutuhkan oleh seluruh masyarakat Banten pada khususnya.

Hegemoni ini tentunya perlu direaksi serius oleh fakultas agama Islam

untuk mengelola dan merespon potensi keberagamaan tersebut, ditambah lagi

fakultas agama Islam di wilayah Banten sudah banyak. Untuk itu, dalam upaya

agar geliat fakultas agama Islam ditengah industri pendidikan dapat respon

positif dari masyarakat, maka yang paling sederhana adalah melakukan

langkah-langkah konstruktif sebagaimana termaktub dibawah ini;

1) Pembenahan administrasi; pembenahan ini meliputi

kelengkapan administrasi dosen dan pegawai, penghimpunan data

pribadi mahasiswa dan data nilai mahasiswa disemua tingkatan dan

yang tidak kalah penting pembenahan perizinan jurusan di FAI.

Pembenahan jurusan merupakan tolak ukur sejauhmana respon

pemerintah terhadap pelaksanaan pendidikan dilingkungan FAI

UMT, yang secara otomatis respon tersebut bersentuhan dengan

5
kesiapan jurusan dalam hal pelayanan kemahasiswaan dan pengadaan

tenaga profesional di jurusan masing-masing.

2) Evaluasi berkala per-bulan; meliputi kinerja pimpinan

fakultas dan jurusan, kinerja staff dan kinerja dosen. Evaluasi ini

tentunya dibarengi dengan komponen penilaian untuk reward dan

punishment, sistem penilaiannya dioleh oleh Dekan melalui Wakil

Dekan I. Sehingga profesionalitas dan kewibawaan fakultas dapat

terjaga, menghapus kesan kolegialitas dan atau nepotisme bahwa FAI

UMT siap menjamin kualitas dosen dan mahasiswanya.

3) Membuat program-program unggulan; mencakup program

fakultas dan program jurusan. Fakultas sudah seharusnya memiliki

agenda prioritas untuk 1 tahun ke depan berkaitan dengan

pengembangan dosen dan mahasiswa. Sementara jurusan juga sudah

mempersiapkan setiap langkah yang ingin dicapai guna memenuhi

target akademik dan komersialitas jurusan. Detail program unggulan

ini disesuaikan dengan potensi yang ada pada masing-masing jurusan.

Sehingga eksistensi FAI dilingkungan UMT maupun dengan pesaing

diluar tetap terjaga kualitasnya.

4) Mendatangkan tenaga ahli akademik/dosen berskala

nasional; dosen ahli pada masing-masing jurusan minimal tiga orang.

Tenaga ahli adalah seseorang yang memiliki kompetensi unggul

dibidang kependidikan Islam dan keuangan Syariah. Tenaga ahli

tersebut sudah selayaknya berstandar nasional, atau paling tidak

seorang magister yang produktif menulis artikel, makalah ilmiah atau

buku-buku kependidikan Islam dan keuang syariah.

6
5) Inovasi kurikulum; pimpinan fakultas dan jurusan

dilingkungan FAI harus berani melakukan perubahan kurikulum pada

setiap semester, sehingga tuntutan dan kebutuhan zaman dapat

diantisipasi sedini mungkin (tidak ada salahnya jika FAI UMT

memberikan matakuliah bahasa Cina atau Jepang, matakuliah kajian

studi agama kawasan Asia Tengara atau bobot matakuliah praktikum

menjadi 60%). Hal utama yang perlu diperhatikan adalah; jurusan

PAI dan MPS perlu dikonsentrasikan pada satu segi keahlian dan

ketrampilan, pengaruh dari pengkonsentrasian ini adalah

mengianalisis kembali komponen kurikulum yang sekarang

dipergunakan oleh kedua jurusan tersebut. Semisal jurusan PAI

mengkonsentrasikan keahlian lulusannya pada bidang sejarah atau

tafsir, MPS selayaknya menjadi konsentrasi pada jurusan ekonomi

Islam.

6) Mengukuhkan Forum Diskusi; FORDIS FAI (forum diskusi

fakultas agama Islam) dikhususkan bagi dosen-dosen FAI dengan

kualitas akademik yang mumpuni tentang kependidikan Islam dan

keuangan Syariah, sehingga tranformasi ilmu-ilmu kependidikan

kepada mahasiswa dapat berkembang dan selalu inovatif.

