Anda di halaman 1dari 3

[Sumber: http://www.detikfinance.

com/read/2010/07/19/150116/1402139/4/jumlah-penduduk-
kota-dominasi-penduduk-desa-di-2015]

Senin, 19/07/2010 15:01 WIB


Jumlah Penduduk Kota Dominasi Penduduk Desa di 2015
Ramdhania El Hida - detikFinance

Jakarta - Pada tahun 2015, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan lebih besar
dibandingkan penduduk pedesaan dengan komposisi 56% berbanding 44%.

Direktur Perkotaan dan Pedesaan Hayu Parasati menyebutkan saat ini komposisi penduduk
masih didominasi penduduk desa sebesar 56% dan penduduk kota sebesar 44% dengan
kontribusi kota besar dan metropolitan terhadap pertumbuhan mencapai 32%. Sedangkan
kontribusi kota menengah dan kecil hanya 7% terhadap pertumbuhan.

"Kontribusi kota besar 32%, sedangkan menengah dan kecil hanya 7%," ujar Hayu saat ditemui
dalam Forum Diskusi di kantornya, Jalan Diponegoro, Jakarta, Senin (19/7/2010).

Namun, dengan pertumbuhan yang timpang antara desa dan kota tersebut menyebabkan adanya
kesenjangan antara desa dan kota. Hayu menyebutkan saat ini ketimpangan antara desa dan kota
di wilayah Barat mencapai 200%, sedangkan di wilayah Indonesia Timur, kesenjangan tidak
terlalu besar, hanya 100%.

Begitupun dengan tingkat kemiskinan. Hayu menyebutkan tingkat kemiskinan di desa lebih
besar dibandingkan di kota.

"Per Maret 2010, angka kemiskinan sudah cukup menurun, desa 19 juta orang dari 17 ribu desa,
di kota 11,1 juta orang. Sedangkan pada tahun 2009, angka kemisikinan di desa 20,62 juta orang,
sedangkan di kota 11,91 juta orang," jelasnya.

Dengan kondisi seperti itu, Hayu menyatakan banyak sekali yang harus dilakukan dengan
pembangunan pedesaan. Jika tidak, maka akan terjadi perubahan komposisi penduduk.

"Penduduk kota akan lebih besar dibandingkan desa. Kota akan 56% dan desa 44%," ujarnya.

Salah satu caranya, lanjut Hayu dengan pemberian pengertian mengenai diversifikasi pangan non
beras karena 60-70% penduduk masih sangat bergantung pada komoditas beras. Selain itu,
pastinya pembangunan infrastruktur.

(nia/dnl)
[Sumber: http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?
module=detailberita&kid=32&id=38993]

Berita Ekonomi/Pariwisata20 Juli 2010 | BPKesenjangan Ekonomi Desa-Kota Makin


MemprihatinkanJakarta (Bali Post)-
Kesenjangan ekonomi antara penduduk desa dan kota makin memprihatinkan.
Sementara, jumlah penduduk miskin di Tanah Air berada di Jawa dan Bali yang
pendapatan per kapitanya justru tertinggi.

Direktur Perkotaan Pedesaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


(Bappenas), Hayu Parasati dalam diskusi di Jakarta, Senin (19/7) kemarin
menuturkan, di kawasan Indonesia bagian barat, tingkat kesenjangan antara desa
dan kota melebihi kawasan Indonesia bagian timur. Tingkat kesenjangan tersebut
diukur dengan tingkat kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB).

Manurut Hayu, tingginya kesenjangan di kawasan Indonesia barat tidak terlepas


dari pembangunan infrastrukur yang tidak disertai dengan pembangunan desa. Hal
itu menyebabkan aliran modal lebih banyak menuju perkotaan. ''Itulah sebabnya,
kenapa tingkat kesenjangan antara kota dan desa banyak di wilayah Indonesia
barat mencapai 227 persen (data terakhir 2009),'' tuturnya.

Angka itu lebih tinggi dari kawasan Indonesia timur yang tingkat kesenjangan
hanya 171 persen. Diperkirakan, jumlah penduduk kota pada tahun 2015 akan jauh
lebih banyak dibandingkan dengan desa. Perbandingannya antara 56 persen dan 44
persen. Ironisnya, 80 persen wilayah Indonesia berada di pedesaan. ''Harus ada
upaya untuk mengatasi permasalahan ini karena kita dituntut untuk bersaing,''
paparnya.

Upaya itu, kata dia, dengan melakukan pembangunan pedesaan lintas sektor.
Bagaimana membangun daya tarik desa dan menyusun standar pelayanan
minimum. Sebagian besar mereka yang tinggal di pedesaan berprofesi sebagai
petani. ''Sedangkan kontribusi sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi
nasional masih sangat rendah, pada 2005 hanya 13 persen dan tahun 2009
meningkat menjadi 14 persen,'' tambahnya.

Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Badan Perencanaan Pembangunan


Nasional (Bappenas), Suprayoga Hadi mengutarakan, sejak adanya pemekaran,
jumlah daerah tertinggal kembali meningkat menjadi 183 daerah. Padahal
pemerintah telah mengurangi angka daerah tertinggal dari sebelumnya 199
menjadi 149. ''Antara tahun 2010 sampai dengan 2014 ini kita targetkan akan ada
pengurangan 50 daerah tertinggal dari total 183 itu. Kita juga punya alternatif
target positif yakni 70 daerah tertinggal bisa terentaskan,'' jelasnya.
Kesempatan sama, Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Max
Pohan mengatakan, jumlah terbanyak penduduk miskin di Indonesia justru berada
di Jawa dan Bali yang pendapatan per kapitanya tergolong tinggi. Penduduk miskin
di Jawa dan Bali mencapai 20,19 juta jiwa. Di Sumatera 14,4 juta jiwa.

Adapun Sulawesi mencapai 2,61 juta jiwa dan Nusa Tenggara 2,17 juta jiwa.
Sementara, penduduk miskin di Kalimantan 1,21 juta jiwa, Papua 0,98 juta dan
Maluku 0,49 juta.

Tingginya jumlah penduduk miskin di Jawa dan Bali, tidak lain karena tempat
tinggal mayoritas terpusat di Jawa dan Bali. Namun, dilihat perbandingan jumlah
penduduk miskin dengan penduduk di wilayah masing-masing, maka kemiskinan
tertinggi justru berada di Papua dan Nusa Tenggara.

Di Papua, perpandingan jumlah penduduk miskin mencapai 36,1 persen, sedangkan


di Nusa Tenggara sekitar 24,8 persen. Sementara di Jawa-Bali mencapai 12,5
persen. ''Perbandingan penduduk miskin terendah dicapai Kalimantan atau sekitar 9
persen,'' pungkasnya. (kmb1)

Anda mungkin juga menyukai