Anda di halaman 1dari 5

SURVEY JENTIK Aedes aegypti DI DESA SAUNG NAGA KAB.

OKU TAHUN
2005
(Milana Salim, Febriyanto)*
ABSTRAK
Telah dilakukan survey jentik Aedes di Kampung IV Desa Saung Naga Kec. Baturaja
Barat Kab. OKU pada tanggal 18 Agustus 2005. Tujuan survey ini adalah untuk
mengetahui situasi larva Aedes yang merupakan faktor resiko dalam penularan demam
berdarah di Kampung IV Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten OKU.
Hasil survei ini menunjukkan angka House Indeks (HI) sebesar 35%, Container Indeks
( CI) sebesar 26% dan Bretau Indeks (BI) sebesar 36%. Sementara Angka Bebas Jentik
(ABJ) yang didapat adalah sebesar 65%. Didapatkan jenis kontainer yang paling banyak
digunakan adalah bak mandi (60,71%) dan drum (28,58%). Sedangkan kontainer positif
jentik lebih banyak terdapat di dalam rumah (75%). Ditemukan pula bahwa jenis jentik
yang mendominasi adalah Aedes aegypti (94,45%).

PENDAHULUAN
DBD merupakan salah satu penyakit infeksi virus ditemukan di Puskesmas Tanjung Agung dengan
yang penyebarannya dilakukan oleh nyamuk Aedes. periode antara bulan Februari sampai dengan April
Penyakit ini pertama kali dilaporkan setelah adanya (2003-2005). 3
kejadian luar biasa (KLB) di Jakarta dan Surabaya Puskesmas Tanjung Agung adalah salah satu
pada tahun 1968. Semenjak itu jumlah kasus dan Puskesmas di Kabupaten OKU yang wilayah
daerah yang terjangkit semakin meluas, hampir di kerjanya mencakup 11 desa di Kecamatan Baturaja
seluruh kota-kota besar di Indonesia. Faktor-faktor Barat dengan luas wilayah kerja sebesar 132,6 km2 . 4
yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran Pada bulan Februari tahun 2005 telah dilakukan
kasus DBD sangat kompleks yaitu pertumbuhan fogging di beberapa wilayah kerja Puskesmas
penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana Tanjung Agung yang menjadi sumber kasus.
dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol nyamuk Diantaranya adalah di Kampung IV Desa Saung
yang efektif di daerah endemis dan adanya Naga. Namun pelaksanaan fogging tersebut belum
peningkatan sarana transportasi .1 menjangkau seluruh wilayah desa sehingga
Selama ini upaya efektif untuk mencegah dan penyebaran DBD masih terjadi.
mengendalikan penyakit Demam Berdarah Dengue Desa Saung Naga termasuk desa rawan karena
(DBD) adalah dengan pengendalian vektornya. selama 2 tahun berturut-turut terdapat kasus DBD.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan antara lain Total jumlah kepala keluarga yang ada di Kampung
dengan pemutusan rantai nyamuk penularnya dengan IV Desa Saung Naga sampai dengan tahun 2005
cara penaburan larvasida, fogging focus dan adalah sebanyak 477 KK.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi; Kondisi pemukiman yang padat dan kurang
pengurasan tempat penampungan air, menutup tempat tertata, banyaknya tempat penampungan air di setiap
penampungan dan penguburan barang bekas. rumah penduduk serta lokasi yang dekat dengan alur
Meskipun demikian kasus DBD di propinsi Sumatera transportasi yang ramai di pusat kota Baturaja dapat
Selatan masih cukup tinggi. memperbesar peluang berkembangnya Aedes, vektor
Berdasarkan data pada bulan Januari sampai Juni DBD sehingga meningkatkan jumlah kasus DBD di
2005 terdapat kasus DBD di Propinsi Sumatera tengah-tengah masyarakat. Untuk itulah diperlukan
Selatan yang berjumlah penduduk 1.512.485 Jiwa, survei jentik Aedes sebagai salah satu upaya untuk
terdapat 239 kasus CFR 0.3%. 2 Di Kabupaten Ogan mengendalikan vektor DBD di wilayah tersebut.
