Anda di halaman 1dari 1

Diskusi Seks Dan Agama Turunkan Seks Bebas Remaja

Oleh: Marianto Samosir

Hanya segelintir remaja wanita merasa bebas menentukan kapan harus melakukan
hubungan seks dan menggunakan kontrasepsi. Akibatnya, banyak di antaranya hamil.
Hal ini diketahui dari studi yang dilakukan peneliti dari Australian National
University terhadap dua survei tentang perilaku seks remaja dan dimuat dalam edisi
terakhir Journal of Population Research.

Sebenarnya, hubungan seks ini tidak mereka inginkan. Faktor yang memaksa remaja
melakukan hubungan seks ini ialah desakan pacar, kurangnya kepercayaan diri, dan
kurangnya pengetahuan tentang seks. Namun, apabila makin banyak remaja ini
diskusi tentang kapan waktu yang paling tepat melakukan hubungan seks, makin
besar kemungkinan mereka menundanya sampai dirinya merasa sudah siap.

Menurut survei pertama terhadap 1.324 remaja yang telah hamil, 67 persen di
antaranya mengaku belum siap melakukan hubungan seks pertama kali dan 18 persen
merasa dirinya ditekan dan dipaksa melakukannya. Sebanyak 45 persen mengaku
suatu saat pernah melakukan hubungan seks meskipun sebenarnya tidak
menginginkannya. Dan kebanyakan melakukannya hanya karena ingin menyenangkan
hati pasangannya atau karena mereka sama sekali "tidak mempunyai pilihan."

Sedangkan survei lain yang dilakukan LaTrobe University terhadap 3.550 remaja
perempuan memperlihatkan, sebanyak 84 persen merasa cukup percaya diri sehingga
menolak melakukan hubungan seks. Sedangkan 15 persen lainnya merasa tidak
percaya diri. Beberapa di antaranya dengan sadar memilih melakukan hubungan seks,
sering menggunakan kontrasepsi, dan dengan sadar memutuskan untuk hamil.
Namun, kelompok lainnya hamil karena mereka merasa dipaksa melakukan hubungan
seks tersebut, mereka tidak berhasil menganjurkan pasangannya menggunakan alat
kontrasepsi, dan posisinya sangat lemah.

Menurut peneliti tersebut, survei terhadap remaja yang hamil ini memperlihatkan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuannya mengontrol
pengalaman seks dan kehamilannya. Faktor pertama ialah latar belakang keluarga.
Remaja dari keluarga yang utuh dan memegang prinsip agama yang kuat mempunyai
kemungkinan yang lebih kecil merasa dipaksa melakukan hubungan seks dini. Lebih
besar kemungkinannya mereka menunggu sampai merasa siap melakukannya.
Kemungkinan untuk hamil dalam usia muda pun sangat kecil.

Faktor kedua ialah bicara dengan orang tua dan pasangan tentang waktu yang tepat
untuk melakukan hubungan seks. Hanya 33 persen remaja yang hamil ini sebelumnya
bicara dengan ibunya. Kurang dari 10 persen di antaranya diskusi dengan ayahnya
tentang topik tersebut. Tetapi, kelompok yang mendiskusikannya bersama orang
tuanya cenderung menunda hubungan seks pertamanya.(*)

Anda mungkin juga menyukai