A. KONDISI UMUM
Pembangunan yang seimbang dan terpadu antara aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan hidup adalah prinsip pembangunan yang senantiasa menjadi dasar
pertimbangan utama bagi seluruh sektor dan daerah guna menjamin keberlanjutan
proses pembangunan itu sendiri. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004–2009, perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup diarahkan untuk memperbaiki sistem pengelolaan sumber daya alam
agar sumber daya alam mampu memberikan manfaat ekonomi, termasuk jasa
lingkungannya, dalam jangka panjang dengan tetap menjamin kelestariannya. Dengan
demikian, sumber daya alam diharapkan dapat tetap mendukung perekonomian nasional
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan daya dukung dan
fungsi lingkungan hidupnya, agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Dalam rangka mengamankan sumber daya kelautan dari kegiatan pencurian (illegal
fishing) dan perusakan (destructive fishing) telah dikembangkan kegiatan pengawasan
dan pengendalian sumber daya kelautan, melalui penerapan monitoring, controlling and
surveillance/vessel monitoring system (MCS/VMS). Upaya pengendalian dan
pengawasan tersebut didukung dengan pemasangan alat transponder sebanyak hampir
1.500 unit pada kapal-kapal penangkapan ikan pada tahun 2004 dan 2005, dan
penambahan 2 unit sarana kapal pengawas perikanan. Di samping itu, juga dilakukan
upaya pembenahan sistem perijinan usaha perikanan, serta pelaksanaan gelar operasi
penertiban laut terpadu dengan instansi terkait. Selain itu, sampai dengan tahun 2004
telah dilaksanakan pula penerapan sistem pengawasan berbasis masyarakat dan
pembentukan lebih dari 280 kelompok pengawas masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas ekosistem pesisir dan laut, telah dilakukan upaya
konservasi dan rehabilitasi pesisir dan laut melalui pengelolaan sumber daya pesisir dan
laut secara terpadu; pelaksanaan program pengembangan daerah perlindungan laut
(marine protected areas); rehabilitasi dan pengelolaan ekosistem terumbu karang dan
mangrove; serta pengembangan 7 taman nasional laut, 6 suaka margasatwa laut, dan 10
cagar alam laut. Pada tahun 2005 juga mulai dilaksanakan kegiatan kerja sama regional
di bidang pengelolaan kawasan konservasi laut Sulu Sulawesi (Sulu Sulawesi Marine
Eco-Region) dengan Malaysia dan Filipina. Di samping itu, telah dilaksanakan pula
Gerakan Nasional Bersih Laut dan Pantai dalam rangka pengendalian pencemaran
pesisir dan laut di berbagai daerah. Selanjutnya, dalam pengembangan riset sumber
daya kelautan dan perikanan telah dilaksanakan kegiatan riset di wilayah-wilayah
strategis, seperti Laut Arafura, khususnya untuk mengetahui stok sumber daya ikan dan
potensi kelautan lainnya. Untuk menjamin kedaulatan NKRI, di samping melakukan
kegiatan pertahanan dan keamanan juga direncanakan pengembangan pulau-pulau kecil
di wilayah terluar yang berbatasan dengan negara tetangga. Dalam pelaksanaannya telah
dilakukan kerja sama yang melibatkan sektor-sektor terkait dan pemerintah daerah.
Pembangunan pertambangan dan sumber daya mineral sejak tahun 2004 secara
umum diarahkan untuk mengatasi penurunan produksi hasil-hasil pertambangan dan
sumber daya mineral, serta meningkatkan jumlah cadangan dan sekaligus menjaga
kelestarian lingkungan. Untuk mengatasi penurunan jumlah produksi dilakukan
kegiatan eksplorasi secara intensif untuk pencarian lokasi deposit dan cadangan. Khusus
untuk minyak dan gas bumi kegiatan eksploitasi pada suatu lapangan dipercepat dengan
secara intensif menawarkan lapangan-lapangan yang sudah siap untuk dieksploitasi
kepada pihak yang berminat.