Komering Ulu (OKU) terjadi kasus DBD selama tiga Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi
tahun terakhir (2003-2005), bahkan disertai dengan larva Aedes yang merupakan faktor resiko dalam
kematian akibat penyakit ini. Beberapa diantara kasus penularan penyakit demam berdarah di Kampung IV

1
Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat mahasiswa dsb. Kondisi pemukiman penduduk padat
Kabupaten OKU. dan terkesan kumuh karena kurang tertata. Sementara
sistem perairan penduduk (PAM) yang kurang lancar
METODE PENELITIAN (terutama pada musim kemarau) menyebabkan
Survei jentik Aedes dilakukan di Kampung IV penduduk menyediakan cukup banyak tempat
Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat, penampungan air.
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Propinsi
Sumatera Selatan pada tanggal 18 Agustus 2005. Penangkapan Jentik
Survei ini adalah survei sewaktu (spot survei) Angka-angka indeks jentik House Index (HI),
yang mencoba menggambarkan variabel-varibel yang Container Index (CI) dan Breteau Index (BI) yang
diamati dan dan disajikan dalam bentuk deskriptif. diperoleh pada survei di Kampung IV Desa Saung
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Naga Kec. Baturaja Barat ini berturut-turut sebesar
rumah penduduk serta kepadatan jentik Aedes yang 35%, 26% dan 36%. Menurut WHO (1998), daerah
berada daerah survei. Sementara sampel penelitian yang mempunyai HI lebih besar dari 5% dan BI lebih
adalah seratus rumah yang dipilih secara acak di besar dari 20% umumnya merupakan daerah yang
Kampung IV Desa Saung Naga dengan mengacu sensitif atau rawan demam dengue.6 Sementara itu
kepada metode yang digunakan oleh Ditjen P2M & ABJ yang didapat sebesar 65%. Menurut Hasyimi,
PL (2002)5 (di lingkungan tempat tinggal, tempat- nilai ABJ yang relatif rendah (kurang dari 95%
tempat umum, tempat ibadah, lingkungan kerja dan memperbesar peluang terjadinya transmisi virus DBD.
sekolah) dan jentik nyamuk Aedes yang didapatkan Dengan demikian desa ini mempunyai resiko untuk
dari setiap kontainer yang ditemukan. terjadinya epidemi apabila tidak diambil tindak lanjut
Pengumpulan data jentik Aedes. dilakukan terhadap keberadaan jentik vektor penular DBD
dengan mengadakan pengamatan pada semua tersebut.7
kontainer yang ditemui di 100 rumah baik di dalam Survei jentik dilakukan di rumah-rumah
maupun di luar rumah. Metode survei yang penduduk dan fasilitas umum lainnya seperti
dilaksanakan pada kegiatan ini adalah single larva musollah. Berdasarkan jenis-jenis tempat tersebut
survey. Pada setiap kontainer yang ditemukan ada diketahui hasil seperti pada tabel 1 berikut ini :
jentik, maka satu ekor jentik akan diambil dengan
Tabel 1. Rumah dan Tempat-Tempat Umum yang
cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet
Ditemukan Desa Saung Naga Tahun 2005.
panjang jentik sebagai sample, untuk pemeriksaan
spesies jentik (identifikasi). Jentik yang diambil Jenis Jumla Ditemukan Jentik
ditempatkan dalam botol kecil/vial bottle dan diberi h
label sesuai dengan nomor tim survei, nomor Rumah 99 35
lembaran formulir berdasarkan: nomor rumah yang Mushola 1 1
disurvei dan nomor kontainer dalam formulir.
