Terapi pada gout biasanya dilakukan secara medik (menggunakan obat-obatan). Medikamentosa
pada gout termasuk:
- Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
OAINS dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout secara efektif.
Efek samping yang sering terjadi karena OAINS adalah iritasi pada sistem gastroinstestinal,
ulserasi pada perut dan usus, dan bahkan pendarahan pada usus. Penderita yang memiliki riwayat
menderita alergi terhadap aspirin atau polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Contoh dari
OAINS adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan
dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya (Anastesya W, 2009).
- Kolkisin
Kolkisin efektif digunakan pada gout akut, menghilangkan nyeri dalam waktu 48 jam
pada sebagian besar pasien (Azari RA, 2014). Dosis efektif kolkisin pada pasien dengan gout akut
berhubungan dengan penyebab keluhan gastrointestinal. Obat ini biasanya diberikan secara oral
pada awal dengan dosis 1 mg, diikuti dengan 0,5 mg setiap dua jam atau dosis total 6,0 mg atau
8,0 mg telah diberikan. Kebanyakan pasien, rasa sakit hilang 18 jam dan diare 24 jam;
Peradangan sendi reda secara bertahap pada 75-80% pasien dalam waktu 48 jam (Azari RA,
2014).
Kortikosteroid
Kortikosteroid biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang lansung
disuntikkan ke sendi penderita. Efek samping dari steroid antara lain penipisan tulang, susah
menyembuhkan luka dan juga penurunan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Steroids digunakan
pada penderita gout yang tidak bisa menggunakan OAINS maupun kolkisin (Anastesya W, 2009).
Prednison 20-40 mg per hari diberikan selama tiga sampai empat hari.Dosis kemudian diturunkan
secar bertahap selama 1-2 minggu. ACTH diberikan sebagai injeksi intramuskular 40-80 IU, dan
beberapa dokter merekomendasikan dosis awal dengan 40 IU setiap 6 sampai 12 jam untuk
beberapa hari, jika diperlukan (Azari RA, 2014).
Diagnosis banding
Arthritis septik
psorisasis
artritis rematik
prognosis
Prognosis artritis gout dapat dianggap sebuah sistem bukan penyakit sendiri. Dengan kata lain
prognosis penyakit artritis gout merupakan prognosis penyakit yang menyertainya (Tehupeiroy,
2003). Artritis gout sering dikaitkan dengan morbiditas yang cukup besar, dengan episode serangan
akut yang sering menyebabkan penderita cacat. Namun, artritis gout yang diterapi lebih dini dan
benar akan membawa prognosis yang baik jika kepatuhan penderita terhadap pengobatan juga baik
(Rothschild, 2013). Jarang artritis gout sendiri yang menyebabkan kematian atau fatalitas pada
penderitanya. Sebaliknya, artritis gout sering terkait dengan beberapa penyakit yang berbahaya
dengan angka mortalitas yang cukup tinggi seperti hipertensi, dislipidemia, penyakit ginjal, dan
obesitas. Penyakit-penyakit ini bisa muncul sebagai komplikasi maupun komorbid dengan kejadian
artritis gout (Tehupeiroy, 2003). Dengan terapi yang dini, artritis gout dapat dikontrol dengan baik.
Jika serangan artritis gout kembali, pengaturan kembali kadar asam urat (membutuhkan urate
lowering therapy dalam jangka panjang) dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan penderita. Selama
6 sampai 24 bulan pertama terapit artritis gout, serangan akut akan sering terjadi (Schumacher et al,
2007). Luka kronis pada kartilago intraartikular dapat mengakibatkan sendi lebih mudah terserang
infeksi. Tofus yang mengering dapat menjadi infeksi karena penumpukan bakteri. Tofus artritis gout
kronis yang tidak diobati dapat mengakibatkan kerusakan dapat mengakibatkan inflamasi dan
fibrosis, dan menurunkan fungsi ginjal (Rothschild, 2013). Pada tahun 2010, artritis gout
diasosiasikan sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Analisis 1383
kematian dari 61527 penduduk Taiwan menunjukkan bahwa individu dengan artritis gout
dibandingkan dengan individu yang memiliki kadar asam urat normal, hazard ratio (HR) dari semua
penyebab kematian 1,46 dan HR dari kematian karena penyakit kardiovaskuler adalah 1,97.
Sedangkan individu dengan artritis gout, HR dari semua penyebab kematian adalah 1,07, dan HR dari
kematian karena penyakit kardiovaskuler adalah 1,08 (Kuo et al, 2010).
1. dimana predileksi keluhan ini sering muncul ?
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama tanpa terapi yang adekuat, serangan
dapat mengenai sendi-sendi lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut
dan siku. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan yang lebih
singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Kelainan pada sendi metatarsofalangeal
terjadi pada 50-70% dari serangan pertama dan sebagian kecil mengenai sendi besar
(panggul dan bahu) serta sendi-sendi lainnya (Chairuddin, 2012).
Obesitas tubuh bagian atas (obesitas abdominal) berhubungan lebih besar dengan
intoleransi glukosa atau penyakit diabetes mellitus, hiperinsulinemia,
hipertrigliseridemia, hipertensi, dan gout dibanding obesitas bawah. Tingginya kadar
leptin pada orang yang mengalami obesitas dapat menyebabkan resistensi leptin. Leptin
adalah asam amino yang disekresi oleh jaringan adiposa, yang berfungsi mengatur nafsu
makan dan berperan pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas
insulin, natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Jika resistensi leptin terjadi di ginjal, maka
akan terjadi gangguan diuresis berupa retensi urin. Retensi urin inilah yang dapat
menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat melalui urin, sehingga kadar asam urat
dalam darah orang yang obesitas tinggi.