XXII/1
BAB XXII
APARATUR PEMERINTAH
A. PENDAHULUAN
XXII/3
dinyatakan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara titik berat
dalam Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan bidang
ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi. Dalam pelak-
sanaan pembangunan ekonomi Pemerintah memberikan pengarahan
dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan
iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha.
XXII/5
Usaha penyempurnaan Aparatur Pemerintah tingkat pusat te-
lah cukup banyak dilakukan seperti perbaikan susunan organi-
sasi departemen-departemen, rumusan tugas pokok dan fungsi-
fungsinya, uraian kewajiban dan tanggungjawab serta tatakerja
masing-masing unit organisasi di bawahnya, dan sebagainya.
Perbaikan yang cukup berarti di bidang organisasi Pemerintah
tingkat pusat dilakukan dengan ditetapkannya Pokok-pokok Or-
ganisasi Departemen dan Susunan Organisasi Departemen,
masing-masing dalam Keputusan Presiden No. 44 dan 45 tahun
1974 dan Keputusan-keputusan Menteri tentang organisasi De
partemen masing-masing. Usaha penyempurnaan tersebut merupa-
kan pengaturan segi tugas pokok, fungsi, susunan organisasi
dan tatakerja dari semua jenis unit-unit pelaksana teknis
yang merupakan satuan organisasi yang melaksanakan sebagian
tugas-tugas Departemen, demikian pula Susunan organisasi dan
tatakerja Kantor Wilayah di tingkat Propinsi Daerah Tingkat I
dan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
XXII/6
Penyempurnaan-penyempurnaan tersebut di atas tetap berti-
tik tolak dari sifat dan ruang lingkup tugas pokok dan fungsi
Departemen-departemen bersangkutan. Walaupun asas fleksibili-
tas dalam pengorganisasian telah diterapkan namun asas konti-
nuitas tetap diberlakukan.
XXII/7
b. Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan Keppres No.33
tahun 1981 dalam rangka peningkatan fungsi mengkoordina -
sikan perencanaan dan pengembangan penanaman modal secara
menyeluruh dan terpadu. Dalam Keppres tersebut ditegaskan
antara lain bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal menye -
lenggarakan fungsi atas nama menteri yang membina bidang
usaha penanaman modal yang bersangkutan dengan penerbitan
berbagai ijin dan pemberian beberapa hak dan fasilitas
kepada investor. Ketua Badan bertanggungjawab kepada Pre -
siden dan sehari-hari menerima petunjuk dari Menteri Ko -
ordinator Bidang EKUIN/Ketua Bappenas;
c. Badan Koordinasi Intelijen Negara dengan Keppres No. 19
tahun 1981 dilakukan penambahan beberapa unit pelaksana
teknis.
XXII/8
c. Pembentukan Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Alam
(Keppres No. 28 tahun 1979);
d. Pembentukan Badan Koordinasi Energi Nasional (Keppres No.
46 dan No. 75 tahun 1980);
e. Pembentukan Otorita Pembangunan Pelabuhan Udara Inter -
nasional Cengkareng yang melibatkan kerjasama antara De-
partemen Perhubungan, Pekerjaan Umum, Dalam Negeri, Ke-
uangan, Pemerintah Daerah DKI dan PN Pertamina (Keppres
No. 16 tahun 1980);
f. Pembentukan Panitia Landrefonn Pusat yang memerlukan ker-
jasama antara Departemen Dalam Negeri, Pertahanan dan Ke-
amanan, Pertanian, Keuangan, Tenaga Kerja dan Transmi-
grasi, Pekerjaan Umum, Perdagangan dan Koperasi serta Ke-
hakiman (Keppres No. 55 dan No. 75 tahun 1980);
g. Pembentukan Dewan Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas Sabang dengan melibatkan kerjasama antara Departe-
men Perdagangan dan Koperasi, Keuangan, Perhubungan,
Dalam Negeri, Perindustrian, Pertahanan dan Keamanan
serta Bank Sentral (Keppres No. 60 tahun 1980);
h. Pembangunan asrama mahaaiawa untuk perguruan tinggi di
seluruh Indonesia yang perlu dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasikan dengan penetapan tugas-tugas kepada
Menteri-menteri Keuangan, Pendidikan dan Kebudayaan,
Menteri-menteri Muda Urusan Pemuda, Urusan Koperasi serta
Urusan Perumahan Rakyat (Keppres No. 40 tahun 1981);
i. Peningkatan usaha pengembalian kredit program masal
dengan melibatkan kerjasama antara Menteri Dalam Negeri,
Menteri Pertanian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Pe-
nertiban Aparatur Negara, Menteri Muda Urusan Produksi
Pangan, Menteri Muda Urusan Koperasi, Gubernur Bank Indo-
nesia, Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan
serta para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I (Inprea No.