7) Networking; Jaringan kerjasama merupakan langkah penting

yang harus ditempuh oleh fakultas agama Islam. Pengukuhan

identitas FAI UMT baik secara internal maupun eksternal ditunjang

oleh seberapa besar peran FAI bagi UMT dan masyarakat, seberapa

luas hubungan FAI dengan institusi lainnya dilur lingkungan UMT,

seberapa efektif program-program kerjasama yang telah dibangun

FAI selama ini?. Kerjasama dimaksud meliputi kerjasama

7
pengembangan kurikulum dan beasiswa dengan Departemen Agama

dan Departemen Keuangan (Pusat sampai Kota), kerjasama dengan

perbankan Syariah (Pusat sampai daerah) guna mempersiapkan

ketenaga kerja ahli dibidang keuangan Syariah, kerjasama dengan

Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren se-provinsi Banten untuk

melatih ketrampilan mahasiwa jurusan PAI, kerjasama dengan

Depertemen Luar Negeri dan Perpustakaan Nasional dalam hal

pengayaan sumber bacaan dan hubungan luar negeri fakultas agama

Islam. (Awal kegiatan networking dapat dimulai dengan melakukan

studi banding/studi komprehensif ke perguruan tinggi yang dianggap

layak).

8) Penyediaan Sarana dan Pra Sarana KBM; dosen dan

mahasiswa adalah komponen edukatif yang saling bersinergi, pesan-

pesan edukatif dan transformasi keilmuan akan mudah diterima

mahasiswa jika proses belajar mengajar dilakukan dengan sempurna.

Pesan-pesan keilmuan tersebut akan dengan mudah disampaikan jika

dosen ditunjang oleh peralatan pengajaran yang lengkap. Penyediaan

sarana mengajar tidak harus bergantung kepada kekuatan keuangan

rektora, jika saja jurusan-jurusan yang ada dilingkungan FAI dapat

memanfaatkan sisi komersialitas jurusan, maka sumber pembiayaan

kegiatan belajar mengajar FAI dapat disediakan secara mandiri.

9) Pengelolaan Keuangan; salah satu tugas senat fakultas adalah

mengelola sumber keuangan secara proporsional dan berkesesuaian.

Artinya, potensi komersialitas dalam hal pengembangan jurusan dapat

dilakukan jika masing-masing jurusan memiliki kepekaan ekonomis

dalam bisnis pendidikan yang Islami. Seperti; jurusan PAI berinovasi

8
memiliki sekolah binaan yang pengelolaannya ditangani langsung

oleh jurusan. Jurusan MPS berinovasi mengelola koperasi atau bank

mini untuk kebutuhan kemahasiswaan. Pengelolaan keuangan juga

meliputi; pengelolaan uang konvesi nilai untuk mahasiswa pindahan,

pengelolaan uang ujian, pengelolaan uang legalisir ijazah,

pengelolaan uang bimbingan skripsi.

10) Pemberdayaan Dosen dan Mahasiswa; Tolak ukur

keberhasilan fakultas adalah jika dosen dan mahasiswa nya produktif

dalam bidang akademik dan karir. Aktifitas dosen dilingkungan FAI

harus ditunjang ddengan produktifitasnya menulis makalah, karya

ilmiah, penelitian dan buku. Sedangkan produktifitas mahasiswa

dapat ditunjang dengan kegiatan-kegiatan ilmiah akademik melalui

forum kajian dan diskusi antar lembaga.

11) Desain Ruang Kerja; Kantor adalah tempat seseorang

melakukan aktifitas kerja sehari hari untuk melahirkan konsep, ide

atau karya-karya yang segar. Kantor juga merupakan ruangan tempat

untuk melakukan interaksi antar orang per-orang, cerminan dari

budaya akademik dilingkungan FAI. Untuk menghasilkan pemikiran

yang segar, karya yang inovatif, ide yang kreatif, etos kerja yang

produktif, perlu ditunjang oleh suasana yang kondusif dan nyama.

Maka desan ulang interior kantor FAI UMT mutlak dirancang ulang

agarg dapat mencerminkan; budaya akademis, nuansa religius, etos

kerja dan siap bersaing.

SUDAHKAH DAN MAMPUKAN FAI MELAKUKAN INI SEMUA???

9
persembahan dari;
BAEHAQI
kepala bagian Akademik Universitas Muhammadiyah Tangerang
Tulisan hanya untuk kalangan sendiri

10

Anda mungkin juga menyukai