Selanjutnya setelah survei dilaksanakan maka jentik Keberadaan fasilitas-fasilitas umum yang ada di
yang telah didapatkan diperiksa untuk mengetahui suatu lingkungan juga harus diperhatikan karena dapat
spesies jentik dan menggunakan buku kunci dari juga menjadi tempat perindukan potensial bagi vektor
Ditjen P2M&PL (2002).5 DBD. Misalnya bak penampungan air wudhu di
mushola atau masjid, wc sekolah dsb. Karena itu
HASIL DAN PEMBAHASAN upaya untuk memutus mata rantai penularan DBD
Deskripsi Wilayah harus melibatkan semua komponen masyarakat yang
Kampung IV Desa Saung Naga daerah padat ada di wilayah tersebut.
penduduk dengan total jumlah Kepala Keluarga Dari 100 rumah yang disurvei, ditemukan tipe-
sebesar 477 KK. Mata pencaharian sebagian besar tipe kontainer yang berbeda yang dapat menjadi
penduduknya adalah sebagai pedagang dan buruh. tempat perindukan nyamuk Aedes. Berdasarkan tipe
Lokasi berada di tengah-tengah kota Baturaja dan kontainer yang diperiksa didapatkan bahwa kontainer
dekat dengan pasar. Mobilitas penduduk di Kampung yang paling dominan ditemukan dari rumah-rumah
IV ini cukup tinggi karena banyak pendatang dari yang disurvei adalah bak mandi, selengkapnya dapat
wilayah lain yang tinggal di wilayah tersebut, misalnya dilihat pada tabel 2 berikut :

2
sangat bervariasi, tetapi 90% adalah wadah-wadah
Tabel 2. Tipe-tipe Kontainer yang Ditemukan
yang dibuat oleh manusia. Fock DA dalam Hasyimi
di Desa Saung Naga Tahun 2005.
dan Soekirno (2004) menyatakan bahwa tempayan,
No Tipe Kontainer Jumlah (%) drum dan bak mandi adalah tiga jenis kontainer yang
Kontainer banyak memfasilitasi jentik Ae. aegypti menjadi
1 Drum 40 28.58 dewasa, mengingat ketiganya termasuk TPA yang
2 Bak Mandi 85 60.71 berukuran besar dan sulit mengganti airnya. Kondisi
3 Ember 9 6.43 suplai air untuk keperluan sehari-hari penduduk yang
4. Tempayan 2 1.43 kurang lancar menyebabkan sebagian besar kontainer
5. Bak Air Wudhu 1 0.71 seperti bak mandi atau drum jarang dikuras atau
6. Lainnya 3 2.14 dibersihkan. Ini menyebabkan perkembangan jentik
Jumlah 140 100 Aedes menjadi nyamuk dewasa lebih besar
Data tipe kontainer yang ditemukan menunjukkan peluangnya.
bak mandi (60,71%) sebagai jenis kontainer yang Sebagian besar bahan kontainer yang ditemukan
mendominasi wilayah tersebut. Diikuti oleh drum pada survei ini adalah semen (43.57%), plastik
plastik (28,58%), ember (6,43%), tempayan (1,43%) (34.28%) dan keramik (19.28%). Sementara logam
dan kontainer lain seperti botol/kaleng bekas dan (2.15%) dan tanah (0.72%). Meskipun demikian
kolam buatan (2,14%). Hasyimi dan Soekirno (2004) jentik Aedes paling banyak ditemukan pada kontainer
menyatakan bahwa penggunaan TPA di daerah berbahan dasar plastik (52.78%) dan semen (33.33%).
pemukiman dimana keperluan air sehari-hari dikelola Selengkapnya pada tabel 4.
PAM, sering menimbulkan masalah bagi perindukan Tabel 4. Bahan Kontainer yang Ditemukan di Desa
vektor disebabkan penduduk banyak menampung air Saung Naga Tahun 2005.
di suatu tempat (TPA). Dengan alasan ini maka
tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti cenderung N Bahan Jumlah (%) Positif Jentik
menjadi banyak sehingga memperluas terjadinya o Kontaine (%)
r
transmisi virus dengue dan chikungunya.8
1 Plastik 48 (34.28%) 19 (52.78%)
Tabel 3. Tipe-tipe Kontainer Positif yang Ditemukan di 2 Semen 61 (43.57%) 12 (33.33%)
Desa Saung Naga Tahun 2005. 3 Keramik 27 (19.28%) 5 (13.89%)
4. Logam 3 (2.15%) 0 (0%)
No Tipe Kontainer Kontaine % Kontainer 5. Tanah 1 (0.72%) 0 (0%)
r Positif Positif Jumlah 140 (100%) 36 (100%)
