menerus. Secara sadar maupun tidak, sebagian evolusi yang terjadi dalam dunia kedokteran merupakan dorongan dari para editor jurnal kedokteran. Ilmu kedokteran berkembang mulai dari yang berdasarkan trial-and-error sampai penanganan pasien berbasis bukti. Bukti yang dimaksud adalah bukti penelitian klinis. Para editor jurnal kedokteran merupakan orang-orang pada awalnya membentuk pola sistematika berpikir dengan mengevaluasi kekuatan ilmiah artikel yang akan diterbitkan dalam jurnal sampai memberi label lemah pada desain penelitian tertentu.1 Publikasi penelitian dan tinjauan pustaka umumnya dilakukan di jurnal kedokteran dengan berbagai tujuan mulai dari sekedar meningkatkan cum sampai untuk penyampaian informasi secara luas ke pelosok daerah. Idealnya, publikasi tidak hanya terbatas pada penelitian yang memiliki hasil bermakna secara statistik. Penelitian yang mendapatkan hasil yang tidak bermakna pun dapat menyumbangkan pemikiran dan bekal untuk kemajuan. Apapun tujuan penulis mengirimkan artikelnya untuk dimuat, keputusan pemuatan artikel oleh editor akan menambah khasanah ilmu kedokteran itu sendiri.
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 10, Oktober 2012
Ruang lingkup jurnal bervariasi mulai dari lingkungan
pendidikan (fakultas ataupun universitas), regional, nasional, sampai internasional. Untuk menghasilkan jurnal yang baik dan diminati pembacanya dengan cakupan pembaca yang luas, diperlukan karya ilmiah yang baik pula. Dasar keilmuan suatu karya ilmiah adalah penelitian yang baik. Penelitian yang tidak dilakukan dengan baik tidak dapat menghasilkan data yang terpercaya dan tidak dapat digeneralisasikan, dengan kata lain tidak aplikatif di lapangan. Tidak setiap penelitian dapat langsung diaplikasikan di lapangan. Penelitian yang berbasis ilmu dasar merupakan dasar keilmuan yang nantinya dapat dirangkai dan dijadikan dasar bukti berbagai dugaan serta hipotesis yang ada. Demikian pula dengan penelitian klinis yang umumnya dianggap aplikatif sesungguhnya tidak selalu dapat diaplikasikan pada praktik klinis sehari-hari. Penelitian ilmu dasar dan penelitian klinis harus dapat saling terkait dan saling mendukung untuk dapat menjelaskan suatu mekanisme fisiologis maupun patologik dan terangkai sebagai satu kesatuan ilmu. Independensi suatu jurnal kedokteran dalam menentukan artikel yang dapat terbit merupakan topik permasalahan tersendiri karena di dalamnya terkait juga masalah sponsorship dan usaha,
377
Peran Jurnal Kedokteran dalam Perkembangan Ilmu Kedokteran
kemampuan, serta sumber daya masing-masing jurnal untuk terus mempertahankan diri tetap terbit. Dalam era penelitian ini, ribuan penelitian dilakukan setiap harinya di dunia. Banyak penelitian dihasilkan namun lebih dari separuhnya tidak dapat digunakan karena kurangnya metodologi. Dokter dan tenaga medis di abad ini dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berbasis ilmiah. Dasar ilmiah yang menjadi rujukan pelayanan berasal dari penelitian, meta-analisis, maupun tinjauan pustaka yang sistematik. Walaupun pembaharuan ilmu berlangsung terus menerus padahal pendidikan kedokteran formal hanya berlangsung satu kali pada satu periode saja. Seorang dokter dari Chicago, J.H. Salisbury, menyatakan bahwa jurnal kedokteran dalam hidup seorang dokter memiliki peran yang tidak tergantikan.1 Pendidikan kedokteran formal hanya wajib dihadiri satu kali seumur hidup sedangkan seminar ataupun kongres umumnya jarang dihadiri. Saat ini jurnal kedokteran sudah seperti surat kabar harian yang dapat di akses setiap hari dan dapat mempengaruhi praktik seorang dokter dan berperan dalam perkembangan ilmu kedokteran secara umum, baik berupa pengaruh baik maupun buruk. Artikel yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran dapat menjadi dasar bagi seorang dokter untuk mencoba obat baru atau bahkan suatu metode/teknik baru. Hal tersebut dapat membantu pasien mengatasi keluhannya namun dapat juga terjadi sebaliknya. Oleh karena itu, jurnal kedokteran seharusnya dapat membantu dokter dan praktisi medis meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan bukti dan dasar ilmiah. Sejak tahun 1950, Majalah Kedokteran Indonesia telah menghadirkan berbagai artikel kedokteran mulai dari ilmu
378
klinis praktis, tinjauan pustaka, laporan kasus, serta hasil
penelitian. Negara-negara barat boleh saja mengatakan bahwa sudah terlalu banyak jurnal kedokteran di dunia2, tetapi Indonesia masih membutuhkan jurnal kedokteran yang berkualitas sekaligus dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat kedokteran Indonesia. Pada tahun 1972, Berry2 berpendapat bahwa jurnal baru tidak diperlukan lagi karena sudah terlalu banyak media publikasi artikel kedokteran. Hal ini didasari oleh bermunculannya jurnal baru sehingga memberikan beban berat bagi pembaca. Untuk mengetahui satu topik permasalahan saja dapat ditinjau dari sedikitnya 17 jurnal kedokteran dan itupun belum mencakup seluruh aspek permasalahan tersebut. Ledakan publikasi ini menjadi perhatian bagi Berry2 karena ia khawatir berbagai artikel asal jadi akan diterbitkan. Hal ini tentunya akan mengganggu perkembangan ilmu kedokteran itu sendiri. Atas dasar itulah Majalah Kedokteran Indonesia diharapkan dapat menjadi tulang punggung jurnal kedokteran Indonesia yang memberikan konstribusi besar pada perkembangan ilmu kedokteran di Indonesia dengan memuat berbagai artikel penelitian dan karya ilmiah terbaik anak bangsa. Apapun permasalahannya, hadirnya sebuah jurnal kedokteran yang berkualitas tidak akan dapat lepas dari kehidupan seorang dokter. Daftar Pustaka 1. 2.
Podolsky SH, Greene JA, Jones DS. The evolving roles of the medical journal. N Engl J Med. 2012;366:1457-61. Berry EM. The evolution of scientific and medical journals. N Engl J Med. 1981;305:400-2.
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 10, Oktober 2012