Sebelum sejawat membaca artikel ini, tentunya sejawat sering sekali
mendengar, atau bahkan mengucapkan kata “masuk angin”. Pernah saya mencoba mencarinya di textbook atau artikel-artikel ilmiah dengan keyword “masuk angin”, namun hasilnya nihil, apakah benar ada penyakit “masuk angin” itu? Bagaimana patofisiologinya? Atau itu merupakan istilah untuk sekumpulan sindrom tubuh?.
Pertama-pertama kita harus tahu, bagaimana karakter penderita yang
digolongkan menderita “masuk angin”, biasanya orang yang mengalami gejala pegal-pegal, terlebih setelah melakukan aktivitas tertentu, meriang, dan ada yang disertai sakit/nyeri kepala, perut terasa kembung, buang angin/ gas terus-menerus atau bahkan sulit buang angin. Kadang juga “masuk angin” menyerang orang-orang yang terpapar secara langsung oleh angin, seperti misalnya berkendara dengan sepeda motor tanpa menggunakan jaket, berada di pantai yang hembusan anginnya deras, atau tidak segera mengeringkan badan setelah kehujanan dan basah kuyup. Kemudian, bagaimana orang-orang tersebut mengatasi “masuk angin”nya? Paling umum dilakukan adalah “kerokan”, atau minum “STMJ” atau “wedang jahe” atau minum obat pengusir masuk angin yang terkenal seperti “tolak ang*n”. Setelah kita tahu bagaimana karakteristik penderita masuk angin tersebut, mari kita lihat, bagaimana bidang medis membahas keterkaitan ini.
sebenarnya dalam istilah kedokteran, tidak tertera istilah masuk angin,
dan pada umumnya, memang benar jika keadaan tersebut diatas, dapat ditimbulkan karena cuaca dingin, namun tidak benar seperti yang dipikirkan orang awam, yaitu kemasukan angin. cuaca dingin dapat menimbulkan mekanisme tubuh yaitu vasokonstriksi, dimana terjadi kontraksi dari dinding endotel pembuluh darah kita sehingga terjadi penyempitan pada pembuluh darah tersebut. mekanisme ini bertujuan untuk mengurangi pengeluaran kalor yang berlebihan dari tubuh, tentunya agar tubuh tidak menuju kearah hipotermi(*) karena proses mekanisme vasokonstriksi itulah, maka peredaran darah menjadi tidak lancar, sehingga hasil metabolisme dan asam laktat terakumulasi pada otot kita, sehingga otot kita menjadi terasa pegal-pegal dan seluruh tubuh pun terasa tidak enak. selain rasa pegal-pegal dan tidak enak pada seluruh tubuh, perut juga akan terasa kembung, hal ini disebabkan karena cuaca dingin tersebut membuat gerak peristaltik saluran cerna kita menjadi lambat, sehingga gas yang ada di saluran cerna kita tertampung tanpa bisa dikeluarkan dengan lancar, apalagi jika ditambah dengan fenomena lain yaitu aerophagi atau dalam bahasa awamnya disebut “makan angin”, dimana sering pada saat kita berkendara motor atau ketika berada di pantai yang disana banyak sekali angin berhembus dengan kencang. ternyata cuaca dingin yang menjadi penyebab terjadinya “masuk angin” tidak hanya sampai disitu, cuaca dingin juga dapat mengakibatkan rambut- rambut di saluran pernafasan yang bertugas sebagai pertahan tubuh kita lambat untuk bergerak, padahal pergerakan itu bertujuan untuk mengeluarkan lendir-lendir dan benda-benda asing termasuk juga bakteri serta virus. akibat dari lambatnya pergerakan tersebut adalah mudahnya terjadi infeksi saluran pernafasan nafas atas (ISPA) seperti batuk (tersering faringitis akut), pilek (tersering rhinitis akut). kemudian, bagaimana cara untuk mengatasinya? pada dasarnya pengobatan yang dilakukan orang awam terhadap “masuk angin” ini ada benarnya, seperti minum jamu-jamu yang berfungsi untuk mengeluarkan gas yang tertampung tadi, dan menghangatkan badan. hal itu benar adanya, yaitu ketika jamu yang berfungsi sebagai penghangat karena mengandung bahan-bahan penghangat seperti jahe dan lain-lainnya, tubuh menjadi tidak jatuh dalam keadaan hipotermi, sehingga gerak peristaltikpun menjadi lancar, dan otomatis perasaan kembung tadi menjadi teratasi, selain itu, pembuluh darah yang menyempit tadi pun dapat kembali longgar (vasodilatasi), sehingga penumpukan hasil metabolisme terutama asam laktat tersebut dapat kembali diedarkan, hasilnya, badanpun tidak lagi terasa pegal-pegal. disini penulis perlu mengingatkan, bahwa banyak jamu-jamu yang ditujukan untuk memberi rasa enak di badan, termasuk menghilangkan rasa pegal, rasa capai, memberi efek “seger” di badan, mengandung satu kandungan yang bernama steroid. memang benar adanya bahwa steroid berfungsi demikian, bahkan dia pada jaman kejayaannya dianggap sebagai obat dewa, karena bisa menyembuhkan segala rasa sakit dan segala penyakit, steroid termasuk golongan obat anti inflamasi yang bila konsumsinya tidak dalam takaran dan tujuan yang benar, dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, yang paling menakutkan adalah dapat menurunkan sistim imun (pertahanan tubuh) manusia. kemudian bagaimana dengan kerokan? sebenarnya sudah ada yang meneliti tentang khasiat dari kerokan tersebut, yang menelitinyapun orang akademisi yang kompeten di bidangnya. orang awam berpendapat bahwa kerokan harus sampai menimbulkan bekas merah, semakin terang atau jelas semakin baik, mereka berpendapat jika sudah merah, berarti penyakitnya sudah keluar, apalagi jika sudah bersendawa, atau kentut. merah yang ditimbulkan karena kerokan tersebut merupakan kapiler-kapiler darah yang pecah akibat proses trauma yang ditimbulkan karena gesekan antara koin yang permukaan kulit, kapiler yang pecah tersebut menyebabkan pembuluh darah di perifer atau yang halus vasodilatasi, sehingga seperti yang sudah diterangkan efek vasodilatasi karena efek jamu diatas, badan terasa lebih enak, namun vasodilatasi karena kerokan dan karena jamu penghangat tersebut memiliki perbedaan, pada kerokan, tubuh secara alami mengeluarkan zat endorfin yang tergolong morfin dan berfungsi sebagai anti nyeri, sehingga selain menghilangkan perasaan tidak enak dalam tubuh, endorfin tersebut dapat mengakibatkan efek kecanduan, hal ini kemudian menjelaskan mengapa pada orang yang terbiasa kerokan, seakan-akan ketagihan, sehingga ketika mereka pegal atau badan mulai terasa tidak enak, maka tidak dapat hilang dengan sempurna selain dengan kerokan, begitu juga dengan pijat. semoga dari penjelasan yang saya rangkum dari berbagai artikel ini dapat membuka wawasan baru, terutama untuk dapat menjelaskan kepada publik tentang bagaimana medis atau sains memandang seputar kebiasaan awam yang sudah menjadi tradisi selama puluhan tahun. terima kasih, wassalam.