1 Drum 17 47.22
2 Bak Mandi 14 38.89 Hasil penelitian Sungkar (1994) tentang Pengaruh
3 Ember 0 0 Jenis TPA terhadap Perkembangan Larva Aedes juga
4. Tempayan 1 2.78 menunjukkan bahwa jumlah larva yang terdapat pada
5. Bak Air Wudhu 1 2.78 kontainer dari keramik paling sedikit dibandingkan
6. Lainnya 3 8.33 dengan kontainer yang terbuat dari semen atau drum.
Jumlah 36 100 Pada kontainer berbahan dasar semen yang kasar,
nyamuk betina lebih mudah mengatur posisi tubuh
Seperti terlihat dari tabel 3, kontainer positif pada waktu meletakkan telur. Telur diletakkan secara
ditemukan jentik yang paling dominan adalah drum teratur di atas permukaan air. Pada TPA yang licin
(47,22%) dan bak mandi (38,89%). Sebagai seperti keramik, nyamuk tidak dapat berpegangan erat
pembanding, survei jentik yang dilakukan di Desa dan tidak dapat mengatur posisi tubuhnya dengan baik
Sukaraya Kab. OKU pada tahun 2004 menunjukkan sehingga telur disebarkan di permukaan air dan
bahwa kontainer positif yang ditemukan pada desa menyebabkannya, mati terendam sebelum menetas).9
tersebut adalah bak mandi, drum dan ember. Hal ini Sementara pada kontainer berbahan dasar plastik
sesuai dengan laporan Chan dalam Hasyimi, dkk. (sebagian besar adalah jenis drum), banyaknya jentik
(2005) yang menyatakan bahwa di daerah perkotaan yang terdapat di sana mungkin lebih dikarenakan
habitat nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus kondisi sekitar kontainer yang gelap dan lembab, juga

3
warna kontainer yang menunjang perkembangan bagian yang berlubang pada penutup kontainer
jentik. tersebut.
Tabel 5 menggambarkan kondisi kontainer positif Berdasarkan jenis jentik yang didapatkan dari
jentik berdasarkan letak kontainer. survei memperlihatkan bahwa jentik Aedes aegypti
Tabel 5. Letak Kontainer yang Ditemukan paling dominan ditemukan, selain itu juga didapatkan
di Desa Saung Naga Tahun 2005. spesies lainnya yaitu Aedes albopictus dapat dilihat
pada tabel 7.
Letak Jumla Dengan % Kontainer
Kontainer h jentik Positif Tabel 7. Jenis Jentik yang Ditemukan
Dalam 116 27 75 di Desa Saung Naga Tahun 2005.
Luar 24 9 25 Jenis jentik Jumlah % Jentik
Jumlah 140 36 100 Aedes aegypti 34 94.45
Berdasarkan letak kontainer didapatkan bahwa Aedes 2 5.55
kontainer yang terletak di dalam rumah berpeluang albopictus
lebih besar untuk terdapat jentik Aedes. Ini Jumlah 36 100
dipengaruhi oleh kondisi rumah yang gelap karena
Hasil identifikasi jentik dari survei mendapatkan 2
kurangnya cahaya di dalam rumah sehingga udara di
spesies Aedes, yaitu Aedes aegypti dan Aedes
dalam rumah cenderung lembab. Kondisi yang
albopictus. Namun, jentik Aedes aegypti
lembab dan warna TPA yang gelap ini memberikan
mendominasi hasil tangkapan yaitu berjumlah 34
rasa aman dan tenang bagi nyamuk untuk bertelur,
jentik. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor
sehingga telur yang diletakkan lebih banyak dan
utama (primer) dalam penularan penyakit DBD
jumlah larva yang terbentuk lebih banyak pula.9 Selain
karena tempat hidupnya yang biasanya berada di
itu suasana gelap menyebabkan larva menjadi tidak
dalam ataupun dekat lingkungan rumah sedangkan
terlihat sehingga tidak bisa diciduk atau dibersihkan.
