Anda di halaman 1dari 3

RAHASIA DI BALIK DO’A

keinginan-Nya untuk kita. Jangan


Wanita sufi Rabi’ah al-‘Adawiyah, mengancam Dia dengan kebiasaan kita,
sedang berlayar bersama para penumpang nanti Dia menghancurkan kita dengan
lain menuju pulau kecil. Tiba-tiba badai kedasyatan kekuasaan-Nya."
berhembus dan ombak pun menggila di Jawaban itu tak hanya membuat
tengah samudera. Semua cemas, karena Rabi’ah terhenyak dan para penumpang
maut sudah di depan mata. lain tertegun, bahkan perjalanan zaman
Tetapi ada seorang pemuda seakan merekamnya melalui bencana demi
berambut sampai ke telinga, terlihat bencana yang datang silih berganti.
cuma diam seraya bertafakkur. Padahal Lihatlah, ilmu siapa yang mampu
perahu sudah oleng ke kiri dan ke kanan, membungkam gunung kalau hendak
air telah menggenang hingga ke mata meletus, kehendak bangsa mana yang
kaki. Seorang lelaki tua menegur marah, dapat meredam gempa kalau sudah
“Hai anak muda, tulikah telingamu, saatnya harus melanda?. Bahkan, banjir
butakah matamu? Perahu hampir karam, yang menimpa sebagian kota di Indonesia
kamu hanya diam. Berdo’alah untuk seakan datang tanpa mengetuk pintu dan
memperkuat permohonan kami kepada pergi begitu saja tanpa permisi dengan
Tuhan.” meninggalkan bekas-bekas keperihan,
Dengan tenang pemuda itu kepedihan dan kesengsaraan yang terus
mengguman, “Tiada seorang hamba pun merajalela.
mampu menghalangi kehendak Sang Lalu, apakah do’a dapat menangkal
Mahakuasa.“ Lalu ia menunduk kembali, bencana?. Menurut Allah swt, bisa. Al-
tak ada yang dilakukan kecuali Qur’an menandaskan, “Bermohonlah
menekurkan kepala dengan khusyu’, kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan.”
seraya mengangkat tangan seolah (Q.S. …………………, [40]; 60). Sayangnya,
memberi aba-aba agar badai berhenti. manusia acapkali berdo’a tanpa
Betul, tak lama kemudian, lautan yang kesungguhan dan keyakinan akan
ganas menjadi lunak, angin lantas bertiup manfaatnya. Memang mengangkat tangan
sepoi-sepoi, dan perahu melaju tanpa sambil mengumandangkan rangkaian kata
goncangan. yang indah terdengar seperti do’a.
Rabi’ah bertanya takjub, “Hai anak Padahal itu cuma upacara, hanya
muda, demi Allah, kekuatan apa yang kau formalitas. Apalagi kalau dibaca di depan
miliki sampai badai dapat kau tundukkan pejabat atau para orang besar. Pada
dan gelombang bisa kau taklukkan?”. hakikatnya getaran hati tatkala seorang
Pemuda itu menjawab ramah, hamba tengah mengangkat tangan seraya
“Kalian orang-orang beriman. Bukankah bermunajat dengan tulus dan pasrah,
kita hanya makhluk lemah yang fana?. Apa itulah kekuatan sakral yang mampu
wewenang kita menolak kemauan Tuhan?. mengoyak batas antara makhluk dan Sang
Seharusnya, bersabarlah menahan diri Pencipta.
dari segala keinginan kita karena Dia,
Ditranskrip dari ceramah Buya, Drs. KH. Asep
nanti Dia berkenan menahan diri dari sudrajat, MM.oleh Moch. Zainal Musthofa.
meletakkan kotoran binatang seperti
DIPLOMASI KEROSULAN kemarin. Tetapi Nabi tetap tidak
Tela’ah sikap menjemput tahun baru Hijriyah 1423 H marah, padahal beliau pasti
mengetahui pelakunya. Beliau
menimbun kotoran tadi dengan tanah,
kemudian pergi seperti biasa.
Semenjak diutus menjadi
Si kafir yang mengamati dari
rasul, Nabi Muhammad saw telah
kejauhan, makin heran dan jengkel
mengalami berbagai penindasan dari
melihat reaksi Nabi biasa-biasa saja.
kaum kafir Quraisy Makkah. Tetapi
Yang lebih mengherankan, mengapa
yang aneh, walaupun Rasulullah dan
Nabi tidak menegurnya padahal
umatnya diburu dan disiksa, jumlah
beliau tahu siapa yang meletakkan
mereka yang masuk Islam dari hari ke
kotoran itu?. Lama kelamaan, yang
hari bertambah banyak.
jengkel bukan Nabi, malah orang kafir
Satu di antara penyebab makin
itu sendiri. Berhari-hari sudah dengan
besarnya pengikut Rasulullah tidak
rajin ia meletakkan kotoran, makin
lain karena budi pekertinya yang tak
lama yang dibawanya makin banyak,
bernoda. Kemudian akhlak Rasulullah
tetapi reaksi Nabi semenjak hari
memang diakui dan dikagumi oleh
pertama dulu tetap tenang saja.
kawan maupun lawan. Sebagai contoh
Sampai pada pagi yang
adalah masuk Islamnya seorang kafir
kesekian kalinya. Nabi tidak
Quraisy yang sebelumnya sangat
mendapati kotoran di depan pintu
membencinya. Bagaimana keindahan
seperti biasa. Beliau heran dan
sikap Rasulullah dalam peristiwa
bertanya-tanya dalam hati, “Mengapa
tersebut?.
tidak ada kotoran lagi hari ini?
Sewaktu Nabi masih tinggal di
Kemana orang itu? Jangan-jangan ia
Makkah, beliau mempunyai seorang
sakit?”. Maka buru-buru beliau
tetangga yang tinggal tidak begitu
mendatangi rumah pembenci
jauh dari rumahnya. Tetangga
beratnya itu. Betapa kecutnya orang
tersebut seorang penyembah berhala
kafir itu ketika ternyata yang datang
yang sangat memusuhi Nabi dan
menjenguknya adalah Rasulullah,
umat Islam. Pada suatu hari, karena
orang yang sangat dibencinya.
kebenciannya yang meluap, ia mulai
“Mau apa kau Muhammad?”
meletakkan kotoran binatang di
dampratnya penuh curiga.
depan pintu Nabi. Setelah itu ia
“Aku khawatir terhadap
segera bersembunyi untuk
kesehatanmu. Sebab pagi ini di depan
mengetahui reaksi Nabi. “Muhammad
pintu rumahku tidak terdapat kotoran
pasti akan jengkel dan terhina,”
lagi.” Orang itu hanya diam
ucapnya pada diri sendiri. Ketika pagi
mendengar jawaban itu. Tetapi
itu Nabi membuka pintu dan
kekagumannya terhadap kemuliaan
mendapati kotoran binatang di muka
akhlak Nabi tak dapat
rumah, beliau tidak marah atau
disembunyikannya. Ia segera berdiri
jengkel. Dan meski beliau tahu siapa
dan menjabat tangan Rasul seraya
yang telah melakukan perbuatan keji
berkata. “Asyhadu An Laailaaha
itu, beliau hanya diam sambil
Illallah, Wa Anta Ya Muhammad
membersihkannya.
Rasulullah.”
Si kafir yang masih merngamati
Pada kali yang lain Rasulullah
tadi menjadi heran, karena ulah
sedang duduk-duduk di serambi
joroknya tidak membuat Nabi
masjid dengan para sahabat. Tiba-tiba
tersinggung. “Akan ku ulangi lagi
muncul seorang pengendara kuda
perbuatan ini sampai ia marah,” kata
dari gunung. Tanpa turun dari
orang itu sambil berlalu. Keesokan
pelananyya, ia bertanya garang, “Hai,
harinya sebelum Nabi keluar ia telah
siapa di antara kalian yang bernama
Muhammad?”. Para sahabat
tersinggung melihat sikap A’rabi
yang kurang ajar itu. Mereka bersiap
menariknya dari punggung kuda,
tetapi Nabi melarang. Dengan sopan
beliau menjawab, “Sayalah
Muhammad.”
“Jadi kamu yang menyuruh
kami bersyahadat bahwa Tuhan cuma
satu dan engkau utusannya?”.
“Betul,” jawab Rasulullah.
“apa kamu pula yang
menyuruh orang-orang kaya
membayar zakat, membagikan
sebagian harta mereka untuk
kaum miskin dan tidak
berpunya?”. “Ya, saya”. Jawab
Nabi.
“Kenapa engkau perintahkan
kami meninggalkan berhala dan
mengerjakan shalat serta puasa?”.
“Sebab berhala bikinan manusia
sedangkan kita ciptaan Tuhan Allah
swt. Berarti wajar bukan apabila kita
mengetahui perintah Tuhan?”
“Wah, betul juga. Kalau begitu
saya akan pulang dan akan mengajak
seluruh kaum untuk beriman kepada
Tuhanmu Allah dan mengakuimu
sebagai Rasul-Nya.”
Lalu orang A’rabi itu, masih
dengan wajah dan sikapnya yang
garang, membalikkan kudanya dan
menghilang dari hadapan Nabi
dengan cepat setelah sebelumnya
bersyahadat menmgakui Tuhannya
adalah Allah dan Muhammad saw
adalah utusan-Nya.

Oleh: Moch. Zainal Musthofa

Anda mungkin juga menyukai