Kajian Ontologi
Keadaan nyeri saat operasi merupakan suatu pengalaman yang sangat tidak menyenangkan.
Hampir setiap orang tidak ingin merasakan nyeri dari tingkat yang ringan sampai berat. Keadaan
pembedahan pada pasien yang normal sudah tentu menimbulkan nyeri yang hebat pada orang
yang bersangkutan. Keadaan inilah yang menggugah rasa ingin tahu seseorang (dokter) untuk
mengatasi keadaan ini. Ilmu anestesi lahir dari suatu peragaan yang dilakukan oleh seorang
dokter gigi yang melakukan pembedahan rahang dengan menggunakan suatu agen anestesi
(eter). Selain masalah penanggulangan nyeri perioperatif, nyeri juga dapat bersifat akut (akibat
trauma dan reaksi inflamasi). Penanganan nyeri memerlukan perhatian yang serius. Dari
kejadian inilah anestesi mulai berkembang walaupun lambat. Kelambatan perkembangan ini
karena anestesi pertama dikembangkan oleh seorang dokter gigi.
Seorang pasien dalam keadaan kritis akibat penyakit kronis memerlukan penanganan khusus dan
menyeluruh untuk meningkatkan harapan hidup dan mengurangi kecacatan pada pasien tersebut.
Selain pasien kritis dengan penyakit kronis, terdapat juga pasien kritis yang bersifat akut akibat
suatu keadaan syok atau keadaan elektrolit maupun metabolik yang bersifat akut. Dalam hal
inilah ilmu reanimasi mengambil peranan.
Kajian Epistemologi
Ilmu anestesiologi dan reanimasi merupakan cabang ilmu kedokteran yang memiliki ruang
lingkup sebagai berikut :
Kajian Aksiologi
Ilmu anestesi dan reanimasi memiliki peran penting dalam pelaksanaan dan pelayanan
kedokteran. Anestesi merupakan penemuan paling manusiawi di dunia ini. Sebelum ilmu ini
berkembang seorang pasien yang menjalani operasi merasa tidak nyaman akibat nyeri. Berikut
ini peranan ilmu anestesi dan reanimasi dibidang kedokteran maupun kehidupan manusia.
1. Membantu memberikan rasa nyaman pada pasien yang menjalani operasi atau suatu
prosedur diagnosis infasiv tanpa rasa nyeri
2. Membantu mengurangi stress pada pasien yang sedang menjalani operasi atau suatu
prosedur diagnosis infasiv dengan pemberian obat-obat yang bersifat sedasi.
3. Memberikan bantuan hidup dasar pada pasien yang sedang menjalani operasi untuk
menjaga dan memelihara segala fungsi kehidupan.
4. Mengurangi penderitaan penderita nyeri kronis (nyeri kanker maupun non kanker)
dengan memberikan analgesia yang adekuat
5. Mengembalikan fungsi dasar manusia (Jantung, paru otak) dengan melakukan suatu
tindakan reanimasi berupa resusitasi jantung paru otak dan perawatan intensif pada
pasien kritis yang mengalami gangguan fungsi dasar kehidupan.
6. Memberikan terapi inhalasi yang tepat pada pasien yang tidak memiliki kemampuan
nafas yang cukup maupun gangguan fungsi pernafasan yang kronis. Fungsi ini meliputi
terapi oksigen dan ventilasi mekanik.