nyamuk Aedes albopictus merupakan vektor
Tabel 6. Keadaan Kontainer yang Ditemukan sekunder dikarenakan habitat aslinya biasanya berada
di Desa Saung Naga Tahun 2005. di kebun-kebun. 10
Pengurangan sumber vektor melalui partisipasi
Penutup Diperiks Dengan % Kontainer
a jentik Postitif masyarakat merupakan metode efektif untuk
Ada 50 19 52.78 pelaksanaan program pengendalian jangka panjang
dan berkelanjutan, serta merupakan strategi
Tidak ada 90 17 47.22
Jumlah 140 36 100 pengendalian inti untuk DBD.11 Akan tetapi, perlu
disadari bahwa untuk mendapatkan partisipasi penuh
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kontainer masyarakat diperlukan waktu yang tidak sebentar
yang diperiksa umumnya tidak memiliki penutup karena hal tersebut didasarkan pada perubahan
yaitu sebanyak 90 kontainer. Sementara kontainer perilaku. Untuk itulah diperlukan adanya kerjasama
yang memiliki penutup ditemukan sebanyak 50 antar setiap elemen masyarakat yang berada pada
kontainer. Walaupun demikian, dari 50 kontainer wilayah tersebut mulai dari tingkat kelurahan sampai
dengan penutup, 19 kontainer diantaranya positif lembaga terkait lainnya (Dinas Kesehatan OKU).
jentik. Dengan demikian diharapkan angka kasus DBD di
Dari hasil survei kontainer dengan penutup justru Kab. OKU secara umum dapat diturunkan.
lebih banyak mengandung jentik dibandingkan
dengan yang tidak berpenutup. Ini mungkin KESIMPULAN
disebabkan karena kontainer/TPA tanpa penutup lebih Dari hasil kegiatan survei larva dapat disimpulkan
sering digunakan penduduk sehingga arus air di dalam hal-hal sebagai berikut :
kontainer menjadi tidak kondusif bagi perkembangan 1. Di Kampung IV Desa Saung Naga Kec. Baturaja
jentik. Sementara kontainer yang berpenutup Barat didapatkan angka House Index (HI) 35%,
digunakan penduduk sebagai tampungan air cadangan Container Index (CI) 26%, Breteau Index (BI)
yang jarang digunakan sehingga jarang dibersihkan. 36% dan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 65%.
Bisa juga disebabkan penutupnya tidak rapat atau ada

4
2. Sebanyak 35 rumah dan 1 Mushollah positif 2. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan.
ditemukan jentik Aedes. Laporan K-DBD Bulanan Kab/Kota Propinsi
3. Tempat penampungan air (TPA) yang paling Sumatera Selatan. 2005.
dominan ditemukan jentik Aedes adalah drum dan 3. Dinas Kesehatan OKU. Laporan Kasus
bak mandi. DBD di Kabupaten OKU. 2004.
4. Prosentase jentik Aedes aegypti yang ditemukan 4. Puskesmas Tanjung Agung, Laporan Kerja
sebesar 94,45% sedangkan jentik Aedes albopictus per Tahun Puskesmas Tanjung Agung, Baturaja.
sebesar 5,55%. 2005.
5. Hasil keseluruhan dari kegiatan survei larva/jentik 5. Depkes RI. Pedoman Survei Entomologi
ini menunjukkan bahwa Kampung IV Desa Saung Demam Berdarah Dengue, Direktorat Jenderal
Naga Kec. Baturaja Barat mempunyai resiko P2M Dan PL, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
terjadi epidemi DBD oleh nyamuk Aedes aegypti. 2002.
6. Suwasono, H. dan Yuniarti, R.A.
SARAN Pengamatan Entomologi Daerah Endemis dan
1. Mengadakan pemberantasan jentik dengan Non Endemis Demam Berdarah Dengue Di
larvasida (abatisasi) secara massal ataupun dengan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Jurnal
memanfaatkan ikan pemakan jentik. Ekologi Kesehatan Vol. 1 No. 3: 106-111. Jakarta.
