Anda di halaman 1dari 4

SAMUDRA PASAI NEGARA ISLAM PERTAMA

Di Masa Khalifah ketiga ‘Ustman (644 – 656), utusan-utusan dakwah dari Tanah Arab mulai tiba di
istana Cina. Kontak-kontak antara cina dan dunia Islam terpelihara terutama lewat jalur laut melalui
perairan Indonesia. Karena itu tak aneh bila orang-orang Islam tampak memainkan peran penting
dalam urusan-urusan negara-perdagangan yang besar di Sumatera yang beragama Budha, Kerajaan
Sriwijaya. Antara tahun 904 M sampai pertengahan abad XII, utusan-utusan dari Sriwijaya ke istana
Cina memiliki nama Arab (Muslim). Inilah yang menjadi jejak-jejak telah munculnya peran umat
Islam dalam bidang ekonomi-politik meskipun dalam sistem pemerintahan Sriwijaya yang Budha.
Petunjuk pertama tentang muslim Indonesia berkaitan dengan bagian utara Sumatera. Di
pemakaman Lamreh ditemukan nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin Al-Bashir yang wafat tahun
608 H/ 1211 M. Ini merupakan petunjuk pertama tentang keberadaan kerajaan Islam di wilayah
Indonesia.

Hikayat Raja-Raja Pasai, merupakan salah satu sumber tentang cerita masuknya Islam ke Samudra.
Dalam cerita ini disebutkan bahwa Khalifah di Mekah mendengar tentang adanya Samudra dan
memutuskan untuk mengirim sebuah kapal ke sana untuk memenuhi harapan forcasting Nabi
Muhammad SAW bahwa suatu hari nanti akan ada sebuah kota besar di timur yang bernama
Samudra, yang akan menghasilkan orang suci. Kapten kapal itu, Syekh Ismail, singgah dulu di
India untuk menjemput seorang sultan yang telah mengundurkan diri karena ingin menjadi da’i.
Penguasa Samudra, Merah Silau (atau Silu), bermimpi bahwa Nabi menampakan diri kepadanya,
mengalihkan secara gaib pengetahuan tentang Islam kepadanya dengan cara meludah ke dalam
mulutnya, dan memberinya gelar Sultan Malik As-Salih. Setelah terbangun, sultan yang baru ini
mendapati bahwa dia dapat membaca Qur’an walaupun dirinya belum pernah diajar, dan bahwa dia
telah dikhitan secara gaib. Dapat dimengerti bahwa para pengikutnya merasa takjub atas
kemampuan sultan mengaji dalam bahasa Arab. Kemudian kapal dari Mekah tadi tiba. Ketika
Syekh Ismail mendengar pengucapan dua kalimat syahadat Malik As-Salih, maka dia pun
melantiknya menjadi penguasa dengan tanda-tanda kerajaan dan jubah-jubah kenegaraan dari
Mekah. Syekh Ismail terus mengajarkan dua kalimat Syahadat. Syekh Ismail kemudian
meninggalkan Samudra, sedangkan da’i yang berkebangsaan India tetap tinggal untuk menegakan
Islam secara lebih kokoh di Samudra. Sultan Malik As-Salih meninggal pada tahun 1297 M.
Dibawah pemerintahan Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297 – 1326), kerajaan Samudra Pasai
mengeluarkan mata uang emas yang beridentitas ketuhanan. Mata uang tersebut, sampai saat ini,
dianggap sebagai mata uang emas tertua yang pernah di keluarkan oleh sebuah kerajaan Islam di
Asia Tenggara.

