Anda di halaman 1dari 3

Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh.

Sebelum sejawat membaca artikel ini, tentunya sejawat sering sekali


mendengar, atau bahkan mengucapkan kata “masuk angin”. Pernah saya
mencoba mencarinya di textbook atau artikel-artikel ilmiah dengan keyword
“masuk angin”, namun hasilnya nihil, apakah benar ada penyakit “masuk
angin” itu? Bagaimana patofisiologinya? Atau itu merupakan istilah untuk
sekumpulan sindrom tubuh?.

Pertama-pertama kita harus tahu, bagaimana karakter penderita yang


digolongkan menderita “masuk angin”, biasanya orang yang mengalami
gejala pegal-pegal, terlebih setelah melakukan aktivitas tertentu, meriang,
dan ada yang disertai sakit/nyeri kepala, perut terasa kembung, buang angin/
gas terus-menerus atau bahkan sulit buang angin. Kadang juga “masuk
angin” menyerang orang-orang yang terpapar secara langsung oleh angin,
seperti misalnya berkendara dengan sepeda motor tanpa menggunakan
jaket, berada di pantai yang hembusan anginnya deras, atau tidak segera
mengeringkan badan setelah kehujanan dan basah kuyup. Kemudian,
bagaimana orang-orang tersebut mengatasi “masuk angin”nya? Paling umum
dilakukan adalah “kerokan”, atau minum “STMJ” atau “wedang jahe” atau
minum obat pengusir masuk angin yang terkenal seperti “tolak ang*n”.
Setelah kita tahu bagaimana karakteristik penderita masuk angin tersebut,
mari kita lihat, bagaimana bidang medis membahas keterkaitan ini.

sebenarnya dalam istilah kedokteran, tidak tertera istilah masuk angin,


dan pada umumnya, memang benar jika keadaan tersebut diatas, dapat
ditimbulkan karena cuaca dingin, namun tidak benar seperti yang dipikirkan
orang awam, yaitu kemasukan angin.
cuaca dingin dapat menimbulkan mekanisme tubuh yaitu
vasokonstriksi, dimana terjadi kontraksi dari dinding endotel pembuluh darah
kita sehingga terjadi penyempitan pada pembuluh darah tersebut.
mekanisme ini bertujuan untuk mengurangi pengeluaran kalor yang
berlebihan dari tubuh, tentunya agar tubuh tidak menuju kearah hipotermi(*)
karena proses mekanisme vasokonstriksi itulah, maka peredaran darah
menjadi tidak lancar, sehingga hasil metabolisme dan asam laktat
terakumulasi pada otot kita, sehingga otot kita menjadi terasa pegal-pegal
dan seluruh tubuh pun terasa tidak enak.
selain rasa pegal-pegal dan tidak enak pada seluruh tubuh, perut juga
akan terasa kembung, hal ini disebabkan karena cuaca dingin tersebut
membuat gerak peristaltik saluran cerna kita menjadi lambat, sehingga gas
yang ada di saluran cerna kita tertampung tanpa bisa dikeluarkan dengan
lancar, apalagi jika ditambah dengan fenomena lain yaitu aerophagi atau
dalam bahasa awamnya disebut “makan angin”, dimana sering pada saat kita
berkendara motor atau ketika berada di pantai yang disana banyak sekali
angin berhembus dengan kencang.
ternyata cuaca dingin yang menjadi penyebab terjadinya “masuk angin”
tidak hanya sampai disitu, cuaca dingin juga dapat mengakibatkan rambut-
rambut di saluran pernafasan yang bertugas sebagai pertahan tubuh kita
lambat untuk bergerak, padahal pergerakan itu bertujuan untuk
mengeluarkan lendir-lendir dan benda-benda asing termasuk juga bakteri
serta virus. akibat dari lambatnya pergerakan tersebut adalah mudahnya
terjadi infeksi saluran pernafasan nafas atas (ISPA) seperti batuk (tersering
faringitis akut), pilek (tersering rhinitis akut).
kemudian, bagaimana cara untuk mengatasinya? pada dasarnya
pengobatan yang dilakukan orang awam terhadap “masuk angin” ini ada
benarnya, seperti minum jamu-jamu yang berfungsi untuk mengeluarkan gas
yang tertampung tadi, dan menghangatkan badan. hal itu benar adanya,
yaitu ketika jamu yang berfungsi sebagai penghangat karena mengandung
bahan-bahan penghangat seperti jahe dan lain-lainnya, tubuh menjadi tidak
jatuh dalam keadaan hipotermi, sehingga gerak peristaltikpun menjadi lancar,
dan otomatis perasaan kembung tadi menjadi teratasi, selain itu, pembuluh
darah yang menyempit tadi pun dapat kembali longgar (vasodilatasi),
sehingga penumpukan hasil metabolisme terutama asam laktat tersebut
dapat kembali diedarkan, hasilnya, badanpun tidak lagi terasa pegal-pegal.
disini penulis perlu mengingatkan, bahwa banyak jamu-jamu yang
ditujukan untuk memberi rasa enak di badan, termasuk menghilangkan rasa
pegal, rasa capai, memberi efek “seger” di badan, mengandung satu
kandungan yang bernama steroid. memang benar adanya bahwa steroid
berfungsi demikian, bahkan dia pada jaman kejayaannya dianggap sebagai
obat dewa, karena bisa menyembuhkan segala rasa sakit dan segala
penyakit, steroid termasuk golongan obat anti inflamasi yang bila
konsumsinya tidak dalam takaran dan tujuan yang benar, dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi, yang paling menakutkan adalah
dapat menurunkan sistim imun (pertahanan tubuh) manusia.
kemudian bagaimana dengan kerokan? sebenarnya sudah ada yang
meneliti tentang khasiat dari kerokan tersebut, yang menelitinyapun orang
akademisi yang kompeten di bidangnya. orang awam berpendapat bahwa
kerokan harus sampai menimbulkan bekas merah, semakin terang atau jelas
semakin baik, mereka berpendapat jika sudah merah, berarti penyakitnya
sudah keluar, apalagi jika sudah bersendawa, atau kentut. merah yang
ditimbulkan karena kerokan tersebut merupakan kapiler-kapiler darah yang
pecah akibat proses trauma yang ditimbulkan karena gesekan antara koin
yang permukaan kulit, kapiler yang pecah tersebut menyebabkan pembuluh
darah di perifer atau yang halus vasodilatasi, sehingga seperti yang sudah
diterangkan efek vasodilatasi karena efek jamu diatas, badan terasa lebih
enak, namun vasodilatasi karena kerokan dan karena jamu penghangat
tersebut memiliki perbedaan, pada kerokan, tubuh secara alami
mengeluarkan zat endorfin yang tergolong morfin dan berfungsi sebagai anti
nyeri, sehingga selain menghilangkan perasaan tidak enak dalam tubuh,
endorfin tersebut dapat mengakibatkan efek kecanduan, hal ini kemudian
menjelaskan mengapa pada orang yang terbiasa kerokan, seakan-akan
ketagihan, sehingga ketika mereka pegal atau badan mulai terasa tidak enak,
maka tidak dapat hilang dengan sempurna selain dengan kerokan, begitu
juga dengan pijat.
semoga dari penjelasan yang saya rangkum dari berbagai artikel ini
dapat membuka wawasan baru, terutama untuk dapat menjelaskan kepada
publik tentang bagaimana medis atau sains memandang seputar kebiasaan
awam yang sudah menjadi tradisi selama puluhan tahun. terima kasih,
wassalam.

Anda mungkin juga menyukai