2. Lebih mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik 2002.
berkala (PJB) di tempat-tempat umum (TTU)
seperti sekolah, masjid, perkantoran dan lain-lain 7. Hasyimi,M.,Sukowati,S.,Kusriastuti,R.dan
sebagai bentuk system kewaspadaan dini (SKD) Muchlastriningsih,E. Situasi Vektor Demam
sekurang-kurangnya setiap 3 bulan untuk Berdarah Saat Kejadian Luar Biasa (KLB) Di
mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Media
penular penyakit demam berdarah dengue. Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Vol. XV
3. Memberikan pendidikan kesehatan kepada No.2:14-18.Jakarta. 2005.
masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan 8. Hasyimi, H., dan Soekirno,M. Pengamatan
bersih dan bebas jentik nyamuk penular demam tempat Perindukan Aedes aegypti Pada Tempat
berdarah, seperti menggalakkan program 3M+ di Penampungan Air Rumah Tangga Pada
lingkungan sekitar. Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Ekologi
4. Meningkatkan peran serta masyarakat serta Kesehatan Vol. 3 No.1:37-42. Jakarta. 2004.
kerjasama antar lembaga-lembaga menuju kepada 9. Sungkar,S., Hoedojo, S., Djakaria, Sumedi,
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku Is.S.Ismid. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan
masyarakat yang berisiko terhadap penularan Air (TPA) Terhadap Kepadatan dan
DBD. Perkembangan Larva Aedes aegypti. Majalah
5. Perlu dipertimbangkan untuk mengangkat Juru Kedokteran Indonesia Vol.44 No.4.:217-223.
Pemantau Jentik (Jumantik) dengan diberi insentif Jakarta. 1994.
yang secara teratur mengunjungi rumah-rumah 10. Sitorus, H., Saikhu,A., Yahya, Santoso,
penduduk. Pahlevi,I. Survei Jentik Di Desa Sukaraya Kec.
6. Diharapkan informasi yang didapatkan dari Baturaja Timur Kab. OKU Tahun 2004. Loka
kegiatan ini dapat dijadikan tolak ukur oleh Penelitian dan Pengembangan P2B2 Baturaja,
pengelola program DBD di Dinas Kesehatan Kab. 2004.
OKU. 11. World Health Organization Regional Office
for South East Asia New Delhi. Panduan Lengkap
DAFTAR PUSTAKA Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan
1. Depkes RI. Tata Laksana Demam Berdarah Demam Berdarah dengue. Penerbit Buku
Dengue Di Indonesia. Direktorat Jenderal P2M Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.
Dan PL Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2004.

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembaran Pengesahan
    Lembaran Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembaran Pengesahan
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Nomor Bahan
    Nomor Bahan
    Dokumen1 halaman
    Nomor Bahan
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Lembaran Persetujuan
    Lembaran Persetujuan
    Dokumen1 halaman
    Lembaran Persetujuan
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Survey Nyamuk PDF
    Survey Nyamuk PDF
    Dokumen5 halaman
    Survey Nyamuk PDF
    Budirman
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Bahan 3
    Bahan 3
    Dokumen5 halaman
    Bahan 3
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • 09 - Bab 2
    09 - Bab 2
    Dokumen13 halaman
    09 - Bab 2
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen6 halaman
    Bab 4
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Bahan 2
    Bahan 2
    Dokumen6 halaman
    Bahan 2
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen6 halaman
    Bab 4
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • 10 - Bab 3
    10 - Bab 3
    Dokumen3 halaman
    10 - Bab 3
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Bahan 2
    Bahan 2
    Dokumen6 halaman
    Bahan 2
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Survey Nyamuk PDF
    Survey Nyamuk PDF
    Dokumen5 halaman
    Survey Nyamuk PDF
    Budirman
    Belum ada peringkat
  • 01 Cover
    01 Cover
    Dokumen1 halaman
    01 Cover
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Bahan 2
    Bahan 2
    Dokumen6 halaman
    Bahan 2
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • Bahan 2
    Bahan 2
    Dokumen6 halaman
    Bahan 2
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • 09 - Bab 2
    09 - Bab 2
    Dokumen13 halaman
    09 - Bab 2
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • 10 - Bab 3
    10 - Bab 3
    Dokumen3 halaman
    10 - Bab 3
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • 01 Cover
    01 Cover
    Dokumen1 halaman
    01 Cover
    dewi sartika
    Belum ada peringkat
  • 08 - Bab 1
    08 - Bab 1
    Dokumen4 halaman
    08 - Bab 1
    dewi sartika
    Belum ada peringkat