Sumber : http://serbasejarah.wordpress.com/2008/12/10/samudra-pasia-negara-islam-pertama/

KerajaanMalaka
Kesultanan Malaka

Kesultanan Malaka pada abad ke-15


Ibu kota Malaka
Bahasa Melayu
Agama Islam
Pemerintahan Monarki
Sultan
- 1402-1414 Parameswara
- 1414-1424 Megat Iskandar Syah
- 1424-1444 Sultan Muhammad Syah
- 1444-1445 Seri Parameswara Dewa Syah
- 1445-1459 Sultan Mudzaffar Syah
Sejarah
- Didirikan 1402
- Invasi Portugis 1511
Kesultanan Melaka (1402 - 1511) adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara,
seorang putra Melayu berketurunan Sriwijaya.
Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri
Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya. Sang Nila Utama mendirikan Singapura
Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma
Wira Diraja (1372 – 1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma
(1386 – 1399). Pada tahun 1401, Parameswara putra dari Seri Rana Wira Kerma, mengungsi dari
Tumasik setelah mendapat penyerangan dari Majapahit.
Ibu kota kerajaan ini terdapat di Melaka, yang terletak pada Selat Malaka. Kesultanan ini
berkembang pesat menjadi sebuah entrepot dan menjadi pelabuhan terpenting di Asia Tenggara
pada abad ke-15 dan awal 16. Malaka runtuh setelah ibukotanya direbut oleh Portugis pada tahun
1511.

Kejayaan yang dicapai oleh Kerajaan Melaka di sebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu,
Parameswara telah mengambil kesempatan untuk menjalinkan hubungan baik dengan negara Cina
ketika Laksamana Yin Ching mengunjungi Melaka pada tahun 1403. Salah seorang dari sultan
Malaka telah menikahi seorang putri dari negara Cina yang bernama Putri Hang Li Po. Hubungan
erat antara Melaka dengan Cina telah memberi banyak manfaat kepada Malaka. Malaka mendapat
perlindungan dari Cina yang merupakan pemegang kekuasaan terbesar di dunia pada masa itu untuk
menghindari serangan Siam.

Sejarah

Parameswara pada awalnya menjadi raja di Singapura pada tahun 1390-an. Negeri ini kemudian
diserang oleh Jawa dan Siam, yang memaksanya pinda lebih ke utara. Kronik Dinasti Ming
mencatat Parameswara telah tinggal di ibukota baru di Melaka pada 1403, tempat armada Ming
yang dikirim ke selatan menemuinya. Sebagai balasan upeti yang diberikan Kekaisaran Cina
menyetujui untuk memberikan perlindungan pada kerajaan baru tersebut.
Parameswara kemudian menganut agama Islam setelah menikahi putri Pasai. Laporan dari
kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409 menyiratkan bahwa pada saat itu Parameswara masih
berkuasa, dan raja dan rakyat Melaka sudah menjadi muslim. Pada 1414 Parameswara digantikan
putranya, Megat Iskandar Syah.
Megat Iskandar Syah memerintah selama 10 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Syah. Putra
Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, tampaknya tidak menganut
agama Islam, dan mengambil gelar Seri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya
hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim,
kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah.
Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah Melaka melakukan ekspansi di Semenanjung
Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Ini memancing kemarahan Siam yang
menganggap Melaka sebagai bawahan Kedah, yang pada saat itu menjadi vassal Siam. Namun
serangan Siam pada 1455 dan 1456 dapat dipatahkan.
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah,
Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang
sama Johor, Jambi dan Siak juga takluk. Dengan demikian Melaka mengendalikan sepenuhnya
kedua pesisir yang mengapit Selat Malaka.
Mansur Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh putranya Alauddin
Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia meninggal dan digantikan oleh putranya
Sultan Mahmud Syah.
Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang
pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus
1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan
mendirikan ibukota baru di sana. Pada tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan
kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Putranya Muzaffar
Syah kemudian menjadi sultan Perak, sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat Syah II
mendirikan kerajaan baru yaitu Johor.
Daftar raja-raja Malaka
1. Parameswara (1402-1414)
2. Megat Iskandar Syah (1414-1424)
3. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
4. Seri Parameswara Dewa Syah(1444-1445)
5. Sultan Mudzaffar Syah (1445-1459)
6. Sultan Mansur Syah (1459-1477)
7. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
8. Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka

Anda mungkin juga menyukai