Anda di halaman 1dari 9

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN

REPUBLIK INDONESIA

 Otonomi Daerah

Pengertian Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom


untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pengertian "otonom" secara bahasa adalah "berdiri sendiri" atau


"dengan pemerintahan sendiri". Sedangkan "daerah" adalah suatu
"wilayah" atau "lingkungan pemerintah".

Dengan demikian pengertian secara istilah "otonomi daerah"


adalah "wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur
dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri."

Dan pengertian lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada


suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan
wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan
pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya,
dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah
lingkungannya.

 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pelaksaanaan Otonomi Daerah


1. Kemampuan dari pelaksana itu sendiri

2. Kemampuan dalam keuangan

3. Ketersediaan alat dan bahan

4. Kemampuan dalam berorganisasi


 Pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan
1. Prinsip Demikrasi

2. Prinsip Keadilan

3. Pemerataan

4. Keanekaragaman

 Hakikat Otonomi Daerah

Hakikat otonomi daerah adalah desentralisasi atau proses


pendemokrasian "pemerintah" dengan keterlibatan masyarakat yang mau
disertakan.

 Visi dan Misi Otonomi Daerah

Visi merupakan cara pandang jauh ke depan tentang kemana


Otonomi Daerah akan diarahkan yang menggambarkan hendak menjadi
apa organisasi di masa depan. Penetapan Visi Otonomi Daerah sangat
penting sebagai penentu arah pelaksanaaan tugas yang diemban oleh
seluruh jajaran pimpinan dan staf. 

Visi tersebut digali dari keyakinan dasar nilai-nilai yang dianut


seluruh anggota organisasi serta potensi administrasi dengan
mempertimbangkan faktor lingkungan sekitarnya dan keselarasannya
dengan visi Negara RI

Visi Otonomi Daerah                                                                  

“Terwujudnya efektifitas, efisiensi, disiplin dan loyalitas, serta responsif


terhadap dinamika yang berkembang dalam masyarakat untuk
memantapkan penyelenggaraan Otonomi Daerah”.
Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan, sesuai dengan
mandat yang diberikan oleh organisasi agar tujuan organisasi tercapai dan
Visi yang telah ditetapkan berhasil diwujudkan.

Misi Otonomi Daerah

1. Meningkatkan koordinasi, monitoring, evaluasi dan pengendalian


pelaksanaan Otonomi Daerah, pengembangan kemampuan dan potensi
daerah.
2. Membangun kinerja staf yang profesional dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
3. Membangun organisasi yang mampu menyesuaikan diri dan mampu
mengatasi perubahan serta perkembangan yang terjadi di masyarakat.

 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

Sejarah perkembangannya kebijakan otonomi daerah di Indonesia


mengikuti pola seperti pada bandul jam yaitu beredar antara sangat
sentralistik dan sangat desentarlistik. Apabila kebijakan yang dilaksanakan
sangat sentralistik maka bandulnya akan ditarik kembali kepada arah titik
keseimbangan sedangkan desentralistik kebalikan dari sentralistik. Hal ini
dapat dilihat dengan mengikuti perkembangan pelaksanaan otonomi
daerah melalui peraturan perundang-undangan yang mengaturnya mulai
dari UU nomor 1 tahun 1945 sampai dengan UU Nomor 22 tahun 1999.

Otonomi Daerah di Indonesia dilaksanakan dalam rangka


desentralisasi di bidang pemerintahan. Desentralisasi itu sendiri
mempunyai tiga tujuan yaitu:

Pertama, tujuan politik, yakni demokratisasi kehidupan berbangsa dan


bernegara pada tataran infrastruktur dan suprastruktur politik.
Kedua, tujuan administrasi, yakni efektivitas dan efisiensi proses-proses
administrasi pemerintahan sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi
lebih cepat, tepat, transparan serta murah.

Ketiga, tujuan social ekonomi, yakni meningkatnya taraf kesejahteraan


masyarakat.(Sadu Wasisitiono;2003)

 Perkembangan kebijakan otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU

1. UU No 1 TH 1945 Tentang Pembentukan Komite Nasional Daerah.

Dalam pasal 18 UUD 1945, dikatakan bahwa, “Pembagian


daerah Indonesia ataas dasar daerah besar dan daerah kecil, dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,
dengabn memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam
system pemerintahan Negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah yang
bersifat istimewa”. Oleh karena itu Indonesia dibagi dalam daerah-
daerah yang lebih kecil yang bersifat otonom yang pengaturanya
dilakukan dengan Undang-undang.

Peraturan perundangan yang pertama yang mengatur otonomi


daerah di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 1 tahun 1945.
Undang-Undang ini dibuat dalam keadaan darurat, sehingga sehingga
hanya mengatur hal-hal yang bersita darurat dan segera saja. Dalam
batang tubuhnyapun hanya terdiri dari 6 (enam ) pasal saja dan sama
sekali tidak memiliki penjelasan. Penjelasan kemudian dibuat oleh
Menteri Dalam Negeri dan tentang penyerahan urusan kedaerah tidak
ada penjelasdan secara eksplisit.

Dalam undang-undang NO 1 Th 1945 menetapkan tiga jenis


daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten dan kota berotonomi

2. Undang-Undang Pokok tentang Pemerintahan Daerah No 22 TH 1948.

Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di


Indonesia adalah UU nomor 22 tahun 1948 yang ditetapkan dan mulai
berlaku pada tanggal 15 April 1948.
Dalam UU dinyatakan bahwa daerah Negara RI tersusun dalam
tiga tingkat yakni :

a. Propinsi

b. Kabupaten/ Kota Besar

c. Desa/ Kota Kecil, negeri, marga dan sebagainya

 Prinsip – prinsip pelaksanaan Otonomi Daerah

Berdasarkan UU 22 th 1999 adalah :


1. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek-aspek demokrasi, keadilan, pemerataan,
serta potensi dan keanekaragaman daerah.
2. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata
dan bertanggung jawab
3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada
daerah Kabupaten dan daerah Kota, sedang Otonomi Daerah
Propinsi merupakan Otonomi Terbatas.
4. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan Konstitusi
negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat
dan daerah serta antar daerah.
5. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan
kemandirian Daerah Otonom, dan karenanya dalam daerah
Kabupaten dan daerah Kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
6. Kawasan khusus yang dibina oleh Pemerintah atau pihak lain
seperti Badan Otorita, Kawasan Pelabuhan, Kawasan
Pertambangan, Kawasan Kehutanan, Kawasan Perkotaan Baru,
Kawasan Wisata dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan
Daerah Otonom.
7. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan
dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi,
fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
8. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah Propinsi
dalam kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi untuk
memelaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang
dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah.
9. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya
dari Pemerintah Daerah kepada Desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
 Pembagian Kekuasaan Dalam Kerangka Otonomi Daerah
1. Pembagian Kekuasaan
• Dalam rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat
• Mencegah kesewenang-wenangan
• (Fungsi Kekuasaan àLembaga-lembaga Negara)
2. Hubungan Kekuasaan
 Horisontal
Hubungan antara kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.
 Vertikal
Hubungan yang bersifat atasan dan bawahan, dalam arti
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di dalamnya
terdapat semacam pembagian kerja antara pusat dan daerah
3. Pembagian Kerja berdasarkan kekuasaan vertikal
• Pembagian Kekuasaan menurut tingkatnya. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah Pembagian Kekuasaan antara
beberapa tingkat pemerintahan.
• Carl J. Friedrich memakai istilah Pembagian Kekuasaan
secara Teritorial (Territorial Division of Power).
• Pembagian Kekuasaan ini dengan jelas dapat kita saksikan
kalau kita melakukan perbandingan antara negara
KESATUAN, negara FEDERAL serta KONFEDERASI.
• (Dalam negara Kesatuan jelas sekali terlihat bhw)
Pembagian kekuasaan secara vertikal melahirkan garis
hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem :
1. Desentralisasi
2. Dekonsentrasi
3. Medebewind
Penjelasan tentang :

1. Desentralisasi :
Pasal 1 Butir 7 UU No. 32/2004 Pemerintahan Daerah:
“Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia”
Hubungan antara Desentralisasi dan Sentralisasi
Konsensus nasional mengenai keberadaan desentralisasi dalam
Negara Kesatuan Indonesia tersebut mengandung arti bahwa
penyelenggaraan organisasi dan administrasi negara Indonesia tidak hanya
semata-mata atas dasar asas sentralisasi, tetapi juga dengan desentralisasi
dan otonomi daerah sebagai perwujudannya. Dengan demikian, setidak-
tidaknya di kalangan Pembentuk UUD 1945 dan penyelenggara organisasi
negara Indonesia telah diterima pemikiran yang mendasar bahwa
sentralisasi dan desentralisasi masing-masing sebagai asas organisasi tidak
ditempatkan pada kutub yang berlawanan (dichotomy), tetapi kedua asas
tersebut merupakan suatu rangkaian kesatuan (continuum). Kedua asas ini
memiliki fungsi yang berlainan, tetapi saling melengkapi bagi keutuhan
organisasi negara. Sentralisasi berfungsi menciptakan keseragaman,
sedangkan desentralisasi menciptakan keberagaman dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Dekonsentrasi :
Pasal 1 Butir 8 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.”
Tugas dari Dekonsentrasi adalah :
• Pelimpahan wewenang
• Pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi manajemen
• Level pemerintahan yang berbeda
• Dalam Yurisdiksi pemerintah pusat
• Melahirkan local state government atau field
administration atau wilayah administrasi.

3. Medebewind (Tugas Pembantuan):


Pasal 1 Butir 9 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Penugasan dari Pemerintah kepada daerah* dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta
dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan
tugas-tugas tertentu” (* daerah = Provinsi, Kabupaten, Kota)
DAFTAR PUSTAKA

- www.google.com
- http://dalyerni.multiply.com ,tentang pemerintahan daerah serta
pembagian kekuasaan dalam kerangka otonomi daerah
- Undang – undang No 22 Th 1945 tentang prinsip pelaksanaan otonomi
daerah

Anda mungkin juga menyukai