Anda di halaman 1dari 36

Modul 1 skenario 2

KELOMPOK A7
skenario

 Ny.Sinta, 28 tahun, P0A0, datang ke klinik


dengan keluhan haid tidak teratur, kadang-
kadang 2 – 3 bulan baru mendapat haid. Ny.
Sinta telah menikah selama 2 tahun.
Kata sulit

 Definisi Haid??
Kata kunci

 Wanita, 28 thn
 P0A0
 Haid tidak teratur
 2-3 bulan baru haid
 Menikah, 2 tahun
Pertanyaan

 Bagaimana fisiologi dari haid normal?


 Organ apa yang berperan dalam proses
terjadinya haid?
 Hormon apa yang berperan dalam proses
terjadinya haid?
 Kelainan apa yang menyebabkan wanita
tidak haid?
 Bagaimana penanganan tidak haid?
ORGAN YANG BERPERAN DALAM
SIKLUS HAID
1. Hipotalamus
1. Hipothalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak,
di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf
yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis
posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas :
a. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone),
b. TRH (Thyrotropin Releasing Hormone),
c. CRH (Corticotropin Releasing Hormone) ,
d. GHRH (Growth Hormone Releasing
Hormone),
e. PRF (Prolactin Releasing Factor),
f. Menghasilkan juga hormon-hormon
penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting
Factor).
2. Hipofisis
 Terletak di dalam sella turcica
tulang sphenoid.
 Menghasilkan hormon-hormon
gonadotropin yang bekerja pada
kelenjar reproduksi, yaitu:
a. perangsang pertumbuhan dan
pematangan folikel (FSH - Follicle
Stimulating Hormone),
b. hormon lutein (LH - luteinizing
hormone).

Selain hormon-hormon
gonadotropin, hipofisis
menghasilkan juga hormon-hormon
metabolisme, pertumbuhan, dan
lain-lain.
3. Ovarium
 Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam
rongga peritoneum,
 Sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai
jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf.
 Terdiri dari korteks dan medula.
 Ovarium berfungsi :
a. pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum
b. ovulasi (pengeluaran ovum)
c. sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron
oleh korpus luteum pascaovulasi).
 Berhubungan dengan pars infundibulum tuba
Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
"menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi.
 Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii
proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari
cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri
renalis.
4. Uterus

 Suatu organ muskular berbentuk seperti buah piryang dilapisi peritoneum


(serosa).
 Terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a. endometrium
b. myomeetrium
c. perimetrium
 Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
 Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus.
 Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
SIKLUS HAID
Folikel Folikel
Hipotalamus Primordia Sekunder
l
GnRH(FSH-RH, LH-RH)
Folikel Folikel
Hipofisis anterior tersier
Primer
(Folikel de
FSH & LH graff)
Ovarium

Merangsang
Fase Folikularis ESTROGEN Uterus

Fase Ovulasi Fase Proliferasi

Fase
Fase Luteal sekresi

Fase menstruasi
C.Rubrum C.Luteum C.albicans
Patogenesis amenore pada kehamilan

Sekresi HCG oleh


sisnsitiotropoblast

Mempertahankan
korpus luteum

Mempertahankan
progesteron dan
estogen

Mempertahankan
dinding AMENOREA
endometrium
korpus luteum berkurangnya
10-12 hari HCG
mengalami kapiler di
setelah ovulasi
regresi ovarium

penurunan sekresi
estrogen &
progesteron

endometrium
pembuluh lapisan
mengalami
darah terputus endometrium
regresi
terlepas

pengeluaran
darah (haid)
OLIGOMENOREA

 Siklus haid yang panjangnya lebih dari 35


hari.
Pada kebanyakan oligomenorea kesehatan
wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup
baik. Siklus haid biasanya ovulatoar dengan
masa proliferasi lebih panjang.
KLASIFIKASI GANGGUAN HAID

Komparteman I:
- Aplasia uteri
- Sindroma Asherman
Kompartmen II
 Sindrom Turner
 Menopause premature
 The insensitive ovary
 Tumor ovarium
Kompartemen III:
 Sindrom Shehan
 Adenoma hipofisis
Kompartemen IV
 Organik : Krainiofaringioma dan ensefalitis
 Fungsional : anoexia nervosa, bulimia,obat penghambat PIF, stres
GANGGUAN KOMPARTEMEN IV
STRESS
Hipofisis
Sekresi CRH Endorfin
anterior

GANGGUAN
GnRh
HAID

ANOREXIA, BULIMIA

Lemak tubuh Estrogen


berkurang berkurang
PENGGUNAAN FENOTIAZIN,
TRANGULAIZER

Menghambat PIF

Hiperprolaktinemia

GANGGUAN HAID
GANGGUAN KOMPARTEMEN III
Tumor Hipofisis

Klasifikasi berdasarkan hormon yang diproduksinya,


tumor pada kelenjar ini dibedakan menjadi 2 jenis:
 Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi
hormon)
 Tumor hipofisis fungsional yang terdiri dari:
 adenoma yang bersekresi prolaktin
 adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
 adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
 adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik
hormon (ACTH)
gejala

 Menstruasi tidak teratur (oligomenorrhea)


atau kurangnya menstruasi (amenore)
 Susu keluar dari payudara (galaktorea) ketika
tidak hamil atau menyusui
 Persetubuhan menyakitkan karena
kekeringan vagina
 Tulang rapuh
GANGGUAN KOMPARTEMEN II
Polycystic Ovarian Syndrome
 Patogenesis
kurang jelas diketahui, namun diduga bahwa defek primer
kemungkinan karena adanya resistensi insulin yang
menyebabkan hiperinsulinemia.
 Gambaran klinis
1. Hirsutisme munculnya rambut kasar pada wanita seperti
pola pertumbuhan pada laku-laki seperti diatas bibir, dagu, dada,
abdomen bagian atas maupun punggung
2. amenorrhea, oligomenorrhea, perdarahan uterus
disfungsional. Ini disebabkan karena folikel-folikel tidak
berkembang dan anovulatori sehingga folikel tidak menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron yang menunjang terjadinya
siklus haid yang normal.
Polycystic Ovarian Syndrome

 Diagnosis
 Pada wanita yang menderita amenorrhea
kemungkinan timbulnya SOPK bila
didapati satu atau lebih gambaran berikut:
 Adanya ovarium polikistik pada
pemeriksaan sonografi
 Hirsutisme
 Hiperandrogenisme
Polycystic Ovarian Syndrome

 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan sonografi
2. Adanya kista folikel >= 10 buah dengan diameter 2-8
mm dengan stroma yang tebal (criteria Adam dkk)
3. Pemeriksaan hormonal
4. Kadar 17-hydroxyprogesteron >= 2
5. Testosterone <= 150 mg/dl
6. DHEAS normal atau sedikit meningkat
7. Kadar GDP/rasio insulin < 7 (dewasa dgn resitensi
insulin)
8. <4,5 (pasien obes)
Polycystic Ovarian Syndrome
Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
Penurunan BB akan memberikan pengaruh terhadap kadar hormone dalam
sirkulasi
2. Farmakologi
Medroxyprogesteron asetat dosis 150mg IM setiap 6 minggu selama 3 bulan
atau 20-40 mg perhari untuk menghilangkan gejala hisrsutisme
Anti androgen : Cyproteron asetat, flutamide, finasteride
GnRH analog
Metformin
Clomiphene sitrat
3. Operatif
Reseksi biji ovarium
Pengeboran ovarium dengan laser secara laparoskopi
GANGGUAN KOMPARTEMEN I
Sindrom Asherman

Sindroma Asherman adalah terbentuknya adhesi


(perlengketan) pada bagian dalam rahim (endometrium),
sebagai akibat dari jaringan parut yang timbul saat tindakan
pembedahan.

Epidemiologi : Merupakan kondisi yang jarang terjadi. Pada


kebanyakan kasus, terjadi pada wanita yang menjalani
tindakan dilatation and curettage (D&C).

Penyebab: tindakan dilatation and curettage (D&C),infeksi


rahim dan abortus.
Patomekanisme
Adanya dektruksi endometrium (yg disebabkan oleh
tindakan kuretasi, infeksi ataupun abortus) akan
menimbulkan sinekia atau perlengketan endometrium.
Perlengketan endometrium menghambat terjadinya
proliferasi endometrium pada siklus haid. Apabila tidak
ada endometrium yang menebal, maka fase sekresi tidak
akan terjadi sehingga tidak ada darah haid yang keluar.
Gejala klinik:
a. Pasien mengalami pengurangan menstruasi
b. meningkatnya kejang perut dan rahim,
c. sampai tidak adanya haid (amenorrhea)
d. sering menyebabkan kemandulan (infertilitas).
Pemeriksaan klinis biasanya normal dan untuk menegakkan
diagnostik diperlukan alat bantu berupa histeroskopi
(melihat kedalam rahim) dan USG transvaginal atau dengan
HSG (Histero-Salphyngo-Graphy).
Penatalaksanaan
 tindakan operasi memotong dan membuang jaringan
ikat (scar) dan perlengketan yang terjadi. Biasanya dapat
dikerjakan dengan histeroskopi. Setelah jaringan ikat
dibuang rongga rahim masih tetap dipertahankan
membuka agar sembuh tanpa menimbulkan adhesi lagi.
 Kemudian biasanya dimasukkan balon kecil kedalam
rahim selama beberapa hari dan diberikan terapi hormon
estrogen.
 Pemberian antibiotika jika ditemukan kasus2 infeksi.
Daftar Pustaka

 Standar pelayanan medik Perkumpulan


Obstetri dan Ginekologi Indonesia Jakarta,
2006
 Budi R. Hadibroto, Sindrom ovarium
polikistik, Majalah Kedokteran Nusantara Vol.
38 No. 4 Desember 2005
 Buku ilmu kandungan, PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009

Anda mungkin juga menyukai