10 tahun 1981);
j. Pelaksanaan ekspor, impor dan lalu lintas devisa yang me -
libatkan kerjasama antara Menteri Keuangan, Menteri Per-
dagangan dan Koperasi, Menteri Perhubungan dan Gubernur
Bank Indonesia (PP No.1 tahun 1982 dan peraturan-peratur-
an pelaksanaannya) yang ditujukan untuk peningkatan
ekspor bukan minyak dan gas bumi.
XXII/9
grasi. Dalam Panitia atau Team tersebut duduk wakil-wakil
dari berbagai departemen.
XXII/10
Dalam penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan di
Daerah yang langsung menyangkut kepentingan nasional dan
tidak dapat diserahkan kepada Daerah, maka Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I sebagai penguasa tunggal dan sebagai admi-
nistrator di Daerah bertugas mengkoordinasi instansi-instansi
vertikal yang merupakan aparatur Pemerintah Pusat di Daerah.
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dengan demikian mengkoordi -
nasikan pembangunan di wilayahnya, baik sektoral, regional
maupun yang bersifat khuaus. Koordinasi terhadap perencanaan,
pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan itu merupakan ko-
ordinasi aktif yang berarti Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
ikut membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan
memberikan pengarahan-pengarahan.
XXII/11
arti pentingnya serta manfaatnya pelaksanaan pembangunan yang
sedang dan akan dilanjutkan kemudian.
XXII/12
diri dari Kepala Dusun, pimpinan lembaga kemasyarakatan
serta pemuka masyarakat desa (Keputusan Menteri Dalam
Negeri No. 2 tahun 1981);
c. Pengambilan Keputusan Desa (Keputusan Menteri Dalam
Negeri No.3 tahun 1981);
d. Pembentukan, pemecahan, penyatuan dan penghapusan desa
(Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 4 tahun 1981 );
e. Pembentukan Dusun dalam Desa dan lingkungan d a l a m K e l u -
rahan (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1981);
f. Tata cara pemilihan, pensahan, pengangkatan, pemberhenti
an sementara dan p e m b e r h e n t i a n K e p a l a D e s a ( K e p u t u s a n
Menteri Dalam Negeri No.6 tahun 1981);
g. Perayaratan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian
Sekretaris Desa, Kepala Urusan serta Kepala Dusun
(Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 8 tahun 1981).
XXII/13
Kepada Kecamatan UDKP diminta agar di samping mengkoordi-
nasikan berbagai kegiatan pembangunan sektoral, regional,
lokal dan pedesaan, termasuk dengan proyek-proyek Inpres dan
swadaya masyarakat, juga mempercepat gerak pembangunan dan
pemerataan aerta bersikap tanggap dan peka terhadap masalah-
masalah yang dihadapi. oleh rakyat disertai usaha sungguh-
sungguh agar kesadaran membangun di kalangan m a s y a r a k a t d e s a
dapat selalu berkembang.
XXII/14
nomi rakyat, jalan yang membantu pembukaan daerah teriso-
lasi dan jalan-jalan rusak. Jumlah dana yang disediakan
ialah Rp. 55,- milyar.
XXII/15
kepada Menteri yang bersangkutan, tetapi taktis operasional
tunduk pada koordinasi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
(Inpres No. 48/U/IN/8/1967). Dinas otonom mempunyai hu-
bungan hirarki dengan Kepala Daerah, tetapi secara taktis
fungsional berhubungan pula dengan instansi vertikal De-
partemen yang bertugas dalam bidang yang sama (Inpres No.
48/U/IN/8/1967). Dalam memimpin pemerintahan daerah Gu-
bernur Kepala Daerah Tingkat I mendapat bantuan nasehat
dari Muspida (Inpres 05/1967);
c. Dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan instansi
vertikal mengindahkan pedoman dan instruksi Departemen
atasannya serta mengindahkan petunjuk Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I dalam rangka memperlancar pelaksanaan
proyek. Instansi vertikal Departemen menerima saran dan
pertimbangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I guna dite-
ruskan kepada Departemen yang bersangkutan untuk menda- pat
perhatian dan mengadakan kerjasama yang erat dengan dinas-
dinas otonom;
d. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I turut bertanggungjawab
atas pelaksanaan proyek-proyek sektoral di daerahnya, an -
tara lain dengan mengikuti dan mengawasi perkembangan
proyek-proyek yang ada di daerahnya, baik berdasarkan la -
poran dari Pemimpin Proyek maupun dengan melakukan pene -
litian sendiri serta dengan mengadakan pertemuan berkala
ataupun insidentil dengan para Pemimpin Proyek/ Bendaha -
rawan Proyek (Keppres 14 A/1980).
XXII/16
tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Bappeda Tingkat I
dan Bappeda Tingkat II yang memperinci fungsi dalam mengusa-
hakan keterpaduan antara rencana Nasional dan Daerah. Untuk
mencapai keserasian Bappeda diwajibkan senantiasa melaksana-
kan dan memelihara hubungan kerja secara konsultatif dengan
instansi-instansi tingkat Pusat dan hubungan kerja secara ko-
ordinatif dengan instanai-instanai Daerah. Di samping itu
diadakan forum konsultasi nasional dan regional sebagai usaha
menserasikan kepentingan daerah dengan kepentingan nasional
serta kepentingan antar daerah. Konsultasi regional dan nasi-
onal tersebut pada tahun anggaran 1981/82 diselenggarakan
lebih awal, yaitu masing-masing pada bulan September dan
Oktober, agar konsiderasi regional lebih diperhatikan dalam
perencanaan operasional tahunan.
XXII/17
d. Bupati/Walikotamadya dengan mengikuti petunjuk Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I dalam hal penentuan lokasi, dan
pengadaan tanah untuk keperluan proyek sektoral.Bupati/
Walikotamadya bertanggung jawab atas kelancaran dan kewa-
jaran harga tanah, sehingga dapat dihindarkan apekulasi
tanah yang dapat menghambat pelaksanaan pembangunan beri-
kutnya.
e. Pada tingkat Daerah Gubernur menampung pengaduan dari ma-
syarakat dunia usaha mengenai masalah-masalah yang timbul
sebagai akibat dari pelaksanaan APBN dan mengambil lang-
kah-langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.
f. Bappeda Tingkat I menyampaikan laporan triwulan dari Pro -
yek-proyek yang ada di daerahnya baik mengenai DIP tahun
bersangkutan maupun megenai DIP SIAP kepada Gubernur Ke -
pala Daerah Tingkat I bersangkutan, Menteri Keuangan,
Menteri Koordinator Bidang EKUIN/Ketua Bappenas dan
Menteri Negara PPLH.
g. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengikuti dan mengawasi
perkembangan Proyek-proyek yang ada di daerahnya baik
berdasarkan laporan dari Pemimpin Proyek dan Bappeda
Tingkat I maupun dengan melakukan penelitian sendiri
serta dengan mengadakan pertemuan berkala dengan para
Pemimpin Proyek dalam wilayahnya dan selanjutnya melapor-
kan secara berkala ataupun insidentil kepada Presiden me-
lalui Menteri Dalam Negeri dan kepada beberapa Menteri
tertentu lainnya.
h. GubernurKepalaDaerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II mengumumkan kepada masyarakat
luas mengenai proyek-proyek pembangunan yang akan dilak-
sanakan di daerah masing-masing, baik proyek-proyek sek-
toral maupun proyek-proyek bantuan berdasarkan Instruksi
Presiden dan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
proyek-proyek tersebut kepada dunia usaha melalui Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Walaupun Keppres No.14A tahun 1980 yang disempurnakan
dengan Keppres No.18 tahun 1981 berlaku bagi kegiatan-kegiat-an
pekerjaan atas beban APBN, namun untuk segala pekerjaan yang
dibebankan kepa APBD, prinsip-prinsipnya adalah sama. Dengan
kesamaan prinsip dalam pelakaanaan anggaran maka diharapkan
adanya pemantapan koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah dalam pelakaanaan pembangunan, baik sektoral
maupun regional.
Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah Pusat
di mana Pemerintah Daerah secara aktif diikutsertakan, maka
dalam tahun anggaran 1981/82 telah ditetapkan berbagai keten-
tuan sebagai berikut :
a. Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 189 tahun 1981
tentang Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) ditetap
XXII/18
kan bahwa para Gubernur Kepala Daerah tingkat I dan
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II bertang-
gungjawab atas pelaksanaan proyek ini untuk daerahnya
masing-masing. PRONA diadakan dalam rangka pelaksanaan
caturtertib di bidang pertanahan sebagaimana digariskan
dalam Repelita III dengan jalan sertifikasi tanah secara
masal. Sebagaimana diketahui sertifikat tanah merupakan
tanda bukti yang kuat yang memberikan jaminan kepastian
hukum bagi penguasaan dan pemilikan tanah. Di samping pe-
laksanaan proyek tersebut dilaksanakan pula program pe-
nyelesaian sengketa tanah. Kepala Kecamatan dan Kepala
Desa, demikian pula tokoh-tokoh masyarakat diikutserta-
kan untuk membantu pelaksanaan proyek ini.
b. Berkenaan dengan Keputusan Menteri Pertanian No.595 tahun
1981 tentang program pencetakan sawah Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I menetapkan lokasi yang terletak dalam
kawasan jaringan irigasi. Pencetakan sawah dibiayai ter-
lebih dahulu oleh Pemerintah Pusat dan setelah selesai
dicetak biaya tersebut diberlakukan sebagai kredit kepada
pemilik tanah bersangkutan. Dalam hubungan ini dapat di-
kemukakan bahwa selama ini Pemerintah Daerah senantiasa
dilibatkan dalam pelaksanaan program peningkatan produksi
pangan, khususnya beras. Hal tersebut dilakukan dengan
langkah-langkah yang berkembang dari intensifikasi ke
intensifikasi yang disempurnakan seperti panca usaha
lengkap, intensifikasi khusus dan akhir-akhir ini operasi
khusus.
c. Di aetiap Propinsi Daerah Tingkat I seluruh Indonesia
berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri dibentuk Pani -
tia Kerja Tetap Pengembangan Ekspor Daerah yang diketuai
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, sedangkan anggota-
anggotanya ialah unsur-unsur dari Kantor-kantor Wilayah
Bea Cukai, Pajak, Pertanian, Pertambangan, Koperasi, Per-
dagangan, Perhubungan dan Kantor Cabang Bank-bank Peme-
rintah. Tugas dari Panitia tersebut ialah memonitor pe-
laksanaan kebijaksanaan ekspor sehubungan dengan program
peningkatan ekspor non minyak dan gas bumi.
d. Dalam rangka meningkatkan dan memantapkan sistem
perenca naan pembangunan tahunan, khususnya untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna pengembangan potensi
daerah dan pemecahan masalah-masalah pembangunan yang
sifatnya mendesak di daerah, maka dengan Surat Bappenas No.
1799/WK/9/1981 kepada para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II telah
dirumuskan petunjuk atau tatacara pengusulan dan
perencanaan proyek-proyek pembangunan yang pada pokoknya
menetapkan
XXII/19
tata hubungan kerja dan kerjasama antara Dinas-dinas
Daerah, Bappeda dan Instansi-instansi Vertikal.
XXII/20
bidang Aneka Usaha Perkebunan (Peraturah Pemerintah No.
16 tahun 1981);
e. Penyertaan modal Pemerintah untuk pendirian Persero dalam
bidang usaha perencanaan, perekayasaan dan konstruksi in-
dustri (Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1981);
f. Pendirian Perum Indonesia Farma (Peraturan Pemerintah No.
20 tahun 1981);
g. Penambahan penyertaan modal Pemerintah ke dalam modal
saham Persero PT Yodyakarya dan Persero PT Bina Karya
(Peraturan Pemerintah No. 21 dan 22 tahun 1981);
h. Pencabutan Peraturan Pemerintah No. 229 tahun 1961 ten -
tang Penyerahan Perusahaan Negara Pengangkutan Penumpang
Djakarta oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
Tingkat I DKI Jakarta Raya (Peraturan Pemerintah No. 23
tahun 1981);
i. Pendirian Perum Pengangkutan Penumpang Jakarta yang se -
mula merupakan Perusahaan Negara Pengangkutan Penumpang
Djakarta yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Tingkat I
DKI Jakarta (Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1981);
j. Pengalihan bentuk Perum Dana Tabungan dan Asuransi Pega-
wai Negeri menjadi Persero (Peraturan Pemerintah No. 26
tahun 1981);
k. Penambahan penyertaan modal Pemerintah ke dalam
modal saham Persero PT Danareksa (Peraturan Pemerintah No.
33 tahun 1981);
l. Penambahan penyertaan modal Pemerintah ke dalam
modal saham Persero PT Indra Karya (Peraturan Pemerintah No.
34 tahun 1981);
m. Penyertaan modal Pemerintah untuk pendirian Persero dalam
bidang pupuk (Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1981);
n. Penambahan modal kepada Perusahaan Umum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 44 tahun
1981);
o. Penetapan Perusahaan Umum "Otorita Jatiluhur" sebagai
perusahaan yang dapat menarik dan menerima iuran pembia-
yaan eksploitasi dan pemeliharaan prasarana pengairan
(Keputusan Presiden No. 7 tahun 1981).
XXI/21
Perusahaan Negara yang berkedudukan sebagai Perum di 9
Departemen berjumlah 23 buah.
XXII/24
XXII/24
No. 33 tahun 1981. PT Danareksa yang didirikan oleh Peme-
rintah pada tahun 1976 dan bertugas menjual saham perusahaan-
perusahaan yang "go public" dalam bentuk sertifikat saham ke-
pada masyarakat telah mengalami kemajuan pesat. Keuntungan PT
Danareksa sebagai salah satu sumber bagi penerimaan Negara
dari tahun ke tahun meningkat terus dengan gambaran sebagai
berikut : keuntungan tahun 1977 ialah Rp.142 juta, tahun 1978
Rp. 315 juta, tahun 1979 Rp. 532 juta dan tahun 1980 Rp. 1,6
milyar.
XXII/25
sistem aub-kontrak dalam hubungan perusahaan besar dan peru -
sahaan kecil yang dikembangkan oleh Pemerintah dan akhirnya
pemberian pengutamaan kepada golongan ekonomi lemah dalam
pemborongan pekerjaan dan pembelian barang/bahan Pemerintah
sesuai dengan Keppres No. 14 A tahun 1980 jo Kepprea No. 18
tahun 1981 mempertegas langkah pembinaan oleh Pemerintah
dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha.
XXII/26
iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan-pe-
nyimpangan, namun Pemerintah menyadari bahwa pengembalian
segala sesuatunya kepada ketertiban belum selesai. Oleh kare -
na itu peningkatan pengawasan dan penertiban masih harus
terus dilaksanakan.
XXII/28
Pengumuman pada setiap apel bendera pada tanggal 17 dimaksud -
kan sebagai langkah edukatif agar aparatur Pemerintah berbuat
semakin tertib.
XXII/29
Departemen, Sekretariat Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara dan Badan Usaha Milik Negara.
XXII/30
pegawai serta penyelesaian kepangkatan, (d) perbaikan peng-
hasilan pegawai negeri dan Pejabat Negara, (e) perbaikan
penghasilan penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun,
(f) penyempurnaan tata usaha kepegawaian, (g) peningkatan ke-
mampuan manajemen para pejabat serta peningkatan keterampilan
dan produktivitaa kerja pegawai.
XXII/32
dengan jenis dan besarnya beban tugas yang menjadi tanggung-
jawabnya, maka dalam Repelita III telah dan akan dilaksanakan
terus usaha ke arah penyusunan formasi pegawai negeri berda-
sarkan PP No. 5 tahun 1976.
XXII/34
TABEL XXII – 4
PENYELESAIAN PENGANGKATAN KEPALA/PERANGKAT KELURAHAN1)
MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL, 1981/82
(unit pengangkatan)
XXII/35
Sejak Repelita I Pemerintah secara bertahap telah beru-
saha memperbaiki penghasilan pegawai negeri untuk memenuhi
kebutuhan hidup serta dalam rangka usaha meningkatkan pres-
tasi kerja untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-
besarnya.
XXII/36
TABEL XXII – 5
PERBAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PEGAWAI NEGERI SIPIL,
1979/80 – 1981/82
XXII/37
an cacad dan uang duka bagi pegawai negeri. Hal itu berkenaan
dengan risiko pegawai negeri yang dalam melaksanakan tugas
kewajibannya tidak luput dari kemungkinan mendapat kecelakaan
yang mengakibatkan pegawai negeri yang bersangkutan sakit,
cacad atau tewas. Dengan adanya jaminan pengobatan, perawat-
an, dan atau rehabilitasi serta penghargaan sebagaimana di-
maksud di atas, maka diharapkan setiap pegawai negeri melak-
sanakan tugasnya dengan penuh rasa pengabdian dan tanggung-
jawab.
XXII/40
fat dwiguna, yaitu asuransi yang memberikan jaminan keuangan
bagi peserta pada waktu mencapai usia pensiun ataupun bagi ahli
warisnya pada waktu peserta meninggal dunia sebelum men -
capai usia pensiun. Dalam hal ini peserta wajib membayar
iuran setiap bulan sebesar 8% dari penghasilan sebulan tanpa
tunjangan pangan, ialah 4,75% untuk pensiun dan 3,25% untuk
tabungan hari tua.
XXII/42
Di antara pedoman-pedoman yang telah dirumuskan ialah pe-
doman pelaksanaan latihan pra jabatan sebagai pelaksanaan
dari Keppres No.30 tahun 1981 tentang Latihan Pra Jabatan
yang dituangkan dalam Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan
Ketua LAN No.11 SE/1981 - 181/Seklan/7/81 tahun 1981.
XXII/43
TABEL XXII – 8
JUMLAH LULUSAN SESPA,
1974/75 S/D 1978/79, DAN 1979/80 – 1981/82
*) Angka diperbaiki
XXII/44
(ii) penugasan kepada pegawai negeri untuk mengikuti program di
luar negeri baik untuk jangka waktu pendek maupun panjang.
XXII/45
TABEL XXII – 9
PESERTA PENATARAN TINGKAT NASIONAL, INSTANSI PUSAT,
PROPINSI, KABUPATEN/KOTAMADYA DAN KECAMATAN
TIPE A, TIPE B DAN TIPE C,
KEADAAN SAMPAI DENGAN TANGGAL 31 MARET 1982
(orang)
XXII/46
dibentuk BP-7 Daerah Tingkat I dan BP-7 Daerah Tingkat II di
seluruh Indonesia.
XXII/47
No.84/M tahun 1981 telah disempurnakan auaunan Majelis Per-
timbangan Pajak dengan mendudukkan wakil-wakil dari Kamar Da-
gang dan Industri Indonesia (KADIN) sebagai anggota. Seperti
diketahui badan ini bertugas menangani perbedaan pendapat yang
terjadi antara kalangan pengusaha dengan petugas pajak
mengenai penetapan pajak. Selanjutnya sebagai langkah maju
pula dapat disebutkan pembentukan Team Pembina Pelaksana Ke -
putusan Menteri Keuangan No. 108/Kmk.07/1979 (tentang peng-
gunaan laporan pemeriksaan akuntan publik untuk memperoleh
keringanan dalam penetapan pajak perseroan) berdasarkan Kepu-
tusan Menteri Keuangan No. 302/Kmk.07/1981. Team Pembina Pe -
laksana bertugas selain mengawasi akuntan publik juga menga -
wasi inspeksi pajak sehingga badan usaha yang merasa dirugi-
kan, sekalipun telah menggunakan akuntan publik, Team akan
memeriksa Kepala Inspeksi yang bersangkutan.
XXII/49
usaha perdagangan (SIUP) yang lebih sederhana dari masa sebe-
lumnya pada tahun pertama Repelita III. Dalam tahun ketiga
Repelita TII Departemen tersebut bersama dengan Departemen
Keuangan dan Bank Indonesia telah menyempurnakan peraturan-
peraturan tentang pelaksanaan ekspor dan impor sebagai tindak
lanjut dari Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 tentang Pe-
laksanaan Ekspor, Impor dan Lalu Lintaa Devisa. Demikian pula
dengan Keputusan Menteri Perhubungan telah dilakukan upaya
peningkatan produktivitas operasional pelabuhan dengan berba-
gai penyederhanaan seperti pelayanan kapal, pemanfaatan peng-
gunaan gudang dan dermaga, pengaturan bongkar muat barang dan
sebagainya yang kesemuanya guna menunjang kebijaksanaan ter-
sebut di atas.
1.Pendahuluan
XXII/51
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 18 tahun 1981.
Penyempurnaan yang cukup mempunyai arti penting tersebut pada
pokoknya meliputi hal-hal berikut:
XXII/54
timbangan Agung; Badan Pemerikea Keuangan; Mahkamah Agung;
Kepresidenan, Sekretariat Negara; Lembaga-lembaga Pemerintah
Non Departemen; Departemen Dalam Negeri; Departemen Luar
Negeri; Departemen Pertahanan dan Keamanan; Departemen Keha-
kiman; Departemen Penerangan; Departemen Keuangan; Pembiayaan
dan Perhitungan; Departemen Perdagangan dan Koperasi; Depar-
temen Pertanian; Departemen Perindustrian; Departemen Pertam-
bangan dan Energi; Departemen Pekerjaan Umum; Departemen Per-
hubungan; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Departemen
Kesehatan; Departemen Agama; Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigraai; dan Departemen Sosial.
XXII/55
c . Menteri/Ketua Lembaga untuk perubahan setinggi-tingginya
2 0 % di bawah volume tolok ukur yang tercantum daiam DIP
sepanjang tidak melampaui batas biaya yang tersedia untuk
keperluan itu; juga perubahan sampai setinggi-tingginya 20
% di atas atau di bawah biaya untuk tolok ukur yang
tercantum dalam DIP aepanjang tidak melampaui batas volu-
me tolok ukur yang tercantum dalam DIP.
XXII/56
1981 dan Keputusan Presiden No. 14 A tahun 1980 setelah di-
sempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 18 tahun 1981.
Keputusan-keputusan Presiden tersebut dimaksudkan sebagai pe-
doman pelaksanaan anggaran yang tidak terikat hanya untuk tahun
1981/82.
XXII/57
Pengawasan pada lembaga bersangkutan dan kepada Kepala KPN
serta Biro Keuangan Departemen/Lembaga dengan disertai tanda
bukti pengeluaran bersangkutan. Setelah bukti pengeluaran asli
dicheck oleh Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada
Departemen/Lembaga, kemudian disampaikan kepada Biro Keuangan
Departemen/Lembaga. Dengan pengiriman SPJP peneliti an
pertanggungjawaban pada tingkat post-audit dilakukan oleh
aparat Departemen/Lembaga sendiri. Selambat-lambatnya dalam
waktu satu bulan setelah penerimaannya KPN menyelesaikan
pemeriksaan dan mengirimkan SPJP kepada Kantor Wilayah Direk -
torat Jenderal Anggaran disertai tembusan tanda bukti penge -
luaran dan catatan hasil pemeriksaan/penelitiannya.
