Anda di halaman 1dari 5

Aldina Rahma Gustavikha

240210080034

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar HCN dalam sampel
singkong. Singkong memiliki kandungan glikosida sianogenik yang dapat
dikonversi menjadi HCN. HCN bersifat racun jika masuk ke dalam tubuh
manusia.

Gambar 1. Jenis Glikosida sianogenik pada singkong


(Sumber: Azmi, 2009)

Gambar 2. Peruraian glikosida sianogenik hingga dihasilkan HCN yang toksik.


(Sumber: Azmi, 2009)

Prinsip praktikum ini adalah titrasi sisa AgNO3 (yang beraksi dengan
HCN) dengan NH4CNS, metode ini termasuk pada titrasi pengendapan metode
Volhard. Prosedur yang pertama kali dilakukan adalah memasukkan sampel yang
telah dihaluskan ke dalam labu destilasi, kemudian menambahkan akuades hingga
terendam, penambahan akuades dilakukan agar HCN lebih mudah diuapkan.
Sampel kemudian didestilasi hingga volume destilatnya 150 ml. Destilasi
berfungsi menguapkan HCN yang terdapat di dalam sampel. Destilat tersebut
ditampung di dalam Erlenmeyer yang berisi 50 ml AgNO 3 0,02 N yang berfungsi
menangkap HCN yang teruapkan. AgNO3 yang ditambahkan berlebih, sebagian
AgNO3 bereaksi dengan HCN membentuk AgCN dan HNO3, sisanya dititrasi
dengan NH4CNS. Reaksi yang terjadi adalah:
HCN + AgNO3  AgCN + HNO3
Selain itu pada labu penampung ditambahkan 1 ml HNO 3 yang berfungsi agar
tercipta kondisi asam, karena dalam kondisi basa Fe3+ pada FAS akan terhidrolisis
dan sebagai penstabil saat titrasi karena NH4CNS merupakan basa lemah.
Aldina Rahma Gustavikha
240210080034

Setelah volume destilat mencapai 150 ml, indikator FAS.24H2O (Ferri


Ammonium sulfat) ditambahkan sebanyak 2-3 tetes, untuk mendeteksi kelebihan
ion tiosianat. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan NH4CNS 0,02 N, pada
saat dititrasi larutan menjadi berwarna putih, karena terjadi reaksi yang
menyebabkan timbulnya endapan AgCNS yang berwarna putih, reaksi yang
terjadi:
NH4CNS (aq) + AgNO3 sisa (aq) → AgCNS ↓ (s) + NH4NO3 (aq)
Titrasi dilakukan hingga titik akhirnya berwarna merah, warna merah bata terjadi
karena timbulnya kompleks ferritiosianat yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi
adalah:
Fe 3+ +CNS-  FeCNS2- (merah)
Kadar HCN dalam sampel dapat diketahui dari volume NH 4CNS yang
digunakan dalam tirtasi. Berat HCN dalam sampel dapat dihitung dengan rumus:
WHCN= (V blanko- V sampel) x Np x BMHCN
Persentase HCN dapat dihitung dengan rumus:
W HCN
% HCN = x 100 %
W sampel
Hasil titrasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Sampe W sampel Volume W HCN (mg) % HCN (b/b)
l (mg) NH4CNS
(ml)
1 20003 56,2 (58-56,2) x 0,972
x 100 %=¿ 0,00486%
20003
0,02x 27= 0,972
2 20011,6 56,5 (58-56,5) x 0,81
x 100 %=¿0,00405
20011,6
0,02x 27 =0,81
%
Menurut literatur terdapat dua jenis singkong, singkong pahit yang
mengandung sianida lebih dari 50 mg/kg dan singkong manis mengandung
sianida kurang dari 50 mg/kg. Hasil praktikum menunjukkan kandungan sianida
0,00486% atau 48,6 mg/kg dan 0,00405% atau 40,5 mg/ kg sehingga sampel yang
digunakan termasuk singkong manis yang memiliki kandungan sianida rendah
sehingga tidak akan mengakibatkan keracunan jika dikonsumsi. Perbedaan yang
terjadi antara dua sampel kemungkinan karena kekurangtepatan dalam
menentukan titik akhir titrasi.
Aldina Rahma Gustavikha
240210080034

Kandungan sianida pada singkong tergantung pada umur, varietas dan cara
penanganannya. Beberapa varietas yang termasuk singkong manis adalah: gading,
adira I, mangi, betawi, metega, randu ranting, dan kaliki. Sedangkan jenis singkong pahit
antara lain basiorao, adira IV, muara, tapikuru, bogor, adira II, dan SPP. Jika singkong
mentah atau yang dimasak kurang sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut
akan berubah menjadi senyawa kimia yang dinamakan hidrogen sianida. Oleh
karena itu dibutuhkan pemasakan yang sempurna untuk mengurangi kadar
sianida. Selain itu menurut Irmansyah (2005) bahwa dengan cara merebus,
mengupas, mengiris kecil-kecil, merendam dalam air, menjemur hingga kemudian
dimasak adalah proses untuk mengurangi kadar HCN. Proses pencucian dalam air
mengalir dan pemanasan yang cukup, sangat ampuh untuk mencegah
terbentuknya HCN yang beracun, pencucian efektif untuk mengurangi racun sianida 
karena asam sianida mudah terlepas ke dalam air rendaman, sementara cara pengeringan
dapat menguapkan senyawa itu. Selai n itu kadar HCN dapat dikurangi dengan cara
fermentasi.
Aldina Rahma Gustavikha
240210080034

V. Kesimpulan
 Glikosida sianogenik yang terdapat pada singkong adalah linamarin dan
lotaustarin.
 Kadar HCN pada sampel yang diuji 0,00486% atau 48,6 mg/kg dan
0,00405% atau 40,5 mg/ kg sehingga sampel yang digunakan termasuk
singkong manis yang memiliki kandungan sianida rendah sehingga tidak
akan mengakibatkan keracunan jika dikonsumsi.
 Perbedaan yang terjadi antara dua sampel kemungkinan karena
kekurangtepatan dalam menentukan titik akhir titrasi.
 Kadar HCN pada singkong dipengaruhi oleh varietas dan cara
penanganannya.
 Kandungan HCN dapat dikurangi dengan perendaman, pencucian pada air
mengalir, pengeringan, dan fermentasi.
Aldina Rahma Gustavikha
240210080034

DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Hifdzi. 2009. Glikosida Sianogenik.Available at:
http://hifdzi06.wordpress.com (diakses pada 7 Mei 2010)

Dedy, Rachman. 2009. Titrasi Pengendapan. Available at:


http://www.blogpribadi.com (diakses pada 7 Mei 2010)

Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai