Anda di halaman 1dari 4

KEPEMIMPINAN EFEKTIF

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. An-Nahl:
36) Setiap kita adalah pemimpin akan kesnya masing-masing. Dan setiap
pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya bukan hanya di hadapan
manusia, tetapi juga di hadapan Allah swt..

Begitulah hadits Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita. Oleh karena itu, sudah
sepatutnyalah kita mencermati peran kita dalam memimpin di kelas kita masing
masing sedemikian sehingga kita mampu melahirkan karya-karya yang sukses.
Para ulama Islam memprioritaskan topik kepemimpinan dengan perhatian khusus,
karena itu merupakan salah satu daya dukung agama yang tidak mungkin tegak
kecuali dengannya.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Siyasah Syar’iyyah” mengatakan:


“Wajib diketahui bahwa memimpin urusan manusia termasuk kewajiban terbesar
agama, bahkan tidak akan tegak agama kecuali dengannya. Sesungguhnya
kepentingan anak-anak Adam tidak akan tercapai secara sempurna kecuali dengan
perkumpulan, karena mereka saling membutuhkan satu sama lain. Dalam
perkumputan mi sudah seharusnya ada seorang pemimpin.”

KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

Banyak orang mengira bahwa kepemimpinan berarti otoritas, penguasaan,


dominasi atau kekuatan (power). Salah satu contoh kekeliruan adalah ketika
seseorang datang kepada Rasulullah dengan gemetar. Beliau bersabda:
“Tenanglah! Aku bukan seorang raja, sesungguhnya aku hanyalah putra seorang
perempuan Quraisy yang biasa memakan dendeng (daging kering). (Al Bidayah,
IV ; 293)

Kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang sang pemimpin


menerjemahkan fungsinya dengan perilaku. Efektivitasnya bukan karena seruan
yang membuat telinga tuli, atau teriakan yang memekakkan dan menggema di
mana-mana, tetapi terletak pada perilaku yang memperkaya pembicaraan,
menerjemahkan tugas kepemimpinan dalam suasana penuh kehati-hatian
(deliberateness) dan ketenangan. Selanjutnya pekerjaan pekerjaan semakin maju
dan produktivitas pun meningkat, sehingga target dapat tercapai.

Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan tetapi


sungguh merupakan interaksi aktif yang efektif. ltulah perilaku yang digunakan
untuk menerjemahkan fungsi seorang pemimpin, yang dapat diringkas dalam
poin-poin berikut:
1. Membantu mencapai sasaran organisasi.
2. Selalu menggerakkan jamaah menuju sasaran-sasaran tersebut.
3. Mewujudkan interaksi dan keterikatan antar individu.
4. Memelihara kekuatan dan kohesi organisasi.

SYARAT PEMIMPIN YANG EFEKTIF PERTAMA: SEORANG


PENDIDIK (MURABBI)

Sarana mempengaruhi yang paling efektif bagi seorang pemimpin adalah tarbiyah
(pendidikan). Pemimpin yang pendidik (murabbi) adalah yang memahami tujuan
pendidikan, sasaran dan tahapannya yang secara global terdapat dalam tiga hal
berikut:
1. Pembentukan (At Takwin): Proses takwin dan fase pembentukan, yaitu:
“Memberikan pengetahuan-pengetahuan tertentu dan perilaku-perilaku
yang dibutuhkan dengan menggunakan sarana sarana kinetik-psikomotorik
dan intelektual kognitif yang sesuai dalam iklim emosional efektif yang
kondusif.’
2. Independensi (Al-Istiqlaaliyah)
Independensi secara sederhana berarti realisasi jati diri setiap individu
yang hakiki. ini bukan berarti bahwa hal tersebut ia capai dengan jerih
payah internal pribadi, namun juga dengan tarbiyah (pendidikan). Karena
dengan monitor dan perhatian penuh dan seorang pemimpin yang bertipe
mendidik tarbiyah dapat menumbuh kembangkan suatu kepribadian yang
unik dan independen dalam kerangka aturan pendidikan dan penghormatan
terhadap kebebasan orang lain.
Pendidikan pada fase ini memberi kesempatan kepada setiap individu
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman pribadi serta pengembangan
sikap spontan dan independen sehingga tercapai manfaatmanfaat berikut:
• Pengembangantanggungjawab pribadi
• Pengembangan sikap spontanitas pribadi
• Mengenali sisi-sisi keistimewaan diii untuk dimanfaatkan
• Mengembangkan sikap independensi dan spontanitas orang lain,
dan menghormatinya.
3. Kontinuitas
Tujuan terpenting pada fase mi adalah menjadikan individu dapat menemukan
sifat kontinuitas dalam din dan organisasinya, dengan cara menanamkan dan
mengokohkan satu prinsip dalam benaknya bahwa ia adalah pewaris masa lalu
dan penanggung jawab masa depan. Demikian pula ia mempunyai kewajiban
untuk merealisasikan kemajuan yang melebihi generasi sebelumnya, karena
itu ia harus tahu dan mana ia harus memulai. Dan menyingkirkan segala
sesuatu yang tidak sesuai dan apa yang diwariskan pendahulunya serta
menyingkirkan penghambaan yang sempit.

KEDUA SEORANG PENGAJAR


Ringkasnya, seorang pemimpin yang berpengaruh beserta para pengikutnya
mampu mewujudkan hal-hal berikut:
1. Membangkitkan kemampuan, mempertajam obsesi tinggi,
dan memotivasi mereka untuk terus berinovasi yang membuat mereka bangga
dengan pemimpinnya dan merasa bertanggung jawab.
2. Kepercayaan mereka yang utuh terhadap pemimpin karena
Ia selalu memperlakukan mereka lebih dan hak-hak yang seharusnya mereka
terima, juga mengeksplorasi kelebihan-kelebihan mereka yang tersembunyi
dan mengembangkannya, tanpa harus selalu melihat kesalahan mereka saja.
3. Memanfaatkan seluruh kemampuan mereka untuk berkarya,
karena mereka merasakan bahwa petnimpin mereka penuh perhatian dan terus
memotivasi mereka.

KETIGA : SEORANG ORGANISATOR (MUNAZHZHIM)

Hal-hal yang perlu diorganisir oleh seorang pemimpin dapat kita gambarkan
secara umum dalam poin-poin di bawah ini, dengan maksud menjelaskan cara
mengorganisir yang efektif dan sesuai:
1. Asisten: Memberikan kebebasan kepada para asistennya yang menangani
pekerjaan masing-masing dan mengandalkan mereka serta tidak berupaya
untuk mengambil aIih tugas yang telah diberikan kepada mereka.
2. Tugas dan Fungsi: Mengatur tugas berarti pendistribusiannya secara rinci
untuk mencapai sasaran sesuai dengan kemampuan.
3. Pemberian perintah: Selalu menjaga agar perintah yang dikeluarkan
berasal dan satu sumber, baik dalam pendistribusian pekerjaan atau rincian
tugas yang dilaksanakan.
4. Pekerjaan: Agar selalu menjaga kekompakan kerja melalui pertemuan
bergilir untuk para pimpinan cabang. Yang dibahas dalam perkumpulan ini
adalah hal hat sebagal berikut.

• Program kerja yang lalu


• Persoalan-persoatan yang dihadapi cabang dan mendiskusikan
segala permasalahan dengan para ahli.
• Seorang pemimpin jangan terlatu banyak berbicara, karena barang
siapa yang tidak pandai diam dia tidak akan mengetahui apa yang
terjadi pada bawahannya.
5. Komunikasi: Mengatur komunikasi artinya agar para pemimpin selalu
memperhatikan untuk mengikuti perkembangan rantai (informasi). Dia
harus setalu berkomunikasi dalam setiap pekerjaan atau perintah
kecualijika terpaksa
6. Instruksi Tugas Sikap pemimpin yang harus menghindari dualisme
kekuasaan bagi orang yang diberi tugas, sehingga tidak ada dua pekerjaan
yang ditangani oleh satu orang.
7. Pengangkatan: Yaitu penentuan asisten atau individu. Sebelum
mengangkat seseorang, hendaknya seorang pemimpin bertanya pada
dirinya dua pertanyaan:
• Apakah orang mi akan produktif dalam pekerjaannya?
• Apakah produk-produk yang dihasilkannya baik dan berkualitas?
Demikianlah sekelumit tentang masalah kepemimpinan. Semoga ini semua bisa
bermanfaat bagi kebaikan bangsa Indonesia pada umumnya, dan khususnya
lingkungan tempat kita berada.

Wallahu a’lam,

Lembaran jum’at
Masjid Raya Habiburrahman PT DIRGANTARA INDONESIA
Edisi 03 Tahun 1

Anda mungkin juga menyukai