POST TEST
KELOMPOK VI
MUH HAKIM AL HAMIDY
FITRIANA DEWI
SOFITA FEBRIANA
1. Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan
reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya
Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan:
(a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran,
ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar
dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan
baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti,
kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap
terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau
tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat
mungkin dengan titik ekivalen.
Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen. Sebuah larutan yang disebut sebagai peniter[1], yang diketahui
konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang
dititer[2] yang konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi
untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang
dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang
ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik
ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama
dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi
adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah
warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Titrasi biasanya
menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-
basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana
fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar
8.2 atau melewatinya.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Asam kuat - Basa kuat
2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh :
- Asam kuat : HCl
Persamaan Reaksi :
contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl
Reaksi ionnya :
H+ + BO2- → HBO2
contoh :
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH
2. Titrasi selain titrasi asam basa diantaranya :
* Reduksi-Oksidasi . Zat yang bersifat oksidator seperti KMnO4, K2CrO4, I2, dan zat yang
bersifat reduktor seperti H2C2O4, Fe2+, Sn2+ dapat ditentukan dengan metode titrasi ini.
Reaksi redoks terlibat saat titran dan analit bereaksi. Beberapa metode titrasi redoks tidak
membutuhkan indicator untuk melihat titik akhir titrasi seperti titrasi antara KMnO4 dan
H2C2O4 disebabkan KMnO4 itu sendiri sudah berwarna. Amylum biasanya dipakai untuk
titrasi yang melibatkan I2.
Jika dalam menitrasi suatu asam kuat, pH dialurkan terhadap volume larutan dari basa kuat
yang ditambahkan, terjadilah sebuah titik belok pada titik ekuivalen. Sama halnya, dalam
titrasi EDTA, jika pM (logaritma negatif dari konsentrasi ion logam bebas : pM = -log[M n+])
dilukiskan pada grafik terhadap volume larutan EDTA yang ditambahkan, sebuah titik belok
muncul pada titik ekivalen; dalam beberapa keadaan, kenaikan mendadak ini dapat
melampaui 10 satuan pM. Kurva penitaran dipengaruhi oleh pM dan komplekson lain.
Penitaran ion logam berat dengan EDTA bukan saja diperlukan pendapar tetapi juga
penambahan komplekson lain yang berguna untuk menjaga agar ion logam tetap dalam
larutan dan tidak mengendap sebagai hidroksida, oksida basa atau garam basa.
Bangun umum kurva titrasi, yang diperoleh dengan menitrasi 10,0 cm 3 larutan 0,01M ion
logam M dengan larutan EDTA 0,01M, diperlihatkan pada kurva penitaran. Tetapan
kestabilan nampak dari berbagai kompleks logam EDTA, ditunjukkan pada ujung kanan
sekali dari kurva. Nampak jelas bahwa semakin besar tetapan kestabilan, semakin tajam titik
akhir, asalkan pH dijaga konstan.
* Kompleksometri. Reaksi pembentukan kompleks antara EDTA dan ion logam mendasari
metode ini. EDTA merupakan jenis titrant yang banyak dipakai untuk titrasi kompleksometri
dan bereaksi dengan banyak logam, reaksinyapun dapat dikontrol dengan mengontrol pH
larutan.
* Pengendapan. Reaksi pembentukan endapan menjadi dasar metode ini. Titran dan
analit bereaksi membentuk endapan seperti penentuan ion klorida dengan menggunakan
titran AgNO3. Indikator dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi misalnya
K2CrO4 untuk titrasi yang menggunakan titran perak nitrat.
Contoh reaksi :
dari reaksi diatas diketahui bahwa perbandingan mol antara Ag+ dan Cl- adalah 1:1 sehingga
perbandingan ini dapat dipakai untuk menentukan perubahan konsentrasi ion klorida.
3. Diket : V NaOH = 50 ml
Mol NaOH = 0.25 mol
V asam sulfat = 28 ml
Dit : M asam sulfat
Jawab:
M NaOH = mol NaOH/ V NaOH
= 0.25/50
=0.005 molar
M NaOH x V NaOH = M asam sulfat x V asam sulfat
0.005 x 50 = M asam sulfat x 28
0.25 = M asam sulfat x 28
M asam sulfat = 0.25/28
= 0.0089 molar
DAFTAR PUSTAKA
http://kimiaanalisa.web.id/apa-itu-titrasi/
http://belajarkimia.com/titrasi-asam-basa/
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah
%20054828/materi.HTM
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi
http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-pengendapan-argentometri/
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=456