XXII/58
tempat antara lain sebagai sub-kontraktor atau leveran-
sir. Pemborong/rekanan diwajibkan pula untuk secara peri-
odik membuat laporan mengenai pelaksanaan ketentuan-
ketentuan di atas dan apabila ketentuan-ketentuan itu di-
langgar maka di samping kontrak akan batal,
pemborong/re
kanan yang bersangkutan dikeluarkan dari DRM.
XXII/60
pemerataan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan di
semua daerah, demikian pula lebih diperluas desentralisasi
kewenangan dan pedoman operasional yang lebih jelas.
XXII/62
Pelaporan lain yang perlu dikemukakan ialah laporan
bulanan dalam bentuk Surat Pertangungjawaban Pelaksanaan Ang-
garan Pembangunan (SPJP) yang dikirimkan oleh Pemimpin Proyek
selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan kepada Direktur
Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga yang
membawahkan proyek bersangkutan dengan tembusan kepada Ins-
pektur Jenderal Departemen/Pimpinan Unit Pengawasan pada Lem-
baga bersangkutan dan kepada Kepala KPN setempat. Demikian
pula laporan keadaan kas anggaran pembangunan (LKKP) yang di-
kirimkan oleh Bendaharawan Proyek selambat-lambatnya pada
tanggal 10 tiap bulan kepada KPN merupakan unsur dari sistem
pengendalian proyek.
XXII/63
hanya terbatas pada segi keuangan saja, melainkan juga men-
cakup pengawasan atas segi-segi lain dari kegiatan management
yang meliputi antara lain apakah pimpinan telah mendapatkan
informasi yang cukup sebagai bahan untuk memilih alternatif-
alternatif keputusan, apakah pelaksanaan telah dilakukan
dengan efisien, apakah hasil atau manfaat yang diinginkan
dari program telah dicapai secara efektif, dan sebagainya.
Kebutuhan akan laporan hasil-hasil pemeriksaan yang memuat
data-data di atas telah mendorong pengembangan dan peningkat-
an tatacara dan tatalaksana pengawasan dari bidang "financial
audit" ke jurusan yang lebih luas, yaitu "management audit"
baik untuk pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas
intern Departemen/Lembaga, ialah Inspektorat Jenderal, maupun
pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas ekstern di
luar Departemen/Lembaga seperti Direktorat Jenderal Penga-
wasan Keuangan Negara (DJPKN) dan Inspektorat Jenderal Pem-
bangunan (Irjenbang). Dengan management audit ini pengawasan
akan menjadi lebih berguna bagi Pemerintah maupun bagi pim-
pinan Departemen/lembaga sendiri sehingga akan lebih membantu
pimpinan Departemen/Lembaga dalam mensukseskan pelaksanaan
pembangunan.
XXII/64
khusus terhadap proyek-proyek Repelita, Non Inpres, Inpres
dan Badan Usaha Negara sejak tahun 1979/80 sampai dengan
1981/82 dapat dilihat pada Tabel XXII - 10.
XXII/65
TABEL XXII – 10
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SERENTAK OLEH DJPKN*)
TERHADAP PROYEK-PROYEK REPELITA DAN BADAN USAHA NEGARA,
1978/79 – 1981/82
XXII/66
TABEL XXII – 11
HASIL-HASIL PEMERIKSAAN SERENTAK OLEH DJPKN1) TERHADAP PROYEK-PROYEK REPELITA,
1978/79 – 1981/82
XXII/67
berkurangnya berita acara yang tidak benar dan realisasi
fisik yang tidak sesuai dengan DIP.
XXII/68
tindak lanjut hasil pengawasan serta masalah-masalah lain
yang meliputi konflik kepentingan, pengawasan terhadap pe-
ngawas, retaliasi dan sebagainya.
XXII/69
XXII/69