II.31 – 2
Kualitas lingkungan hidup sangat bergantung pada perilaku dan kapasitas manusia
yang hidup di dalamnya. Hal ini juga membutuhkan prasarana pendukung dalam bentuk
peraturan yang konsisten, dan standar penilaian yang jelas. Dalam tahun 2004, aturan
mengenai baku mutu lingkungan, baik air limbah maupun emisi gas telah dihasilkan,
disertai pula dengan pengesahan dan pembahasan berbagai peraturan perundang-
undangan, antara lain UU Ratifikasi Protokol Kyoto dan Protokol Cartagena, Keppres
Pengelolaan Kawasan Karst, dan pembahasan RUU Pemanfaatan Sumber Daya
Genetika. Kegiatan penyebarluasan informasi dan isu lingkungan hidup yang dilakukan
di pusat dan daerah juga telah meningkatkan kepedulian banyak pihak terhadap kondisi
lingkungan hidup. Hal ini juga didukung dengan pelaksanaan Program Bangun Praja,
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER), dan Program Super Kasih, pembinaan tim penilai AMDAL, serta
terbentuknya Environmental Parliament Watch di 64 kota (14 kluster).
Berbagai upaya perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
yang telah dilakukan masih memerlukan tindak lanjut mengingat masih banyaknya
masalah serta tantangan yang dihadapi dalam tahun 2006.
II.31 – 3
Kendala lain yang juga dihadapi adalah belum terselesaikannya batas wilayah laut
dengan negara tetangga, terutama dengan Singapura, Malaysia, Timor Leste, Papua
New Guinea, dan Filipina. Dalam kaitannya dengan perbatasan RI dengan negara
tetangga, terdapat 92 pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan yang menjadi titik
pangkal. Sementara itu, pengelolaan terhadap pulau-pulau kecil tersebut masih belum
dilakukan secara optimal, yang tentunya menjadi tantangan penting bagi Indonesia.
Selanjutnya, untuk mengembangkan sumber daya di wilayah laut dalam masih dijumpai
kendala seperti masalah permodalan dan teknologi, yang jika diatasi dapat menjadi
salah satu keunggulan komparatif sumber daya kelautan. Di samping itu, masih banyak
barang muatan kapal tenggelam yang belum diupayakan pemanfaatannya secara optimal
yang dapat digunakan sebagai tambahan modal kapital dalam pengembangan sumber
daya kelautan.
Dari sisi lingkungan hidup, permasalahan pencemaran air, udara, dan tanah
diperkirakan masih belum tertangani secara signifikan akibat semakin pesatnya aktivitas
pembangunan yang terkadang masih mengabaikan aspek kelestarian fungsi lingkungan.
Kerusakan dan kehilangan spesies-spesies keanekaragaman hayati masih harus
ditanggulangi karena semakin banyak spesies yang terancam punah dan kerusakan
ekosistem lainnya. Hal tersebut masih disertai dengan rendahnya kesadaran masyarakat
untuk dapat menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati. Di samping itu, perlu
dikembangkan sistem perencanaan yang adaptif terhadap perubahan iklim global dan
harus memperhitungkan aspek kerawanan bencana serta pengembangan sistem
peringatan dini bagi daerah rawan bencana yang harus dilengkapi dengan pembangunan
daerah sabuk alami (green belt area) sebagai upaya mitigasi bencana alam khususnya
gempa dan tsunami.
II.31 – 4
B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006
Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mulai membaiknya
sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
II.31 – 5
3. Meningkatnya investasi pertambangan dan sumber daya mineral dengan
perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha;
4. Teridentifikasinya “kawasan rawan bencana geologi” sebagai upaya
pengembangan sistem mitigasi bencana; dan
5. Berkurangnya kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI) dan usaha-usaha
pertambangan yang merusak dan yang menimbulkan pencemaran.
II.31 – 6
3. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta
merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang
lamun, dan estuaria;
4. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir,
laut, perairan tawar (danau, situ, perairan umum), dan pulau-pulau kecil;
5. Menjalin kerjasama regional dan internasional dalam rangka penyelesaian batas
laut dengan negara tetangga;
6. Mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan pesisir dalam rangka
peningkatkan perlindungan keselamatan bekerja dan meminimalkan resiko terhadap
bencana alam laut bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
7. Mendorong kemitraan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat dan
swasta dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil; dan
8. Memperkuat kapasitas instrumen pendukung pembangunan kelautan yang
meliputi iptek, sumber daya manusia, kelembagaan, dan peraturan perundangan.
II.31 – 7